34.Extricate•Tolong❄

8.8K 660 15
                                    

"You are my hero, a flat-looking but warm-hearted hero."

-Extricate-

Arima melangkah menyelusuri trotoar jalanan yang terlihat sepi,ia hanya seorang diri disana sembari menunggu angkutan umum datang,sesekali ia bersenandung pelan.

Langkahnya terhenti saat dihadapannya terdapat segerombolan laki-laki berseragam sekolah tetapi bertampang preman.

Arima sangat ketakutan,tatkala salah satu laki-laki itu menatap dirinya dengan seringaian.

Tubuhnya bergetar disaat segerombolan laki-laki itu mendekatinya,kakinya dengan perlahan berjalan mundur berharap ia dapat pergi dari sana.

Kakinya seakan sulit diatur,ia ingin berlari namun hanya berjalan mundur yang dapat ia lakukan saat ini.

"Cantik bro,"ujar salah satu dari laki-laki tersebut.

"Kenapa mundur gitu?jangan takut sama kita,"laki-laki dihadapannya hendak menarik tangannya namun dengan lihai,Arima menyembunyikan tangannya dibalik punggung.

"Jangan mendekat,Arima mohon,"ucapannya bergetar diiringi rasa takut yang sangat-sangat.

"Polos banget yaampun,gemes deh."

Arima masih berjalan mundur,sampai akhirnya tubuhnya tersungkur karena dibelakangnya terdapat sebuah batu besar.Ringisan kesakitan terdengar dari bibir mungil Arima.

Air matanya mengalir,ia selalu berdoa dalam hati berharap ada seseorang yang membantunya.

Arima memundurkan tubuhnya dengan menggeserkan kakinya yang terasa sangat sakit.

"Kalian ngapain hah!?Gue gak nyuruh kalian gangguin perempuan,"salah seorang laki-laki berambut acak-acakan datang mensejajarkan tubuhnya dengan Arima sembari tersenyum kecil.

"Jangan,Arima mau pulang."

"Mau pulang?ayo gue anterin.Jangan takut gitu,"Arima masih saja takut,ia tidak percaya dengan ucapan laki-laki dihadapannya.

"Percaya ke gue,nama lo Arima?"

"Gak!Arima takut sama kalian,"laki-laki itu menatap teman-temannya dengan tajam.

"Dia takut sama kalian,jauh-jauh sana,"sekumpulan laki-laki itu menjauh dari Arima dan temannya.

"Udah kan?masih takut?"Arima mengangguk kecil.Laki-laki dihadapannya terkekeh kecil,melihat kepolosan Arima.

"Penampilan gue aja yang acak-acakan,gue gak sebrengsek itu ke perempuan."

"Ay----"laki-laki dihadapannya seketika terjungkal kebelakang.Arima hampir saja berteriak kencang karena sangking terkejutnya.

"Arima,"seseorang yang memukul laki-laki itu adalah Riko,Arima menatap tidak percaya dengan sosok Riko yang sudah berada dihadapannya.

"Riko,ko ada disini?"

"Ayo,"Riko menarik tangan Arima dan membantunya bangkit.Tetapi,Riko terjatuh karena mendapat sebuah pukulan dipipinya.

"Riko!!!!"

"Emangnya lo siapa hah!?dateng-dateng mukul gue!!!"Riko menatap tajam laki-laki bertampang urakan itu.

Riko bangkit dan kembali menghujani wajah,perut dan dada laki-laki itu.Sampai akhirnya,segerombolan laki-laki itu menyerang Riko dengan pukulan bertubi-tubi.

"UDAH!!!!!!"tangis Arima semakin kencang,melihat Riko kewalahan melawan semuanya sampai akhirnya ia menjadi bahan pukulan oleh 6 orang laki-laki.

"Riko,"Arima berjalan mendekati Riko yang sedang dipukuli itu,namun sebuah tangan menahannya.

"Diem,dia pantes dapetin itu."

"Lepasin,Riko!!"Arima menatap laki-laki itu dengan berkaca-kaca.

"Jangan main kroyokan!!!Tolong,lepasin Riko,"laki-laki itu nampak menghela nafasnya kasar,lalu menarik salah seorang temannya.

"Ayok cabut,nanti anak orang mati gara-gara kalian,"semuanya segera menyudahinya dan berlalu pergi dengan motor masing-masing.Arima berlari kearah Riko yang sudah tersungkur dengan wajah lebam-lebam dan seragamnya terdapat bercak darah.

"Riko,"Arima mengangkat kepala Riko kepahanya.

"Bangun,buka matanya hiks,"Riko membuka matanya sedikit.Tatapannya terhenti pada kedua mata yang nampak berkaca-kaca itu.

"Gue gak papa,"ringisan kecil terdengar saat Riko menegakkan tubuhnya.

"Ayok,"Riko menarik tangan Arima untuk bangkit,lalu membawanya kemotornya berada.

"Ayok kerumah sakit,Riko!!"

"Berisik,"Riko memakai helmnya dan menaiki motornya.

"Naik."

"Kita mau kerumah sakit!?"

"Naik!!"Arima segera menaiki motor Riko saat mendengar nada suara Riko semakin mendatar walaupun sedikit tertatih karena kakinya sedikit sakit.

Motor melaju dengan kecepatan sedang,Arima menghirup wewangian yang sangat ia suka.Yaitu wewangian milik Riko,apapun tentang Riko ia sangat menyukainya.

Riko menghentikan motornya didepan rumah Rini,dimana dirinya les piano disana.Arima segera menuruni motor Riko.

"Masuk,"bukannya menuruti ucapan Riko,Arima malah menarik-narik tangan Riko.

"Lepas."

"Turun dulu!"

"Gak."

"Riko!!!!!"Arima menatap Riko dengan tatapan garang.Riko menghela nafasnya kasar lalu menuruni motornya.

"Udah kan?"tanya Riko dengan datar.

"Ayo,"Arima mengembangkan senyumnya lalu menarik tangan Riko kedalam rumah Rini.Tetapi,langkahnya terhenti saat melihat Rini berada didepan pintu.

"Ibu!!"Rini menatap Arima dengan senyuman lebar.

"Arima!!!Duh Ibunya mau pergi ini,gapapa kan kamu latihan sendiri?"

"Gapapa ko Bu,"Rini menatap Riko dengan penasaran.

"Siapa dia Arima?ko babak belur gitu?kamu juga itu kenapa kaki kamu?"tatapannya teralihkan pada luka dikaki Arima.Sedangkan Arima hanya meringis pelan melihat tatapan khawatir Rini.

"Nanti aja Arima jelasin,Ibu mau pergi kan?"

"Oh iya!!!Kamu latihan yang bener ya!!Jangan lupa obatin kaki kamu,"Rini mengecup kening Arima,lalu berlalu pergi.Menyadari ada kedua mata menatap dirinya,Arima menatap balik Riko dengan senyuman kecil.

"Dia guru lesnya Arima,bukan ibu kandung Arima."

ExtricateWhere stories live. Discover now