48.Extricate•Itu semua gak bener❄

8.8K 686 75
                                    

"People only see the cover, they see what they want to see without any intention of glancing at the heart."

-Extricate-❄

"Ingat,hari ini keadaanmu akan diperiksa.Paman akan jemput kamu sepulang sekolah,"Arima menganggukan kepalanya malas.Dirinya sangat malas untuk datang kerumah sakit,padahal tubuhnya sehat-sehat saja.

"Jangan kabur!"

"Iya Paman iya!!"

"Awas aja kalau Paman jemput kesini,kamu udah gak ada,"Arima mengecup pipi Andi sekilas lalu berlalu pergi.

"Dah Paman Arima yang bawel!!"Andi terkekeh kecil melihat kelakuan keponakannya itu.

Sedangkan saat dikoridor Arima sama sekali tidak nyaman dengan orang-orang yang sedang memperhatikannya dengan sorot tak dapat diartikan.Bisikan-bisikan kecil terdengar saat dirinya melewati mereka.

"Gak nyangka gue,cewek polos kayak dia sukanya om-om,"langkah kaki Arima terhenti saat kata-kata itu memasuki indera pendengarannya.

"Iya yaampun,muka aja polos dalemnya liar.Udah yuk pergi,jijik gue liatnya,"dua orang perempuan disampingnya berlalu pergi sembari memberikan tatapan jijik pada Arima.

Arima berusaha tidak peduli dengan tatapan dan bisikan itu,ia kembali melanjutkan langkahnya memasuki kelasnya berada.

Kelas yang ramai tiba-tiba menjadi hening ketika menyadari kehadirannya.Dirinya sama sekali tidak mengetahui ada apa,sehingga orang-orang melihatnya seakan-akan ia adalah sampah.

"Wulan,ini ada apa?"Wulan hanya meliriknya datar lalu berlalu pergi keluar kelas.

"Arima!!"Arima menolehkan kepalanya,dihadapannya sudah terdapat Nino dengan nafas terengah-engah seperti sudah berlari.

"Kenapa Nino?"

"Foto lo tersebar di grup sekolah,"kedua mata Arima membulat.

"Foto apa!?"

"Maaf ya,lo keliatannya sama om-om,"Nino mengatakan itu dengan hati-hati takut menyakiti hati Arima.Mendengar itu,Arima terburu-buru membuka ponselnya dan membuka grup.Dan benar saja,foto dimana dirinya sedang mengecup pipi Pamannya tersebar.Dirinya juga tidak mengetahui siapa pengirim foto ini.

"Nino percaya Arima kan?Ini paman Arima!"Nino hanya tersenyum kecil lalu berlalu pergi kemejanya.

'Mainnya sama om-om dong.'

'Dapet duit berapa Rim?bagi-bagi dong haha.'

'Gak nyangka,katanya suka Riko eh dibelakangnya suka om-om.'

'Sampe ngecup pipi segala,duh mesra banget ya.'

'Polos-polos bangsat haha,'suara tawa orang-orang dikelas menggelegar,Arima menutupi telinganya dengan kedua tangannya berharap suara-suara itu tidak akan terdengar lagi olehnya.

"ITU PAMAN ARIMA!!"

'Alah paling ngaku-ngaku,pacar lo ya Rim?Arima sukanya yang berduit ternyata.'

"DIEM!!!"

"Tolong berhenti,"gumam Arima pelan,air matanya lagi-lagi keluar.Matanya terasa sangat sakit karena beberapa hari ini dirinya terlalu sering menangis.

"Berhenti,Arima mohon."

"Itu gak bener,"seketika gumpalan kertas terlempar kearahnya,diikuti gumpalan kertas lainnya.Difisiknya memang tidak terasa sakit,namun batinnya yang merasakan amat sakit.

Disaat seperti ini,orang-orang terdekatnya pergi.Sebagian hanya melihat dirinya dengan tatapan jijik.

Arima bahkan tidak tau apa kesalahannya sehingga mereka meninggalkan dirinya seorang diri.Gumpalan kertas itu semakin banyak dilemparkan kearahnya diiringi gelak tawa orang-orang terdengar disekitarnya.

Karena tidak kuat dengan semuanya,Arima berlari keluar kelas bersama isak tangisnya yang semakin menjadi.

Tubuhnya tersungkur saat menabrak sesuatu yang keras.Tangisannya semakin keras,rasanya sangat amat sakit.

"Arima?"Arima melihat siapa orang dihadapannya.

"Pergi!!Semua orang benci Arima!!!"Riko menggendong tubuh Arima dan membawanya menuju taman belakang sekolah.Tak peduli dengan tatapan tak percaya orang-orang.

Riko menyimpan tubuh Arima dibawah pohon,Arima masih menangis menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Arima gak main sama om-om!Itu semua gak bener..hikss..hiks.."

"Kenapa semua orang nyakitin Arima?"

"Kenapa hiks...hikss..,"hatinya terasa sakit melihat sosok Arima yang biasanya ceria nampak sangat terluka.Sosok itu nampak sangat berbeda,ia merindukan sosok itu kembali ceria dan menebarkan senyumannya.

"Nangis aja."

"Sampe lo puas."

"Sakit....rasanya sakit...hikss,"wajahnya ia tenggelamkan di liapatan tangannya dengan lutut ditekuk.

Riko segera membawa tubuh itu kedalam dekapannya seraya menepuk-nepuk punggung Arima seakan-akan memberikan perempuan itu kekuatan.

"Gue tau,orang-orang itu salah menilai lo dan gue lebih percaya lo.Jangan dengerin apa yang orang-orang katakan tentang lo,karena mereka hanya melihat seseorang dari luar tanpa melirik hati."

ExtricateWhere stories live. Discover now