42.Extricate•Perlombaan❄

8.3K 605 38
                                    

Dah ya jangan minta next dulu,aku udah double up;')

Semoga masih betah nunggu up!
Karena aku bisa nulis cuman hari libur doang;')tolong pengertiannya.

I love you readersquh💙

____________

"My dream is broken, and the wound hurts me again."

❄-Extricate-❄
 

Tidak terasa,hari itu tiba.Hari dimana yang paling meneggangkan dan yang paling ditunggu-tunggu oleh Arima Kianar.

Dengan balutan dress hitam selutut dan olesan make up tipis menghiasi wajahnya menambah kesan alami.

"Kamu sangat cantik sayang,"Rini mengelus pipi Arima lembut.

"Gak kalah cantik sama Ibu."

"Kamu bisa aja,jadi sudah siap untuk hari ini cantik?"

"Sudah dong,apakah Arima bisa latihan sekali lagi?"Rini menganggukkan kepalanya mengiyakan permintaan Arima.

"Ibu kedepan dulu ya,"setelah mengatakan itu,Rini berlalu pergi meninggalkan Arima seorang diri.

Senyuman tak luput diwajahnya,hari ini ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk meraih mimpinya yaitu menjadi orang pianis.

Hanya tinggal selangkah lagi,Arima bisa menggapai mimpinya.Maka dari itu,ia harus bersungguh-sungguh.

Arima berjalan menuju kursi,jari-jarinya bergerak diatas tuts piano.Nada-nada yang ia mainkan itu adalah ciptaannya sendiri selama  1 bulan terakhir.

Dirinya pernah berjanji pada Riko akan membawakan sebuah lagu khusus dann inilah saatnya ia memainkannya dihadapan semua orang dan Riko lebih tepanya.

Lagu yang mewakili perasaannya,juga sebagai ucapan perpisahan.Arima sudah meyakini dirinya sendiri,ia akan menyerah pada perasaannya.

"Permainanmu semakin bagus,dan aku membencinya,"permainannya terhenti saat mendengar suara itu.

"Gara-gara kamu,aku jadi tidak didaftarkan lomba oleh Ibu,"Arima menolehkan kepalanya kearah Dina berada.

"Apa maksud Dina?"

"Harusnya aku yang mengikuti lomba itu!bukan kamu!!"dengan amarah menggebu-gebu Dina menutup tutup piano keras dengan tangan Arima yang masih berada diatas tuts piano.

Teriakan Arima terdengar,rasa sakit menjalar ditangannya.Karena teriakan Arima tidak pelan,Rini terburu-buru berlari kearah asal suara.

Kedua matanya membulat saat melihat pemandangan dihadapannya.Rini terburu-buru membuka tutup piano itu,terlihat tangan Arima bergetar dan jari-jari tangannya memerah.

"APA YANG KAMU LAKUKAN DINA!!!!!!"Rini menatap Dina yang terlihat ketakutan.

"Kamu tau!tangan Arima itu berharga Dina!sekalinya tangan ini terluka,akan berakibat fatal!"

"DINA BENCI ARIMA!!!!HARUSNYA DINA YANG DILOMBAKAN BUKAN DIA!!AKU BENCI DISAAT IBU SELALU MELIHAT DIA,MEMBANGGAKAN DIA BUKAN AKU!"tangis Dina pecah saat mengatakan segala isi hatinya.Begitupun dengan Arima,air matanya sudah luruh merasakan sakit ditangannya dan juga hatinya.

"Kamu tidak tau apa-apa tentang Arima,Dina!!!"

"Apa Bu,apa!!!Dina cuman pengen perhatian Ibu,Aku mau mengikuti lomba itu dan membuat Ibu bangga!Tapi Ibu malah melarangnya dan memilih mendaftarkan Arima!"

"Ibu tidak pernah memiliki murid seegois kamu Dina!nanti kita bicarakan lagi!!"Rini merangkul bahu Arima dan menggiringnya keluar sembari mengenggam tangan Arima.

"Sakit Bu,"lirih Arima pelan.

"Maafkan Ibu,bertahanlah nak.Ibu yakin tanganmu tidak akan apa-apa."

"Arima takut Bu..."

Extricate

Riko Andrian,nampak sudah berada didepan gedung diadakannya perlombaan piano.Entahlah,hatinya sudah tidak sabar ingin melihat penampilan Arima.Ia tahu,dirinya tidak boleh seperti ini namun hatinya berbanding terbalik dengan logikanya.Dengan langkah lebarnya,Riko memasuki gedung itu.

Dihadapannya terlihat banyak sekali orang-orang yang hendak menonton perlombaan berlangsung.Riko segera menduduki salah satu kursi penonton.

Kedua tangannya saling menggenggam,Arima yang akan mengikuti lomba namun dirinya yang gugup.Riko menutupi kegugupannya dengan wajah datarnya.

Lomba berlangsung,peserta pertama menaiki panggung dan mulai memainkan pianonya.Riko merasakan permainan Arima jauh lebih indah dan mengenai hatinya.

Perlombaan terus berlangsung,sudah banyak peserta yang tampil.Riko sedari tadi menunggu nama Arima terpanggil rasanya membosankan.

"Selanjutnya,Peserta ke-38 Arima Kianar!!!"suara tepuk tangan riuh terdengar disekitarnya.Riko mencari-cari keberadaan perempuan itu,namun sosok itu tidak ada.

"Arima Kianar,apakah ada yang bernama Arima Kianar?"sahut seorang pembawa acara terlihat kebingungan.

"Jika tidak ada,Arima Kianar akan didiskualifikasi dari perlombaan ini."

ExtricateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang