Sebuah Perasaan

168 11 0
                                    

Arga, Rean dan Erik tengah berada di sebuah club malam yang berada di Jakarta, club ini ramai oleh banyaknya orang-orang yang tengah bergoyang-goyang di bawah sinar lampu remang-remang.

Bau alkohol serta rokok berhasil masuk ke dalam rongga penciuman mereka.

Arga dan kedua temannya itu hanya duduk-duduk saja bergabung dengan yang lainnya sambil meminum beberapa botol berisi alkohol, hal tersebut sudah sering sekali mereka lakukan ketika sedang ada masalah sehingga mereka larinya ke sini untuk menghilangkan masalah yang ada di pikiran mereka.

Walaupun mereka masih tergolong sebagai pelajar, tapi julukan itu seperti tidak mereka hiraukan, yang terpenting beban yang selama ini mereka pikul hilang semua.

Arga ditarik oleh seorang wanita berpakaian sangat minim, mengajaknya untuk ikut bergabung dengan yang lainnya yang tengah bergoyang di bawah lampu remang-remang. Arga berusaha menolak, karena tujuannya datang ke sini hanya untuk minum-minum saja, tak berniat untuk bermain dengan wanita. Padahal selama Arga dan kedua temannya datang ke sini, banyak sekali wanita-wanita berpakaian sexi menggodanya dan mengajaknya untuk bermain. Arga masih tahu aturan. Ia juga sadar ia masih terlalu muda untuk melakukan hal-hal bejad seperti itu.

Walaupun Arga peminum ia tidak sampai mabuk, ia minum hanya beberapa gelas saja setelah itu sudah tak minum lagi, berbeda dengan Rean yang kalau minum sampai lupa batasan. Rean kerap kali mabuk dan hal itu sangat memusingkan Arga dan Erik.

"Pulang Ga, Rean udah mabuk," kata Erik. Erik sama sekali tidak minum karena ia tidak berani, kedatangannya ke sini hanya untuk menemani kedua temannya saja. Arga mengangguk kemudian ia segera merangkul Rean yang sudah terlihat mabuk karena dia banyak menghabiskan beberapa botol alkohol.

Arga membawa temannya yang sudah mabuk itu ke parkiran, kemudian memasukan tubuh Rean ke dalam mobil sport merah miliknya.

Erik duduk di samping kemudi, sementara Arga yang menyetir mobil mewahnya itu, Arga menjalankan mobilnya keluar parkiran club. Tujuannya saat ini membawa Rean ke apartemennya. Karena tidak mungkin Arga membawa Rean pulang ke rumah cowok itu, karena Rean sedang ada masalah di rumahnya. Sehingga tempat inilah yang di jadikan pelarian untuk cowok itu.

"Rean tumben bersikap manis sama cewek?" Tanya Erik sambil menatap ke arah Arga yang fokus menyetir.

"Gak tau," jawab Arga datar.

"Lo gak suka sama cewek yang sekelas sama kita?" Tanya Erik lagi.

"Cewek di kelas kita banyak."

"Itu lho yang namanya Ify, gue rasa Ify suka sama lo Ga."

"Tapi gue enggak."

"Kapan lo buka hati lo lagi buat cewek Ga, percuma lo pindah-pindah sekolah tapi gak berhasil nemuin cewek yang pas di hati lo."

Arga hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Erik, entahlah, Arga sendiri saja bingung. Ia hanya takut kejadian waktu lalu terulang kembali, untuk itu Arga trauma untuk dekat-dekat dengan yang namanya cewek.

Kejadian waktu lalu membuat Arga benar-benar menutup hatinya untuk semua cewek yang berusaha masuk ke hatinya, bukannya Arga tak suka sama cewek. Arga masih normal, dia masih suka dengan lawan jenisnya. Tapi bukan saatnya, karena menurut Arga mencari pasangan yang bener-bener serius dengannya itu sulit sekali. Kebanyakan yang pernah singgah di hati Arga hanya mengincar hal lain dan Arga sangat benci hal itu.

☆☆☆☆

Saat ini Raina, Siska, Ify dan Ayu tengah berada di sebuah taman kecil yang ada di daerah komplek tempat tinggal mereka, taman ini nampak sepi mengingat jam sudah menunjukan pukul 21:00 malam. Orang-orang pasti sudah pada tertidur. Mengistirahatkan tubuh karena lelah melakukan aktivitas seharian ini.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now