Murid Bahlul

160 12 0
                                    

Erik baru saja keluar dari supermaket setelah selesai memberi barang-barang keperluan Omahnya di rumah. Dua plastik besar sudah berada di tangan kanan dan kiri Erik.

Erik segera memasukan barang-barangnya ke dalam mobil, baru saja Erik berniat masuk ke dalam mobilnya, langsung ia urungkan niatnya itu kala ia melihat seorang gadis yang begitu familiar.

Gadis itu tengah berjalan sendirian di jalanan sambil merapatkan jaketnya untuk melawan rasa dingin yang menyerang tubuh.

Erik segera berlari menghampiri gadis itu.

"Fy," panggil Erik.

Ify yang saat itu tengah menunggu taksi, menoleh ke sumber suara kala mendengar seseorang memanggil namanya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Ify dapat melihat Erik yang melangkah mendekatinya.

"Lo, ngapain di sini?" Tanya Ify, setelah ia dan Erik berhadap-hadapan.

"Belanja," jawab Erik datar.

Ify hanya mengangguk saja.

"Mau pulang? Gue anter." Erik menarik tangan Ify tiba-tiba. Mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya.

Ify sudah terduduk di samping kemudi, ia menatap Erik yang ada di sampingnya yang tengah memundurkan mobilnya. Kemudian perlahan mobil yang dikendarai Erik melaju membelah jalanan.

"Lo kenapa si? Kasar banget!" Kesal Ify.

Erik tak menjawab, kedua mata tajamnya fokus menatap jalanan.

Ify yang merasa ada aura berbeda di dalam mobil ini pun semakin di buat bingung, apalagi sikap Erik yang terlihat berbeda dari biasanya. Sampai akhirnya kebingungan Ify bertambah kala Erik membelokan mobilnya ke arah lain, bukan ke arah rumahnya.

"Rik, rumah gue kan arah sana. Ko lo belok ke sini si?" Tanya Ify.

Lagi-lagi Erik hanya diam, sampai akhirnya mobil yang dikendarai oleh Erik berhenti di sebuah taman yang begitu sepi. Erik melepas sabuk pengamannya kemudian ia memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Ify.

Ify menatap Erik dengan kening mengkerut, pasalnya apa yang akan di lakukan cowok ini? Tiba-tiba saja menarik Ify kemudian membawa Ify ke tempat seperti ini.

"Kenapa si Rik?" Tanya Ify.

Erik menghembuskan napasnya, ketahuilah saat ini Erik tengah mati-matian menahan amarahnya yang akan meledak. Erik teringat kejadian tadi di sekolah yang menimpa sahabat-sahabat gadis itu. Namun ada sesuatu hal yang membuat Erik semakin murka.

Ify, hanya diam saja melihat penderitaan sahabat-sahabatnya. Segitu bencikah Ify sampai-sampai tak mempedulikan keadaan sahabatnya yang sekarang entah bagaimana.

"Jangan mau dibutakan oleh cinta!" Kata Erik tajam.

"Maksud lo apa si?" Tanya Ify tak mengerti.

"Fy, kenapa lo tega ngebiarin sahabat-sahabat lo di sakitin sama orang lain?!" Tanya Erik kesal.

Ify terdiam, ia berusaha meneguk ludahnya susah payah. Untuk pertama kalinya Ify melihat Erik semarah ini.

"Jangan mau dibutakan oleh cinta Fy, gue tau sikap lo kayak gitu ke sahabat-sahabat lo karena lo cemburu kan? Lo cemburu karena Arga lebih pilih Raina ketimbang lo. Itu semua bukan salah Raina, itu semua salah di elo. Elo dengan egoisnya gak mau liat sahabat lo deket sama cowok yang lo suka!" Bahkan Erik dengan beraninya menunjuk wajah Ify dengan Jarinya.

"Lo gak pernah ngerti ada di posisi gue Rik, gua cukup sabar selama ini ikhlasin semuanya buat Raina. Tapi apa kali ini juga gue harus ikhlasin Arga buat Raina? Gue gak bisa Rik. Gue cinta sama Arga. Dan Raina pun tau itu," kata Ify dengan air mata yang sudah merembes membasahi pipinya.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now