59.Extricate•Pergi meninggalkan kenangan pahit❄

8.9K 710 51
                                    

Semangat buat besok yang ujian!!!

Aku up buat terakhiran,sebelum ujian!

Thank you💕

Sampai berjumpa minggu depan!!!


_________________________

"Painful memories are
increasingly eating away
the heart"

-Extricate-❄

Arima Kianar,hanya terdiam sembari memegangi kue ditangannya yang masih utuh.Ia memang sudah meniup lilin,tapi untuk kue dirinya menunggu keluarganya.Hanya hari ini,ia ingin bersama keluarganya.

Sudah berjam-jam Arima menunggu,namun keluarganya belum pulang.Matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya,bahkan langit sudah mulai berubah menjadi gelap.

Gelak tawa mulai terdengar,nampak keluarganya memasuki rumahnya sembari tertawa bersama.Arima mendekati mereka dengan kue ditangannya.

"Mah,Pah?"Hani,Dani dan Kayla menghentikan tawanya.

"Ada apa?"tanya Dani menatap Arima bingung.

"Hari ini ulang tahun Arima,"senyuman tipis tertera diwajahnya.

"Terus?Lo mau minta macem-macem kan?"Kayla menunjukkan senyuman miringnya kepada Arima.

"Mah,Pah,hanya kali ini."

"Kayla,masuk kekamar,"titah Hani dengan nada tegas.

"Tapi Mah."

"Kayla,"Kayla menggerutu kesal lalu memasuki kamarnya.

"Kamu juga Arima,masuk kamar."

"Cuman kali ini Mah,Pah.Arima gak akan minta macem-macem,Arima cuman pengen kalian nemenin Arima dihari spesial ini."

"Kami tidak ada waktu Arima."

"Mah,Pah,Arima janji gak akam meminta perhatian kalian lagi setelah hari ini,"Dani menghela nafasnya kasar lalu berlalu pergi.

"Pah,"nada suara Arima melemah,sehingga Dani menghentikan langkahnya.

"Arima bahkan gak ngerti,kenapa kalian jadi kayak gini ke Arima.Arima salah apa ke kalian?Arima gak pinter?Arima nakal?Arima gak nurut sama Papah,Mamah iya?"air matanya sudah keluar menyusuri pipinya.

"Jawab!Arima salah apa!?"

"Arima cuman minta sedikit perhatian kalian,hanya itu."

"Masuk kamar kamu Arima,"titah Dani tanpa menatap wajah Arima.

"Maaf,maaf dan maaf!!kalau Arima nakal,gak bisa diatur,bodoh!"

"Tapi apakah kalian ingat?Disaat umur Arima 6 tahun,itu terakhir kalinya Mamah sama Papah ngerayain ulang tahun Arima.Saat ini,Arima sudah berumur 17 tahun Mah.Egoiskan jika Arima meminta perayaan itu kembali terulang?"

"Apa kalian gak mikirin perasaan Arima?Arima selalu sendiri Mah,menyanyi sendiri,membeli kue sendiri,dan meniup lilin sendiri?Arima kesepian Mah,Pah.Hanya hari ini,Arima meminta kalian merayakan bareng Arima.Sesulit itu?"

"Cukup Arima!"Hani menatap Arima dengan berapi-api.

"Cukup,kamu bukan anak kecil lagi!Umur kamu 17 tahun,itu waktunya kamu bisa mandiri."

"ARIMA SELALU MANDIRI SELAMA INI,TANPA KASIH SAYANG ORANG TUA!!!!!!"tangis Arima semakin pecah.

"Kasih sayang,perhatian kalian terlalu terpaku pada Kayla.Seakan-akan untuk Arima habis tak tersisa."

"Makasih Mah,udah ngelahirin Arima sampe sebesar ini dan buat Papah,makasih pernah menjadi pahlawan bayangan dihidup Arima.Makasih,kalian berdua udah ngerawat Arima walaupun tanpa rasa kasih sayang dan perhatian,"Arima membuang kue itu ke tempat sampah dan berlalu pergi kekamarnya meninggalkan Hani dan Dani yang masih terdiam ditempat.

Arima mengambil obat penenang di lacinya dan segera meminumnya.Ia mengambil tasnya lalu memasukkan baju-bajunya secara asal.Ia hanya membawa baju-bajunya dan obat miliknya.

Ia menatap pantulan dirinya dikaca,Arima mengambil sebuah vas bunga didekat jendelanya lalu melemparkannya pada cermin itu sehingga retak, pecahan vas bunga dan tanah berserakan dimana-mana.Arima berjalan keluar kamar sembari menggendong tasnya.

"Mau kemana kamu Arima!?"Arima menatap Dani dengan senyuman tipisnya.

"Pergi,melupakan kenangan menyakitkan dirumah ini,"setelah mengatakan itu,Arima berlalu pergi meninggalkan rumah.

Selamat tinggal kenangan menyakitkan,hatiku sudah cukup sempit untuk menerima luka kembali.

Extricate

Seorang pria berada di sebuah mall sedang mencari kado untuk keponakan kesayangannya.Ia sudah mengelilingi mall,tapi tidak ada hadiah yang pas untuk keponakan cantiknya itu.

Nada dering ponselnya berbunyi bertanda ada telepon masuk,Andi segera menjawabnya.

'Hasilnya sudah keluar.'

"Besok saja kita bicarakan,saya sedang sibuk."

'Tapi Pak---'Andi mematikan sambungan secara sepihak lalu memasukkan ponselnya kesaku celananya.

Ia teringat,bahwa keponakannya itu menyukai buku novel.Senyuman Andi tercetak diwajahnya lalu kakinya melangkah menuju toko buku.

Kini ditangannya,sudah terdapat sebuah kotak dengan pita merah menanbah kesan cantik.Dering ponselnya kembali terdengar,Andi melirik siapa yang menghubunginnya.Ternyata,keponakannya itu sudah menghubunginya mungkin marah,karena dirinya tidak mengucapkan selamat ulang tahun lebih awal.Andi segera menjawabnya dengan senyuman lebar.

"Halo keponakan Paman yang cantik!"

'Paman..hiks...hiks...'senyuman diwajahnya luntur saat mendengar isak tangis diseberang sana.

"Kamu kenapa!?"

'Paman dimana..hikss..?Arima butuh Paman..'

"Kamu dimana sekarang Arima!?biar Paman dateng sekarang juga."

'Didepan rumah Paman.'

"Kamu tunggu sana,jangan kemana-mana!"Andi mematikan sambungan telepon lalu berlari menuju mobilnya berada.

Sedangkan dilain tempat,Arima menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya dengan kaki ditekuk.Sedari tadi,ia tidak henti-hentinya menangis.

Mungkin,wajahnya sudah bengkak saat ini karena sedari tadi menangis.Arima mendongakkan kepalanya disaat ada sebuah lampu menyorotnya.

"Arima!"Andi berlari menuju dimana Arima berada setelah mematikan mobilnya.

"Paman!!"Arima memeluk tubuh Andi erat,yang ia butuhkan saat ini hanyalah sandaran seseorang.

"Arima pergi dari rumah."

"Apa yang kamu lakukan itu sudah benar Arima,mulai sekarang kamu tinggal sama paman.Besok Paman akan membicarakan kepada orang tua kamu."

"Tap---"

"Paman hanya tidak ingin melihat kamu terluka kembali Arima."

ExtricateWhere stories live. Discover now