Dendam

151 16 0
                                    

Siska ketar-ketir mencari Ify, Ify sejak bel istirahat tidak kembali masuk ke kelas sampai waktu pulang. Rencananya hari ini ia ingin mengajak Ify untuk menjenguk kedua sahabat mereka di rumah sakit.

Karena lelah, Siska memilih untuk duduk di bawah pohon beringin, ia mengibas-ngibaskan tangannya sebagai alat untuk kipas.

Siska menghela napasnya kasar, kabar mengejutkan semalam membuat ia tidak fokus belajar tadi.

Ayu mengalami trauma hebat, Ayu kerap sekali teriak-teriak tidak jelas akibat kejadian yang menimpanya. Bahkan Ayu sampai menjauhi orang-orang yang datang ke ruangannya.

Kemungkinan Ayu mengalami gangguan mental karena kejadian itu.

"Sis."

Siska menoleh kala mendengar suara seseorang, ia melihat ke sumber suara dan ternyata sudah ada Rean yang berdiri di sampingnya. Rean mengambil duduk tepat di samping siska.

Cowok itu mengeluarkan minuman dingin dan tisu dari dalam tasnya. Kemudian kedua benda itu ia berikan kepada Siska.

Siska menatap bingung air dan tisu yang disodorkan oleh Rean.

"Ambil," kata Rean.

Siska menurut, ia mengambil kedua benda tersebut.

Rean terus memperhatikan Siska yang tengah meneguk habis air minum yang tadi ia berikan, sepertinya gadis itu begitu kehausan. Rean meneguk ludah kala melihat keringat yang membasahi leher Siska.

Segera Rean merampas tisu yang ada di tangan Siska. Kemudian dengan cepat menghapus keringat di dahi serta di leher Siska.

Siska terkejut dengan perlakuan Rean padanya, ia tak bisa membiarkan tangan Rean bergerak-gerak menyentuh kulitnya. Segera Siska merampas kembali tisu tersebut dari tangan Rean.

"Gue bisa sendiri," kata Siska. Rean hanya mengangguk saja.

Cowok tersebut kembali meronggoh tasnya, ia mengeluarkan kotak makan berisi sesuatu buatan sang Bunda.

"Nih Bunda gue buat makanan," kata Rean sambil menunjukan isi kotak makan tersebut. Sederhana, isinya hanya ubi, pisang, kolang-kaling dan benda warna warni dengan tambahan air gula merah.

"Ini namanya koplak."

"Kolak goblok!" Siska memukul pundak Rean kencang membuat Rean meringis kesakitan.

"Bunda gue gak pernah mau punya menantu yang ngomongnya kasar, kata Bunda gue. Cantik aja gak cukup tapi harus punya etika juga." Rean memberikan Siska sendok plastik.

"Urusannya sama gue apa?" Tanya Siska sambil melahap kolak milik Rean.

Rean juga ikut melahapnya, "Ya jelas itu juga urusan lo, kalo gue nikah sama lo. Terus omongan lo masih kaya gitu, bisa-bisa lo di tendang sama Bunda gue."

Uhuk

Siska terbatuk-batuk setelah mendengar perkataan Rean tadi. Rean hanya tertawa kecil kemudian ia memberikan sebotol air lagi untuk Siska.

Siska segera menyambarnya cepat.

"Minum yang banyak, kalo perlu sampe seember."

"Niat bunuh gue lo?!" Siska menatap tajam ke arah Rean.

"Gue turut prihatin sama kejadian yang nimpa sahabat-sahabat lo, maafin kesalahan Arga juga ya. Karena dia juga Raina jadi kenapa-napa," kata Rean.

Siska tersenyum tipis, "Makasih banyak, namanya juga musibah. Kita juga gak tau kan kapan datengnya."

☆☆☆☆

Ify duduk termenung di soffa usang yang berada di rooftop, matanya menerawang melihat bangunan-bangunan pencakar langit, melihat jalanan yang macet di sore hari, melihat awan yang mulai berganti warna.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now