Ikut Ayah

166 21 4
                                    

Langkah kaki Raina membawa gadis itu ke sebuah taman yang cukup sepi. Sudah berjam-jam Raina berada di tempat ini, ia sama sekali tak ada niatan untuk pergi dari tempat ini. Raina pun tak mempedulikan ponselnya yang sedari tadi terus berbunyi.

Tanpa sadar, satu tetes demi tetes air mata keluar dari kedua mata indahnya. Raina menangis. Lagi-lagi hanya karena cowok itu. Raina benci dengan dirinya sendiri, kenapa ia harus punya perasaan seperti ini sama seseorang yang seharusnya tak ingin ia kenali.

Untuk kedua kalinya Raina harus mengorbankan perasaannya hanya demi orang-orang terdekatnya. Bukan hanya dirinya saja yang selalu ia pikirkan, namun sekelebat bayangan sosok Ify hadir di pikirannya, bagaimana perasaan Ify nanti kalau tahu orang yang dia sukai ternyata sudah dijodohkan? Tak apa dirinya harus merasakan sakit hati asalkan jangan sahabatnya. Melihat Ify terpuruk karena orang yang dicintainya, benar-benar membuat Raina ikut merasakan apa yang dia rasakan.

"Gue gak bakal terima perjodohan itu Rain."

Raina enggan menoleh, ia tahu siapa pemilik suara itu. Raina benar-benar tidak mau ada yang mengganggunya saat ini.

"Pergi!" Kata Raina dengan suara yang sangat datar.

Arga tak mengindahkan ucapan gadis itu. Ia memilih duduk di samping Raina.

"Gak usah pura-pura kuat. Gue tau lo rapuh, udah berapa kali coba lo korbanin perasaan lo cuma buat orang-orang yang gak peduli sama lo."

Raina menatap tajam ke arah Arga, dan Arga dapat melihat jika kedua mata Raina berair. Itu tandanya gadis itu habis menangis.

"Rain lo--"

"Mau lo apa si hah! Apa susahnya si terima perjodohan itu!"

Arga tersenyum getir, "Coba lo bayangin Rain. Gue berdampingan  sama orang yang gak gue cintai. Lo pikir enak? Gue cuma mau lo Rain."

"Tapi gue gak--"

"Gue tau lo cinta sama gue Rain." Arga memutar tubuhnya, kedua tangannya memegang pundak Raina agar Raina mau menghadap padanya, "Liat gue!"

"Sekian lama gue gak mau kenal sama yang namanya perempuan, untuk kali ini lagi gue mau deket sama perempuan dan itu cuma lo Rain. Gue gak peduli gimana sikap cueknya lo sama gue. Yang jelas gue cinta sama lo Rain, gue sayang sama lo. Gue selalu ngerasa punya tanggung jawab buat jagain lo."

"Ga--"

"Kita jalanin semuanya secara diem-diem, gue tau. Lo lagi berusaha mati-matian buat jaga perasaan orang-orang terdekat lo."

"Maksud lo kita Backstreet?" Tanya Raina.

Arga mengangguk, "Iya, gue rasa itu lebih baik. Gimana lo mau?"

Raina terdiam, ia sangat tahu risiko apa yang akan ia dapatkan nanti, tapi mau bagaimana lagi. Sungguh perasaan ini tidak bisa Raina tahan. Raina tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia mencintai Arga.

"Diemnya lo gue anggap iya, kita gak perlu pacaran cukup komitmen aja. Yang penting sama-sama sayang dan cinta. Kalau gue udah sukses nanti, gue datengin Ayah lo langsung saat itu juga gue lamar lo. Pegang omongan gue."

Raina segera memukul kencang bahu Arga. Membuat Arga meringis kesakitan. Namun akhirnya kedua orang tersebut tertawa terbahak-bahak.

"Gue gak pernah liat lo ketawa lepas kayak gini, bahagia terus ya Rain," ucap Arga lembut.

Drtt

Raina melihat ponselnya yang menyala, banyak pesan serta panggilan dari sahabat-sahabatnya. Segera Raina membukanya.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now