41.Extricate•Syarat❄

7.9K 598 9
                                    

"Nothing will happen to me,
just calm down."

❄-Extricate-❄

Dari kejauhan,nampak terdapat dua orang laki-laki terlihat sedang mengobrol.Ralat,hanya satu orang saja yang berbicara dan yang satunya lagi hanya memainkan ponselnya dengan wajah datar.

"Riko!lo dengerin apa yang gue omongin nggak?!?"sahut laki-laki bernama Ferdiann itu dengan nada kesal.

"Hm."

"Gue tadi ngomong apaan coba?"

"Hm."

"Gue dari tadi ngoceh,ternyata lo gak dengerin gue sama sekali!?!Lo itu manusia apa bukan sih,kesel gue lama-lama!!"Riko hanya melirik sekilas Ferdi,lalu kembali mengalihkan pandangannya pada ponsel digenggamannya.

"RIKO!!!"seorang perempuan menduduki kursi disamping Riko tak lupa senyuman lebarnya menghiasi wajah imutnya.

"Jangan lupa janji Riko!"Riko menolehkan kepalanya kearah Arima.

"Apa?"Arima menatap Riko tidak percaya.

"LUPA!?"

"Hm."

"Perlombaan itu tinggal 2 hari lagi Riko!!Arima harap,Riko nepatin janji okeh!!Jam 11 siang jangan lupa!"

"Hm."

"Arima ay---"ucapan Wulan terhenti saat melihat sosok laki-laki menyebalkan sedang menatapnya dengan jahil.Siapa lagi jika bukan Ferdinan?

"Hai,"Ferdinan melambaikan tangannya sembari tersenyum jahil.

"Arima ayok pergi!!"Wulan menarik tangan Arima dengan paksa.

"Gak mau Wulan!!!"

"Nanti gue beliin coklat,cepetan!"mendengar kata coklat,Arima langsung saja mengikuti Wulan untuk pergi dari meja Riko dan Ferdinan.

"Sebenci itukah cewek itu ke gue?padahal kan gue ganteng,"Ferdi melihat pantulan dirinya pada layar ponsel miliknya.

"Bacot."

Extricate

Arima Kianar,memasuki ruangan dengan berhati-hati.Hari ini,ia bermaksud ingin memberikan sebuah kejutan pada pamannya.

Untung saja,seorang suster mengatakan bahwa pamannya sedang berada diruangannya.Jadi,ia tidak perlu mengelilingi rumah sakit yang tidak bisa dibilang kecil.

Arima melihat wajah pamannya terlihat sangat lelah,ia menjadi tidak tega menganggu pamannya.Namun,sat ia hendak kembali suara pamannya menhentikan langkahnya.

"Paman tau,kamu ada disana keponakanku,"Arima membalikkan tubuhnya dengan memamerkan giginya lalu mendekati Pamannya.

"Ada apa hm?"Andi mendekati Arima dengan senyuman kecil dan kantung mata disekitaran matanya.

"Hari sabtu,Paman ada waktu kosong nggak?"

"Sabtu?entahlah."

"Bisa atau nggak Paman,"Arima memanyunkan bibirnya karena merasa tidak puas dengan jawaban Pamannya itu.

"Asal kasih tau dulu,kamu mau apa?"

"Hmmm,bisa gak Paman dateng ke perlombaanku nanti?"dahi Andi berkerut mendengar itu.

"Perlombaan apa Arima?"

"Piano,"ucap Arima dengan hati-hati.Sebenarnya dirinya takut mengatakan ini,ia takut pamannya akan berbicara pada orang tuanya mengenai ini.

"Hari Sabtu ini?oke Paman akan datang untuk melihat keponakan kecil Paman!!"raut wajah bahagia tercetak diwajah Arima,ia segera mengecup pipi pamannya.Arima sangat menyayangi Pamannya itu,dia seakan-akan menggantikan peran sosok Ayah dihidupnya.

"Tapi dengan satu syarat."

"Ah Paman gak asik!!"raut wajah bahagia Arima luntur seketika.

"Yasudah,paman tidak akan datang."

"Ayolah Paman!"

"Satu syarat,"helaan nafas kasar terdengar dari Arima.

"Oke apa?"

"Kamu harus mengikuti pemeriksaan,"kedua bola mata Arima memutar malas.

"Periksa apa Paman?aku baik-baik saja,mungkin sedikit gila haha."

"Pokoknya syaratnya kamu harus mau paman periksa,karena Paman takut ada apa-apa sama kamu karena selalu meminum obat tidur!"

"Nggak akan terjadi apa-apa Paman,Arima minum obat itu buat kebaikan diri sendiri juga.Kalau Arima tidak bergantung pada obat itu,mungkin mata Arima akan selalu ada kantung mata."

"Berhenti meminum obat-obatan itu Arima!efek sampingnya sangat berbahaya!"Andi tidak habis pikir lagi dengan jalan pikiran keponakannya ini.

"Paman hanya selalu berfikir negatif,tidak akan ada yang terjadi Paman."

"Terima syarat atau Paman tidak akan datang?"Arima berdecak sebal mendengar perkataan yang mengandung ancaman itu.

"Oke fine!Arima terima!"

ExtricateWhere stories live. Discover now