Kecewa

157 17 0
                                    

Dua minggu sudah Siska menjalani perawatan di rumah sakit. Dan ia sudah diperbolehkan pulang. Mobil yang dikendarai oleh Aksa melaju menuju kediaman rumah Exel yang saat ini sudah di tempati oleh sahabat-sahabatnya.

Aksa tersenyum kecil kala melihat Ayu yang duduk di sampingnya tengah tertidur pulas. Tangan Aksa tanpa bisa dikomando menyentuh rambut Ayu yang terurai lalu mengusapnya.

"Dasar anak kecil," kata Aksa pelan.

"Seriusan Rean lamar lo?" Tanya Raina yang duduk di belakang bersama Siska.

Siska yang tengah menatap keluar jendela segera mengalihkan tatapannya ke arah Raina yang duduk di sampingnya, kemudian Siska pun mengangguk.

"Cincinnya mana?" Tanya Raina sambil melihat jari jemari Siska.

Siska menggeleng, "Gak ada cincin-cincinan. Ribet."

"Hebat juga ya Rean bisa naklukin hati lo secepat itu," kata Aksa.

"Udah takdir," jawab Siska datar. Meski semuanya sudah kembali membaik, tetapi belum sepenuhnya Siska bisa melupakan luka yang ada di hatinya. Perlu waktu lama untuk menyembuhkannya. Terlebih lagi sekarang Siska harus kembali mempersiapkan dirinya untuk berbicara dengan orang tuanya mengenai ini.

"Pulang langsung istirahat ya, besok kalian udah mulai sekolah. Dan Siska, besok gue sama Rean yang akan temui orang tua lo," kata Aksa sambil membelokan mobilnya ke sebuah komplek.

"Gak perlu Ka, biar gue aja yang bicara sama Mamah," jawab Siska.

"Sekarang kan gue hamil. Kayaknya lebih baik gue berhenti aja sekolah," kata Siska.

Aksa hampir saja mengerem mendadak, Raina yang duduk tepat di samping sahabatnya itu menatap tajam ke arah Siska.

"Kenapa harus berhenti sekolah?" Tanya Raina datar.

"Raina...lo kan tau di perut gue ada Bayi. Seiring berjalannya waktu perut gue pasti akan membesar. Ya kali gue sekolah dalam keadaan perut gede, nanti yang ada semua orang tau," tutur Siska.

"Sis, kalau menurut gue gak harus berenti juga. Lo sekolah selama perut lo belum membesar. Kalau perut lo udah mulai nonjol baru lo berenti terus ambil deh tuh Home schooling," kata Aksa.

"Ya udau nanti gue pikirin lagi," jawab Siska.

Mobil yang dikendarai oleh Aksa memasuki halaman rumah Exel.

Raina dengan hati-hati membantu sahabatnya itu untuk turun dari mobil karena keadaan Siska masih belum terlalu membaik, apalagi sekarang di dalam perut Siska sudah ada bayi. Raina hanya takut terjadi sesuatu menimpa sahabat serta bayinya.

"Kalian duluan aja. Biar gue yang bawa Ayu," kata Aksa. Cowok itu membuka pintu yang ada di sampingnya. Lalu ia segera membopong tubuh Ayu. Ayu hanya merespon dengan gerakan kecil lalu ia tertidur kembali.

Suasana rumah hari ini begitu ramai, banyak sekali orang-orang yang menyambut kedatangan Siska.

"Wesss calon istrinya si Rayen datang!" Teriak Anto.

Rean yang duduk di soffa pun segera bangkit berdiri kala melihat kedatangan Siska. Rean menghampiri Siska untuk membantu gadis itu.

"Biar gue aja," kata Rean mengambil alih tubuh Siska.

"Hati-hati," kata Rean lembut.

"Udah baikan?" Tanya salah seorang laki-laki berkacamata kepada Siska. Siska hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

"Nanti pas acara nikahannya Siska sama Rean yang hadir kita-kita aja ya. Sama keluarga," kata Aksa. Semuanya pun mengangguk.

"Mau istirahat?" Tanya Rean dan Siska pun mengangguk. Rean segera membawa Siska menuju lantai tiga tempat dimana kamar gadis itu berada. Tentu Rean memilih menaiki Lift karena jika harus menaiki gundakan anak tangga yang lumayan banyak, kasian dengan Siska apalagi sekarang di perutnya ada Bayi.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now