Masih Hari Raya

221 22 5
                                    

Raina, Siska, Ify dan Ayu kini sudah berada di kediaman rumah pak Rw yang terhormat, di halaman rumah yang megah tersebut. Sudah banyak sekali orang-orang yang sedang maaf-maafan. Raina, Siska, Ify dan Ayu agak sedikit ragu untuk datang ke sana.

Pasalnya mereka malu pada warga komplek karena sering sekali membuat ulah sehingga membuat warga di komplek ini geram dengan kelakuan mereka berempat.

"Lo duluan sana," Kata siska sambil mendorong Ify.

"Enak aja, lo duluan. Kan lo yang paling tua di sini," Balas Ify mendorong Siska.

"Lama lo berdua!" Ketus Raina. Kemudian kaki Raina dengan entengnya melangkah menuju rumah megah milik pak Rw yang ramai.

"Ka Ina!" Teriak seorang anak kecil.

Raina sontak menunduk ketika melihat anak kecil berusia empat tahun yang sedang menarik-narik bajunya.

Raina pun berjongkok mensejajarkan tinggi nya dengan bocah tersebut, "Hai Erik."

"Ka Ina, ampao buat Elik mana?" Bocah yang bernama Erik tersebut menengadahkan tangannya meminta ampau pada Raina.

Raina menatap satu persatu sahabatnya yang tengah memperhatikannya, kemudian pandangannya kembali beralih pada bocah laki-laki di depannya ini, "Duh. Uang ka Ina abis tadi Rik. Barusan aja ka Ina bagi-bagi ampau ke orang. Erik tau sendiri kan kalo ka Ina itu orang baik."

"Ka Ina ko culang, Elik gak di bagi ampaonya." Erik mengembungkan pipinya, membuat Raina gemas.

"Gini aja deh, pak Rw kan banyak duit. Erik minta ampao aja ke pak Rw nanti pasti Erik dikasih uang yang biru-biru sama yang merah-merah," Kata Raina.

"Benelan pak Lw banyak uang?" Tanya Erik.

Raina mengangguk,."Iya, sana samperin pak Rwnya." Kemudian bocah kecil tersebut segera berlari menuju pak Rw.

"Lo gak ada duit emang Na? Masa lebaran lo gak punya duit si?" Tanya Siska.

"Gua cuma di kasih lima juta sama nyokap kemarin," Jawab Raina datar.

"Jadi gak maaf-maafannya?" Tanya Ayu.

"Assalamualaikum."

Seketika semua orang menghentikan aktivitasnya. Kemudian semuanya menatap ke arah empat gadis remaja yang tengah tersenyum canggung tersebut.

"Waalaikumsalam," Jawab semua orang serempak.

"Kalian mau apa ke sini?" Tanya istrinya pak Rw ramah.

"Anu bu..." Ify nampak gugup ketika sudah berhadapan dengan istrinya pak Rw.

"Anu apa?" Tanya bu Rw ramah.

Siska menggeplak pundak Ify kencang karena geram melihat Ify yang tiba-tiba lemot seperti ini.

"Anu-anuan bu!" Ify refleks menutup mulutnya.

Bu Rw hanya cengengesan saja melihat kelakuan keempat gadis remaja ini, "Ayo masuk, gak baik bicara sambil berdiri begini."

Bu Rw dan keempat gadis remaja tersebut segera memasuki rumah yang lumayan ramai. Semua pasang mata melihat ke arah Raina, Siska, Ify dan Ayu. Merasa ditatap seperti itu, mereka hanya bisa tersenyum sok manis. Karena mereka yakin di antara ibu-ibu atau bapak-bapak di sini ada yang membenci mereka karena ulah mereka dulu.

"Nah anak-anak nakal datang ke sini juga, mau apa?" Tanya pak Rw garang.

Raina cengengesan menetralkan degup jantungnya, "Pak Rw saya punya tebak-tebakan buat bapak."

"Tebak-tebakan apa?" Tanya pak Rw.

"Pohon-pohon apa yang sering ada ketika hari raya?" Tanya Raina.

We Are Forever ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang