Pilu

193 15 0
                                    

Hanya bisa duduk termenung di balkon kamar sambil melihat banyaknya bintang-bintang yang bertaburan di atas langit malam. Malam ini, cuaca begitu cerah namun tak secerah hati gadis yang tengah duduk di kursi roda itu.
Ia hanya mampu menatap kosong apa yang saat ini ia lihat, sesekali bayangan mengerikan itu kembali berputar di otaknya. Seberusaha keras ia agar bisa melawan hal buruk itu, ia ingin kembali ke masa di mana ia bisa menikmati hidupnya dengan tenang tanpa dihantui rasa takut sedikit pun.

Ayu menghembuskan napasnya lelah, ia sedikit lega karena keadaanya yang mulai membaik setelah seharian di rawat di rumah sakit. Ayu teringat saat di mana waktu ia habiskan di rumah sakit hanya untuk ditanyai banyak hal oleh seorang Psikolog, Ayu hanya mampu menjawab sedikit karena setelah itu ia kembali merasakan rasa takut yang menyerangnya tiba-tiba.

Ia juga teringat akan sesuatu hal buruk beberapa hari lalu yang menimpa dirinya dan sahabat-sahabatnya. Jujur saja, saat itu Ayu ingin sekali membantu sahabat-sahabatnya, namun entah mengapa ia selalu merasakan ada sesuatu yang menghambatnya, betapa kejamnya orang-orang itu menyiksa sahabat-sahabatnya hingga terluka.

Sampai akhirnya, sekelebat bayangan di mana Ada seorang gadis yang berkata dengan tegasnya pada Ayu.

"Jangan mau dipandang lemah, dengan gitu caranya orang lain bisa dengan mudahnya nyakitin lo! Inget. Lo pasti bisa, jangan pernah ngerasa gagal ketika melakukan sesuatu. Jika harus gagal pun apa salahnya mencoba lagi. Buktiin sama mereka semua. Kalau lo bisa! Lo itu perempuan hebat, perempuan kuat. Dan gue yakin lo pasti bisa. Hadapi semua kekejaman yang terjadi di depan lo. Karena itu adalah suatu cara agar lo tahu bagaimana caranya bangkit dari sebuah keterpurukan!"

Dengan susah payah Ayu bangkit berdiri dari kursi rodanya, kata-kata itu. Meskipun itu terjadi beberapa tahun yang lalu, entah mengapa di saat Ayu tengah dalam keadaan terjatuh. Kata-kata itu yang selalu memotivasinya untuk bangkit. Ayu menatap ke atas langit lewat jendela kamarnya. Bintang di sana nampak bersinar dengan terang. Meskipun selalu dipandang kecil, Ayu harus bisa menjadi seperti bintang-bintang di atas sana. Ia harus bisa buktiin sama semua orang ia juga mampu untuk bersinar, semua kekejaman yang terjadi dalam hidupnya ia jadikan sebagai motivasi untuk bangkit.

Perlahan Ayu melangkah keluar kamarnya. Saat sudah sampai ruang tamu ia dapat melihat semua keluarganya tengah berkumpul.

"Ayu! Ya ampun Nak, kamu ngapain keluar!" Julia segera berlari menghampiri putrinya yang tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Kalau ada apa-apa panggil Mamah aja." Julia menuntun gadis itu untuk duduk di salah satu soffa single.

"Kamu kenapa Nak?" Tanya Erna.

Ayu menatap seluruh keluarganya. Di sini juga ada Ayah kandung Ayu yang tengah menatap khawatir ke arahnya.

"Ayu, kamu kenapa Nak?" Tanya Fatir sambil menyentuh pundak Ayu.

"Besok saya akan memulai semuanya!"

☆☆☆☆

Brak..brak..

Raina menggeram kesal saat mendengar suara pintu yang didobrak dengan kencangnya dari luar. Baru saja ia ingin mengistirahatkan tubuh lelahnya. Harus ia urungkan kala ada orang yang mengganggu ketenangannya.
Raina menatap sebentar sebuah kamar yang berbeda dari kamarnya. tempat di mana ia berada saat ini. Kamar ini terakhir kali Raina tempati dua tahun yang lalu. Dan sekarang Raina kembali lagi menempati kamar ini yang sama sekali tidak ada yang berubah.

Raina melangkah cepat ke arah pintu yang terus-terusan didobrak, saat membukanya. Ia dapat melihat saudara tirinya yang tengah berdiri tepat di depannya sambil berkacak pinggang.

We Are Forever ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora