pergi dan melepaskan (END)

299 20 7
                                    

Siska mengabaikan keberadaan teman-temannya. Ia sibuk dengan bayi yang ada di gendongannya, sesekali ia mengajak bayinya berbicara seolah-olah bayi itu mengerti apa yang dikatakan oleh Siska. Selama ini, segala hal yang berhasil membuat Siska tak berdaya. Hanya Bayi inilah yang menjadi sumber kekuatannya, setiap kali Siska ingin melakukan tindakan yang sungguh tercela. Yang muncul, selalu wajah mungil itu, yang muncul selalu bayangan di mana Siska berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk satu anak manusia. Sehingga hanya Bayi itu yang menjadi penyelamatnya dan sumber kekuatannya.

Semua orang yang berada di kamar Siska, saling melirik satu sama lain. Mereka bingung harus berbuat apa agar Siska mau berbicara dengan mereka, pasalnya kejadian ini sudah berangsur cukup lama bahkan sebelum Siska melahirkan.

Rean yang esok hari akan resmi menjadi suami Siska pun tak tahu harus melakukan apa untuk membuat calon istrinya ini kembali, sungguh Rean tertekan melihat keadaan Siska seperti ini.

"Ka," panggil Ayu lembut.

Siska tak menjawab, bahkan menoleh saja tidak. Fokusnya hanya pada Bayi yang tengah tidur di gendongannya, meskipun Bayi itu tidur. Siska tetap mengajaknya berbicara. Siska terlihat seperti wanita gila.

"CUKUP!" Teriak Rean, ia bangkit berdiri. Bola matanya menatap tajam ke arah Siska yang tengah terkejut itu, bahkan Siska sampai gemeteran. Buru-buru Ayu mengambil alih Bayi yang ada di gendongan Siska sebelum Bayi itu jatuh. Siska bisa saja melakukan hal yang tak terduga di saat kondisinya sedang tak stabil seperti ini.

"Mau sampe kapan lo kayak gini! Mau sampe kapan lo diemin kita. Cuma karena Raina pergi, lo pikir kita gak lagi usaha buat cari Raina. Seharusnya lo dukung kita Ka. Bukannya malah kayak anak kecil gini, kasian Bayi lo. Lo mungkin aja lupa, kalau besok itu hari pernikahan kita!" Teriak Rean. Sudah tidak ada lagi tutur kata lembut yang selalu Rean ucapkan ketika berbicara dengan Siska. Kesabarannya sungguh habis. Rean tidak bisa melihat Siska terus-terusan seperti ini. Sementara besok adalah hari pernikahannya, hari di mana Rean dan Siska resmi menjadi suami istri yang sah. Bukankah itu yang selama ini mereka tunggu-tunggu.

"Yan..." Aksa mencoba menahan Rean agar bisa menahan emosinya. Lihat, keadaan Siska semakin kacau. Apalagi ketika wanita itu mulai menangis.

"Kita lagi usaha Ka, kita lagi usaha buat cari Raina. Selama ini apapun yang lo mau selalu kita turutin, dan cuma karena keinginan lo yang satu ini belum terkabul. Lo sampe kayak gini, mau sampe kapan Ka. Jangan biarin semua orang capek ngadepin sikap lo yang kayak gini," ujar Rean.

Siska semakin terisak, terkejut mendengar suara teriakan calon suaminya. Dan menyesal dengan apa yang telah ia perbuat, selama ini memang teman-temannya mencari Raina tanpa henti hanya untuk mengabulkan permintaannya. Namun yang Siska lakukan malah seperti ini, malah membuat keadaannya semakin kacau.

Ayu berjongkok di depan Siska yang duduk di atas kasur. Ia menyentuh kedua tangan Siska yang bergetar hebat. Kemudian menggenggamnya erat.

"Besok kita bawa Raina pulang ya," ujar Ayu lembut.

Siska menatap Ayu dengan kedua mata yang memerah.

"Beneran?" Tanya Siska.

Ayu mengangguk sambil tersenyum, "Raina udah ketemu. Besok lo ikut jemput Raina. Kita bawa Raina pulang."

Siska menghambur memeluk tubuh Ayu, lalu disusul oleh Ify. Semua orang yang berada di dalam kamar tersebut tersenyum lega. Akhirnya semuanya bisa kembali seperti semula, mereka bisa kembali berkumpul seperti dulu. Sungguh hanya momen itulah yang mereka rindukan.

"Minta maaf sana." Erik mendorong tubuh Rean.

Aksa meminta semua orang untuk pergi. Memberikan ruang untuk Siska dan Rean, setelah semuanya pergi. Barulah Rean memeluk Siska, mengucapkan kata maaf berkali-kali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now