Jeritan Kepedihan.

178 15 1
                                    

Ayu meringkuk di sudut tembok, bajunya lecek. Bahkan ada yang sebagian robek, hampir saja nasibnya sama dengan wanita-wanita yang ada di depannya ini. Kenapa para laki-laki itu begitu tega merenggut paksa kehormatan wanita bahkan sampai menyakitinya?

Jika si wanita itu tidak mau memberikannya. Tak tanggung-tanggung mereka dibunuh begitu saja tak peduli dengan nasib wanita lain yang melihat kejadian itu.

Ayu menutup kupingnya rapat-rapat kala jeritan demi jeritan terdengar begitu keras masuk keindra pendengarannya.
Sampai akhirnya, seorang wanita dengan keadaan yang lebih parah dari Ayu menghampiri Ayu. Ayu sempat tertegun melihat keadaanya.

"Pintu tidak dikunci, sebaiknya kamu keluar!" Kata wanita tersebut.

"Ka...kamu gak ikut keluar?" Tanya Ayu dengan nada bergetar, seberusaha mungkin ia menahan tangisnya agar tidak keluar lagi. Karena sudah lama juga Ayu menangis sampai membuat tubuhnya lelah.

"Kedatangan aku kesini karena kemauanku sendiri, aku menjual diriku disini. Dan aku yakin, kedatangan kamu pasti ulah Indra."

"Ba..bagaimana dengan yang lain?" Tanya Ayu.

Si wanita tersebut mengacak rambutnya kesal, bagaimana bisa di saat suasananya sedang seperti ini Ayu malah banyak tanya, "Mereka harus menanggung perbuatan mereka disini. Ayo cepat keluar!" Wanita tersebut membantu Ayu berdiri, entah mengapa seluruh tubuh Ayu tidak bisa berhenti bergetar. Ia begitu ketakutan kala melihat lantai-lantai di ruangan ini penuh oleh darah, belum lagi ruangan ini dipenuhi oleh wanita-wanita yang sebagian memakai busana dan sebagian lagi tidak. Begitu menjijikan.

"NABILA!"

Wanita yang membawa Ayu menghentikan langkahnya kala akan berjalan ke arah pintu, ternyata pintu sudah terbuka dan memperlihatkan sosok Indra yang tengah menatap tajam ke arahnya. Wanita yang bernama Nabila tersebut menyembunyikan Ayu di balik punggungnya. Karena Nabila takut Indra manyakiti gadis polos ini.

"Mau di bawa kemana hah mangsa gue?!" Desis Indra, satu tangannya ia gunakan untuk mencengkram rahang Nabila.

"Butuh kepuasan kan lo? Ambil tubuh gue. Asalkan jangan dia! Dia cuma anak kecil yang belum tau apa-apa!" Teriak Nabila

Dari sekiannya banyak wanita di ruangan ini, hanya Nabila yang berani menantang sang pemilik club ini.

Indra tersenyum miring, kemudian ia menyuruh beberapa temannya untuk menghampirinya.

"Habisi Nabila!"

Nabila memberontak melepaskan tubuhnya yang diseret paksa oleh teman-teman Indra. Nabila berkali-kali menengok ke arah Ayu yang terus meneriaki namanya.

"Cepet pergi!" Teriak Nabila sebelum tubuh wanita tersebut hilang.

Ayu kembali meringkuk di sudut tembok, sekarang tidak ada lagi yang membantunya untuk keluar dari tempat ini. Ayu terlihat begitu ketakutan kala teriakan-teriakan kesakitan terus terdengar ke kupingnya.

☆☆☆☆

Raina menyembunyikan tubuhnya di balik tembok. Kala melihat Indra keluar dari sebuah ruangan bersama beberapa orang yang menyeret seorang wanita.

Setelah Indra benar-benar pergi. Raina segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Kebetulan tidak ada yang menjaga.

Raina masih tak menyadari jika Arga terus mengikutinya di belakang.

Cklek

Pintu terbuka. Raina membulatkan kedua bola matanya. Hal apa ini? Kenapa bisa semenjijikan ini.

Di depan Raina sudah banyak wanita-wanita tanpa busana yang tergeletak di depannya dengan keadaan yang sangat mengenaskan, darah-darah berceceran dimana-mana, suara jeritan kesakitan membuat seluruh tubuh Raina gemetar dengan hebatnya. Ingin mundur tapi tak mungkin. Ia harus mencari sahabatnya disini.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now