02.Extricate•Arima Kianar❄

20.9K 989 15
                                    

"I believe, I can melt the ice
in his heart."

❄-Extricate-❄

"Aish! Banyak banget nih kertas!!" Seorang perempuan nampak mengomel tidak jelas sembari memasukkan kertas-kertas di loker ke dalam plastik yang sudah ia siapkan. Mungkin sebagian dari kalian berpikir ini adalah loker miliknya, jika begitu kalian salah. Loker yang sedang ia bersihkan adalah milik Riko Andrian.

"Ini apaan sih pake ada bunga segala! Coklat?!Mau bikin ayang Arima diabetes?!" Perempuan bernama lengkap Arima Kianar itu berdecak kesal. Ia mengambil seluruh coklat dan bunga lalu ia memasukkan bunga ke dalam plastik bersama surat-surat alay sedangkan coklat ia masukan kedalam tasnya. Kan sayang kalau dibuang.

"Thank you fansnya Riko, Arima dapet banyak coklat hari ini!!" Senyum Arima melebar. Ia sangat menyukai makanan manis itu.

"Oh iya lupa!" Arima mengeluarkan kotak makan dari tasnya lalu menyimpannya di loker Riko. Kotak makan itu berisi sebuah pancake hasil buatannya sendiri.

Tidak lupa, Arima menempelkan sebuah note diatas tempat makanannya.

Hai beb!!

Arima bawain pancake, dimakan! Awas kalau nggak! Arima udah bersihin loker Riko. Makasih juga coklatnya, Arima ambil.

Sama-sama.

Love you es batu<3

Arima tersenyum melihat hasil usahanya, ia lalu menutup loker itu dan menguncinya. Kuncinya? Ia simpan disaku rok.

Mengapa Arima memiliki kunci loker Riko? Perempuan itu memiliki segala cara untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan.  Setahunya, fans-fans Riko memberikan itu semua pada Ferdi dan Riko hanya menyuruhnya menyimpannya di loker, tapi yang terpenting ia memiliki kunci cadangannya.

Arima mengambil plastik lalu membuangnya ke tempat sampah. "Nyusahin! Tapi biarin lah, asal bebep Riko seneng!!" gumam Arima melangkah menuju kelasnya dengan senyuman lebar. Sebut saja ia gila, karena dirinya memang gila. Tergila-gila dengan Riko Andrian lebih tepatnya.

Baru saja ia menduduki kursinya, seseorang mendatangi mejanya dengan setangkai bunga. Arima yang melihat itu menaikkan satu alisnya menatap laki-laki di depannya.

"Gue suka sama lo!" Laki-laki itu adalah Nino, dia tidak henti-hentinya menyatakan perasaan pada Arima menggunakan setangkai bunga. Padahal jelas-jelas selalu Arima tolak.

"Aduh yaampun Nino! Udah satu bulan ngejar-ngejar Arima! Move on woy move on!!!"

"Gak. Gue akan terus perjuangin lo, ngejar lo sampe lo nerima perasaan gue."

"Arima cuman suka Riko," ujar Arima menatap Nino dengan tatapan memelas.

"Gak, lo punya gue."

"Gue bukan punya siapa-siapa."

"Intinya, lo ambil bunga ini dan besok gue akan nembak lo lagi!!" ucap Nino memberikan bunga itu ketangan Arima secara paksa.

"Bunga gak bisa dimakan Nino!  gabisin duit tau gak?! Ngasih tuh yang bisa dimakan.Coklat, es krim, permen, dari pada bunga kayak gini. Mana bisa dimakan."

Sejujurnya, Arima sama sekali tidak menyukai bunga. Ia berpikir hanya buang-buang uang demi membeli bunga. Lebih baik dibelikan makanan, lebih mengenyangkan.

"Gue akan ngasih itu semua, asal lo nerima gue," ucap Nino menyugar rambutnya ke belakang dengan menatap Arima jahil.

"Ogah! Mending Arima beli sendiri!!" jawab Arima memasukkan bunga itu ke dalam tas. Mau bagaimanapun, ia masih menghargai pemberian orang. Terkecuali di loker Riko, ia akan membuang semuanya dengan sadisnya.

"Terima aja kali Rim, kasian tuh bocah!" sahut seorang perempuan menduduki kursi di sebelah Arima.

"Apaansih Wulan! Arima akan tetap setia sama bebep Riko!!"

"Riko terus, bosen gue dengernya. Lo hanya bisa berharap tanpa kepastian. Cuman omongan kasar yang lo dapetin! Es batu gitu disukain ckckck," sindir Wulan. Arima mendengus kesal.

"Mending sama Nino, tuh bocah gak ada capek-capek nembak lo mulu."

"Perasaan gak bisa dipaksakan."

"Iyain!"

"Atau gak, Wulan sama Nino aja! Kan jomblo, dia jomblo jadian aja!" Ucapan Arima membuat Wulan tidak bisa menahan tangannya untuk menjitak kepala Arima.

"Bego!"

"Bodo amat, intinya cinta Adinda hanya untuk Kakanda seorang."


ExtricateDonde viven las historias. Descúbrelo ahora