70.Extricate•Pemintaan Maaf❄

9K 665 57
                                    

Sorry for typo!!!Karena aku gak sempet revisi lagi.

_______________________________

"It's hurt Mom,Dad."

-Extricate-❄

Seberkas cahaya memasuki celah jendela rumah sakit,nampaknya sang raja cahaya telah memunculkan dirinya.

Kedua mata Arima membuka secara perlahan,ia melirik kearah sofa yang terdapat seorang laki-laki sedang tertidur meringkuk.

Mungkin Riko sangat kedinginan,melihat tidak ada selimut membalut dirinya.Arima melepaskan oksigennya lalu membawa selimutnya tak lupa ia juga menggiring infusannya.

Arima membalut tubuh Riko menggunakan selimut miliknya agar tubuh itu menjadi hangat.Senyumannya tercetak diwajahnya disaat melihat Riko mulai nyaman dengan posisinya,tangannya mengelus rambut Riko perlahan agar tidak membangunkan sang pemilik.

Langkah kakinya membawa dirinya kekamar mandi untuk membasuh mukanya.Terkadang,dirinya tidak bisa bergerak bebas karena sebuah infusan menancap ditangannya maka dari itu ia selalu membawa tiang infusan kemanapun ia pergi.

Setelah melakukan ritual paginya,Arima kembali membaringkan tubuhnya dikasur dan memasang oksigennya kembali karena pernafasannya mulai terganggu.

Disaat hendak menutup kedua matanya kembali,suara pintu dibuka membuatnya mengurungkan niatnya.Kedua matanya membulat disaat melihat siapa yang memasuki ruangannya.

"Mamah?Papah??"Hani dan Dani segera memeluk tubuh Arima erat.Isak tangis mulai memasuki indera pendengar Arima.

Arima melepaskan pelukan itu secara paksa,ia menatap keduanya dengan wakah tanpa ekpresi.

"Ngapain kalian kesini?"

"Arima maafkan kami,"Hani menangkup pipi Arima sembari kedua mata sudah meluncurkan air matanya.Arima menepis tangan Hani dari pipinya.

"Maafkan Papah juga,"sahut Dani pelan.

"Baru sekarang kalian dateng?SELAMA SETAHUN INI KALIAN KEMANA AJA DISAAT ARIMA PERGI DARI KEHIDUPAN KALIAN!!!!!!"teriakan Arima membangunkan Riko,Riko lalu mendekati Arima dengan khawatir.

"Ada apa Arima?"Arima sama sekali tidak menanggapi,kini tatapan tajam tertuju pada orang tuanya.

"Ahh pasti kalian bahagia bukan?benalu dihidup kalian kini sudah pergi,dan sebentar lagi mungkin akan lenyap."

"Arima maafkan kami,"Hani sudah menangis didalam pelukan Dani.

"Urus saja Kayla,karena Arima sudah tidak membutuhkan perhatian kalian lagi."

"Arima...."Dani nampak tidak percaya dengan ucapan anak bungsunya itu.

"Apa maksud kamu Arima?"

"Setahun ini Arima diberi kasih sayang,perhatian oleh Paman.Ah bolehkah Arima berharap bahwa Paman saja yang jadi orang tua Arima?Bahkan Paman menjadi pahlawan nyata bukan Pahlawan yang semu dihidup Arima."

"Kami tau,kami tidak pantas mendapatkan maaf dari kamu sayang."

"Karena Arima bentar lagi mati,Arima sudah memaafkan kalian."

"ARIMA!!!!"Riko menatap Arima marah,sungguh dirinya tidak menyukai ucapan itu.

"Apa Riko?memang benar.Disaat Arima akan mati,mereka baru menyadari masih memiliki anak yang ditelantarkan dan juga baru meminta maaf atas apa yang Arima lalui selama bertahun-tahun tanpa kasih sayang orang tua?"

"Karena kalian,Arima bisa membentuk diri menjadi tidak lemah lagi."

"Arima maafkan kami,"Hani mengenggam kedua tangan Arima erat.

"Arima udah maafin Mamah sama Papah,tapi Arima minta tolong."

"Apa?sebutkan,pasti akan kami bantu untuk menebus dosa yang kami lakukan,"Arima tersenyum kecil menatap Dani yang terlihat bersungguh-sungguh.

"Jangan pernah dateng kesini lagi,"Riko menatap Arima tidak percaya,bagaimana mungkin Arima melarang orang tuanya aendiri untuk menjenguknya.

"Apa?"Hani menggelengkam kepalanya menolak permintaan Arima.

"Pah,Papah tadi udah setuju mau bantu Arima."

"Tapi tidak dengan cara ini Arima,kami ingin selalu menjenguk kamu."

"Arima sudah terlalu lelah,memori dimana kalian bersikap acuh tak acuh masih kembali terputar dikepala ini."

"Anggap saja Arima anak Paman,jadi kalian hanya memiliki Kayla."

"Beruntungnya Kayla,bisa terlahir dengan sehat tanpa harus merasakan rasa sakit,"Arima tertawa miris sedangkan Riko mengusap-usap punggungnya memberikan kekuatan.

"Arima..."

"Hoam,Arima ngantuk.Bisakah kalian pergi?"hati Hani dan Dani sangat nyeri disaat melihat keadaan Arima jauh dari kata baik-baik saja dengan oksigen untuk membantu pernafasan Arima.Mereka sudah tahu apa penyakit yang dimiliki oleh Arima,karena Andi sudah menjelaskan semuanya.

Disaat mereka hendak menebus kesalahan dengan merawat Arima,Arima malah memutuskan tali yang terikat dan memilih pergi.

Mau tidak mau,Hani dan Dani menyetujui permintaan Arima.Mereka berlalu pergi dari ruangan meninggalkan Arima dan Riko.

"Riko?"

"Hm?"

"Peluk Arima,"Riko segera memeluk tubuh Arima erat,disanalah tangisan Arima pecah.Sedari tadi ia berusaha menhan tangisannya agar terlihat tegar oleh orang tuanya.Dirinya hanya tidak ingin terlihat lemah.

"Sakit rasanya Riko..."

"Terus kenapa lo lakuin itu?"

"Arima cuman gak mau,mereka ngeliat kematian Arima kelak."

ExtricateHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin