Orang yang sama

213 20 0
                                    

Jam istirahat sudah berbunyi sedari tadi, seluruh siswa-siswi berlari berhamburan menuju ke kantin tempat surga mereka.

Ify dan Siska yang kebagian mengepel di bagian koridor pun nampak menghembuskan napas dengan lelahnya, bagaimana tidak? Lantai yang sudah mereka pel dengan bersihnya, tiba-tiba saja diinjak oleh siswa-siswi yang tidak bertanggung jawab itu.

Sebagian dari siswa-siswi yang melewati koridor yang masih basah itu, ada yang terjatuh karena lantai yang licin, dan yang menjadi bahan penyalahan adalah Siska dan Ify karena Siska dan Ify mengepel tidak benar.

"Woy cewek bangor, yang bener dong lo kalo ngepel, gak laku lho di jadiin menantu!" Teriak Faris teman satu kelas mereka waktu kelas sepuluh.

Siska menghempaskan alat pel yang ada di tangannya ke lantai, kemudian ia melihat Faris dan Rangga yang dengan santainya berlari kesana kemari hanya untuk mengotori lantai yang sudah capek-capek Siska dan sahabatnya pel.

"Yaelah ngepel gini doang, diinjek aja langsung kotor," kata Rangga sambil loncat-loncat di lantai basah agar lantai tersebut kembali kotor.

Siska yang tak terima pun menghampiri kedua cowok tersebut. Sambil membawa ember yang berisi air kotor.

"Ngapain lo?" Tanya Faris.

Siska tak menjawab kemudian ia mengangkat ember tersebut lalu.

Byur

Air kotor yang berwarna coklat tersebut habis tak tersisa. Siska dengan entengnya menyiram kedua cowok tersebut dengan air yang ada di ember. Siska tersenyum sinis melihat baju seragam Faris dan Rangga yang nampak kotor. Banyak sekali siswa-siswi yang ada di koridor memperhatikan mereka, tapi Siska tak peduli. Ia merasa menang saat ini.

"Bangsat, sialan lo jadi cewek!" Maki Rangga dengan lantangnya.

Siska hanya menatap Rangga dengan santainya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Mau marah? Silahkan," kata Siska.

Rangga mengangkat kepalan tangannya ke udara bersiap-siap untuk memukul cewek sialan yang ada di depannya ini. Namun tangan Rangga tertahan ketika ada orang yang menahannya.

Siska terkejut melihat Rean yang berdiri tepat di belakang Rangga sambil menahan tangan Rangga.

"Kalo berani jangan sama cewek boy, lo laki atau banci?" Tanya Rean sinis sambil menghempaskan tangan Rangga.

Rean berdiri tepat di depan Siska, menghalangi cewek itu, karena Rean tahu, pasti Rangga berniat untuk melukai cewek tersebut. Rean tak suka melihat kekerasan terhadap perempuan, karena Rean juga punya seorang Ibu dan adik perempuan.

"Gak usah so jadi pahlawan deh lo!" Rangga mendorong Rean, Rean hampir saja terjatuh jika Siska tak menahannya.

"Lo punya adik cewek kan? Gimana perasaan lo ketika liat adik lo di lukai sama orang lain. Apa lo terima?" Tanya Rean.

Rangga terdiam, matanya melirik ke arah Erik dan Arga yang hanya diam saja tanpa beniat untuk melerai.

Rean membalikan badannya kemudian ia menatap Siska yang tinggi tubuhnya hanya sedadanya, Siska terlihat sangat pendek namun itu malah membuat Siska terlihat menggemaskan di mata Rean. Karena Rean sangat suka dengan gadi berpostur tubuh pendek.

Rean mengangkat dagu Siska karena Siska terus saja menunduk, seketika Siska merasakan gelenyar aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya saat Rean menyentuh kulitnya.

Siska mendongak menatap tepat pada kedua bola mata Rean.

"Lanjutin kerjaan lo, hati-hati." Rean menepuk pundak Siska dua kali.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now