Melepas Rindu

217 19 0
                                    

"Weh ngapain Neng, sendirian aja kayak uji nyali!"

Ify yang tengah menunggu ketiga sahabatnya di taman komplek pun menoleh ke sumber suara, Ify mendapati seorang Pedagang somai yang tengah menatap ke arahnya.

"Heh Bang, kalo mau dagang ya dagang aja. Gak usah gangguin orang, lama-lama kayak setan aja. Suka muncul tiba-tiba!" Sinis Ify.

Si Pedagang somai itu hanya cengengesan saja kemudian menjalankan gerobaknya meninggalkan Ify sendirian di taman komplek.

Ify berkali-kali mengecek jam di tangan kanannya, jam sudah menunjukan pukul 19:00. Tadi ia mendapat kabar dari ketiga sahabatnya bahwa mereka akan segera tiba di Jakarta setelah magrib. Namun Ify sudah cukup lama Ify menunggu, tapi batang hidung mereka tak kunjung kelihatan juga.

Kebahagian Ify akan terasa lengkap jika benar kenyataan bahwa ketiga sahabatnya itu akan kembali, jujur saja. Ify masih belum percaya kalau nyatanya ia mampu menjalani hari-harinya kemarin tanpa kehadiran sosok sahabat-sahabatnya yang selalu menemaninya.
Bukankah Ify pernah berkata, satu hari tanpa mereka, Ify merasa seperti orang mati, ia tidak ada semangat untuk menjalani hidup.

Dulu, ketika mereka masih duduk di bangku SMP. Raina pernah berkata,"Semua orang pasti setuju. Kalau sahabat, adalah harta paling berharga di dunia ini. Gak ada satu orang pun yang mampu hidup tanpa seorang teman. Jadi, kalau Lo punya banyak teman yang bisa mengerti lo. Jangan pernah lo sia-siain mereka."

"Lama banget sih!" Gerutu Ify sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah.

"Ko gak ada lilinnya?"

Ify sontak menoleh ke sumber suara, hampir saja Ify berteriak karena terkejut.

"Lagi uji nyali kan? Lilinnya mana?"

"Lilin biji mata lo kendor!"

Ify segera bangkit dari duduknya, kemudian ia menubruk seseorang yang ada di depannya.

"Kaget dong."

Ify enggan melepaskan pelukannya. Ify memeluk erat salah satu sahabatnya yang paling irit bicara ini.

"Gue belum ngasih Bunda gua calon menantu yang baik Fy, jadi lo jangan bunuh gue di sini. Gue sesek nih gak bisa napas!" Seseorang yang dipeluk Ify dengan sangat erat tersebut pun memberontak meminta Ify untuk melepaskan pelukannya.

Ify tidak peduli dengan sahabatnya yang terus saja memberontak, tanpa sahabatnya itu ketahui. Ify sedang menyembunyikan air matanya yang berulang kali menetes. Ify menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan.

"Lepas dulu Fy."

Ify segera melepaskan pelukannya itu walaupun rasanya berat sekali, "Rain, gue kangen..."

Raina tersenyum kemudian ia mengusap air mata Ify dengan ibu jarinya, Raina tidak menyangka ternyata Ify dapat melewati ini semua dengan baik.

"Cengeng amat, gimana hari-hari lo tanpa kehadiran kita?"

Ify menarik ingusnya, "Kalian tau gak sih? Awal-awal kalian pergi gue masih belum tenang sampe akhirnya gue sadar. Gue gak boleh kayak gini, gue masih inget sama tiga surat dari kalian buat gue. Gue merasa ini bener-bener hal baru Rain."

Raina tersenyum tipis, "Bagus, akhirnya lo dengerin kata-kata gue. Maaf, sebelum pergi gue gak sempet ke rumah lo. Oh iya, ini baru gue doang nih yang dateng, itu dua orang lagi mana?" Tanya Raina sambil mengedarkan pandangannya. Tak sengaja, kedua netra Raina mendapati dua buah mobil yang berhenti di jalanan.

"Jangan bilang itu..."

"RAINA!"

"IFY!"

Raina dan Ify sontak membulatkan mata mereka, dari kejauhan nampak sosok Siska dan Ayu yang tengah berlari ke arah mereka. Raina dan Ify sudah merentangkan kedua tangan mereka. Sampai akhirnya. Ke-empat remaja yang sempat dipisahkan itu kembali dipersatukan. Raina, Siska, Ify dan Ayu saling berpelukan. Menyalurkan rasa rindu masing-masing.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now