69.Extricate•Kabar❄

8.8K 653 55
                                    


"You must be cured....."

❄-Extricate-❄

"Aaa....."Riko menyodorkan sendok berisi bubur pada Arima.

"Gak mau,kenyang."

"Makan Arima."

"Gak Riko,Arima kenyang."

"Arima,"Riko menatap Arima dengan datar.

"Riko."

"Makan."

"Gak!"sendoknya ia simpan kembali dimangkuk,lalu menyimpan mangkuk itu dimeja.

"Gue pergi."

"Pergi aja!"

"Bener?"

"Iya!"Arima mengangguk dengan mantap.

"Lo mau gue pergi?"

"Riko harus kuliahkan?"

"Gue gak ada jadwal."

"Bohong,"Riko menghela nafasnya kasar.

"Gue mau nemenin lo disini,"kedua sudut bibirnya tertarik saat mendengar kata-kata itu meluncur dengan mulus dari mulut sang pangeran es.

"Riko dengerin Arima,Arima gak papa sendiri disini.Arima bukan anak kecil lagi yang harus ditungguin,umur Arima udah 18 tahun loh.Jangan khawatir,mending sekarang Riko kuliah."

"Arima gue takut."

"Takut apa Riko?Takut berpaling kelain hati?hahaha."

"Gue takut lo pergi,"tawa Arima seketika terhenti disaat mendengar itu.

"Dan ninggalin gue lagi."

"Gue takut disaat balik lagi kesini lo udah gak ada,"kedua tangan Arima menangkup pipi Riko dan menatap wajahnya sembari tersenyum manis.

"Riko dengerin Arima baik-baik."

"Arima gak akan pergi,jika masalah meninggalkan Arima tidak bisa mengendalikan takdir.Biarkan takdir berjalan seharusnya."

"Udah sekarang Riko pergi,ada mata kuliah kan sekarang?"

"Tapi lo makan."

"Iya nanti."

"Sekarang."

"Nanti."

"Sekarang,"Arima dengan terpaksa mengambil mangkuk buburnya dan segera memakan buburnya berusaha meyakinkan Riko bahwa dirinya baik-baik saja.

"Udahkan?"

"Gue bakal kesini lagi,"Riko mengecup kening Arima sekilas lalu berlalu pergi.Arima menyimpan bubur itu kembali ketempatnya,segera ia menuruni kasur dan berlalu menuju kamar mandi untuk memuntahkan makanannya.

Tubuhnya sedari kemarin tidak menerima asupan makanan sama sekali,rasa sakit didaerah dadanya kembali terasa.Arima memukuli dadanya berharap ada pasokan oksigen memasuki paru-parunya.

Kakinya sudah tidak mampu menopang tubuhnya sehingga tersungkur dilantai kamar mandi.Arima terbatuk-batuk dengan dada yang sesak,ternyata ditangannya terdapat bercak darah.

Senyuman getir hanya bisa ia tampilkan,ternyata penyakitnya semakin parah.

Ia memiliki masalah di paru-parunya,sehingga ia selalu ditemani oleh selang oksigen untuk membantunya bernapas dan darah dari mulut dan hidungnya selalu keluar tanpa diminta.

Menyebalkan memang.

Kedua matanya memburam,seketika semuanya menjadi gelap.

"Arima!!!"seorang laki-laki terkejut disaat melihat Arima tersungkur dilantai Arima dengan tangan terdapat sebercak darah dengan segera ia mengangkat tubuh mungil itu menuju kembali kekasurnya dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Arima.

"Arima baik-baik aja kan paman?"Andi hanya menggelengkan kepalanya pelan,raut wajahnya terdapat raut wajah kesedihan.

"Jangan bercanda Paman."

"Kondisinya semakin buruk Adres."

Extricate❄

Riko menatap arloji ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 19:00 dengan segera ia menaiki mobilnya menuju rumah sakit.

Kakinya berlarian dikoridor rumah sakit,ia hanya ingin segera menemui perempuannya.Deru nafasnya memburu disaat ia sudah berada dihadapan pintu ruangan Arima.

Kedua sudut bibirnya tertarik seiring langkah kakinya membawa dirinya masuk.Disana,perempuan itu sedang membaca sebuah buku yang ia yakini novel remaja.

"Istirahat,"Riko menduduki kursi disamping kasur Arima.Tatapannya berubah menjadi sendu melihat Arima terpasang oksigen.

"Tidur Arima,jangan baca buku terus,"tangannya mengambil buku Arima sehingga sang pemiliknya terlihat kecewa.

"Arima bosen Riko."

"Makanya sembuh,biar bisa jalan-jalan,"mendengar itu,Arima menundukkan kepalanya sembari memainkan kuku tangannya.

"Arima..."Riko yang menyadari raut kesedihan Arima merasa tidak enak.

"Arima pengen jalan-jalan,"gumam perempuan itu pelan.

"Nanti gue ajak jalan-jalan,"Arima mendongakkan kepalanya dan menatap Riko dengan tersenyum lebar.

"Janji?"jari telingkingnya ia sodorkan pada Riko.

"Janji,"Riko mengaitkan jari kelingking Arima.Keduanya saling melempar senyuman dan juga saling melemparkan tatapan rindu.

"Riko..."

"Hm?"

"Pulang gih."

"Ngusir?"

"Nggak!!"

"Terus?"

"Ini udah malem."

"Terus?"

"Ishh nanti orang tua Riko nyariin,gimana kalau mereka telepon polisi karena ngira Riko diculik orang?"Riko mengacak rambut Arima gemas karena dirinya sangat merindukan ocehan perempuan itu.

"Gue bakal disini."

"Pulang Riko."

"Nggak."

"Nanti orang tua Riko khawatir!!!"Riko mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi seorang.

"Mah."

'.......'

"Riko gak akan pulang."

'........'

"Rumah sakit."

'.........'

"Hm,"Riko menutup sambungannya dan menatap Arima dengan senyuman kecil.Sedangkan Arima menunjukkan raut tidak percaya melihat kelakuan Riko.

"Udah kan?"

"Riko!!!"

"Apa?"

"Arima benci Riko!!!"

"Yakin?"

ExtricateWhere stories live. Discover now