Insiden Berdarah

159 11 0
                                    

Raina tiba-tiba merasakan langkah kakinya semakin memberat. Seperti ada beban yang menimpanya, Raina kesulitan untuk berjalan kemudian ia melihat ke arah kakinya. Darah belum juga mau berhenti mengalir, Sepertinya luka yang di akibatkan oleh besi itu begitu parah.

Sampai akhirnya keseimbangan pun menghilang, Raina jatuh ke lantai.
Raina merasakan rasa sesak luar biasa di dadanya. Ketika berkelahi tadi pun Raina sama sekali tidak mendapat pukulan atau tendangan di bagian perut atau pun dada. Hanya saja wajahnya yang sedikit babak belur akibat kena bogeman dari para manusia sialan itu.

Rasa sesak itu semakin menjadi, hingga akhirnya Raina terbatuk-batuk  sambil mengeluarkan darah yang begitu banyak dari mulutnya. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Ingin meminta tolong pun sudah tak ada orang di sini, sekolah nampak sepi mengingat hari sudah semakin sore dan sebentar lagi matahari akan digantikan oleh bulan untuk menerangi bumi dengan cahayanya.

Raina mengedarkan pandangannya, berharap masih ada orang di sini agar dapat membantunya yang sedang kesulitan seperti ini. Sampai akhirnya, Raina melihat sosok laki-laki yang mengenakan baju seragam yang sama dengan dirinya, tengah berdiam diri di tengah lapangan sambil menatap ke arahnya.

☆☆☆☆

Kedua kaki Arga rasanya sulit untuk digerakan, padahal hati dan otaknya berkata untuk segera berlari menolong gadis yang tengah kesusahan itu. Tapi tubuhnya tidak sejalan dengan hati dan otaknya, sampai akhirnya pandangan Arga dan pandangan gadis itu bertemu. Arga dapat melihat tatapan gadis itu seperti tengah tersiksa dengan tatapan memohon agar ia dapat membantunya.

Segera Arga menggelengkan kepalanya, ia harus segera menolong gadis itu. Kasihan juga keadaannya begitu mengenaskan dengan mulut berumuran darah belum lagi di bagian kakinya, Arga segera berlari menghampiri gadis itu, tepat di depannya. Arga merasakan keterkejutan luar biasa dalam dirinya.

Arga berjongkok memastikan jika gadis itu masih sadar.

"Tolong...gue..." Lirih gadis itu sambil memegang tangan Arga.

Arga menatap tangannya yang dipegang oleh Raina, segera Arga meletakan satu tangannya di belakang punggung Raina dan satu tangannya yang lain di bawah lutut Raina.

Refleks Raina melingkarkan kedua tangannya ke leher Arga agar tidak terjatuh. Setidaknya hal ini dapat membuat Raina merasakan kelegaan, ia banyak berhutang budi pada laki-laki yang saat ini tengah membopongnya. Karena dia kerap sekali membantu Raina di saat Raina sedang dalam kesulitan.

Rean yang tengah duduk di motor merah kesayangannya itu sudah merasa bosan karena menunggu terlalu lama temannya yang tengah mengambil ponsel di perpus. Rean mengedarkan pandangannya ke penjuru sekolah yang belum lama ini ia jadikan tempat baru untuk menuntut ilmu, sampai akhirnya mata Rean melihat sosok temannya tengah membopong seorang gadis.

Rean yang tadi duduk di atas motornya, langsung bangun. Dan segera berlari menghampiri temannya yang nampak begitu khawatir dengan keadaan gadis yang berada di gendongannya.

"Kenapa Ga?!" Tanya Rean yang juga ikut-ikutan khawatir melihat keadaan gadis yang Rean ketahui bernama Raina itu.

"Bantu gue bawa dia ke rumah sakit!" Jawab Arga dengan napas yang tersenggal-senggal. Arga semakin dibuat khawatir kala kedua tangan gadis itu sudah tak melingkar lagi di lehernya. Malah dibuat menggantung begitu saja di udara.

Arga dan Rean tengah menunggu taksi online yang sudah Rean pesan lewat aplikasi, hingga akhirnya taksi tersebut pun datang.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now