14.Extricate•Luka❄

10.4K 704 17
                                    

"I want to scream, that I'm not fine

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"I want to scream,
that I'm not fine."

❄-Extricate-❄

A

rima Kianar,mendekati piano dihadapannya dengan senyuman kecil.Ia menduduki kursi yang audah tersedia,tak lupa dirinya meregangkan tangannya terlebih dahulu.

Tangan lentiknya mulai menekan tuts piano itu perlahan,kedua matanya menatap sebuah not balok dihadapannya.

Lagu yang ia mainkan saat ini adalah lagu favoritnya.Ia selalu memainkan ini jika suasana hatinya sedang tidak baik.Lagunya terbilang menyedihkan,sama seperti hidupnya sangat menyedihkan dan hancur.

Tetapi,ia akan bangkit.Dirinya akan membuktikan kepada keluarganya bahwa ia bisa lebih unggul dari Kayla.

Arima akan terus berlatih setiap hari,agar saat perlombaan berlangsung ia akan menampilkan dengan maksimal dan memuaskan.

Dentingan terakhir terdengar,bertanda Arima menyudahi permainannya dengan sangat mulus.

Senyuman tercetak diwajahnya,senyuman yang barang kali menipu seluruh orang.

Arima hanya memiliki Wulan dan Riko dihidupnya.Wulan adalah sahabat yang selalu menemaninya kapanpun,Riko adalah laki-laki yang ia cintai dan jangan lupakan sosok Rini pemeran pengganti sosok Ibu dihidupnya.Selain mereka dirinya tidak memiliki siapapun lagi didekatnya,satu-satunya keluarga yang masih tersisa adalah pamannya saja.

Kedua matanya mengelilingi sudut ruangan,disini hanya ada dirinya seorang diri.Rini sedang keluar dan Dina tidak ada kelas hari ini.

Kesepian,sepertinya sudah melekat didirinya.Itulah yang Arima sukai,kesepian dan kesunyian hanya itu.

Perut Arima kesakitan karena melupakan makan,lalu mengeluarkan botol obat ditasnya yang selalu ia bawa kapanpun dan memakannya tanpa minum.Entahlah,ia seperti sudah terbiasa meminum obat-obat itu.Obat yang mampu membuat kesakitan ditubuhnya mereda.

Matanya melirik kearah jam dinding,ternyata waktu berjalan dengan cepat.Hari sudah mulai sore,dan matahari sudah siap menenggelamkan dirinya berganti dengan bulan.Itu tandanya,Arima harus pulang saat ini juga.

Arima memasukkan obatnya kedalam tasnya kembali dan menggendongnya.Kakinya melangkah keluar rumah dengan tatapan sendu,ia sebenarnya tidak ingin kembali kerumah karena baginya rumah itu luka.

Tapi,jika tidak dirumah ia akan berdiam diri dimana?maka dari itu,Arima terpaksa kembali kerumah itu.

Untung saja angkutan umum masih ada,jadi Arima bisa tenang.Arima menaiki angkutan umum itu.

Hanya beberapa menit,Arima sudah sampai dirumahnya.Ia memasuki rumah dengan helaan nafas kasar.

Kosong,itulah keadaan rumah saat ini,mungkin Kayla sedang berdiam diri dikamar.Entahlah,Arima merasa sangat bersyukur dengan keadaan rumah sepi.Karena itu membuat hatinya sedikit terobati dengan tidak mendengarkan kata-kata yang membuatnya terluka.

Senyumannya tercetak diwajahnya,namun senyuman itu hilang saat melihat keadaan ruang tengah sangat kotor.

Satu hal lagi yang ia benci adalah,kotor.Arima sangat tidak betah dengan keadaan sekitar yang kotor.

Disimpannya tas miliknya disofa,lalu ia melangkah mengambil sapu disudut ruangan.

Diambilnya sampah-sampah berserakan dan mengelap sesuatu yang kotor dimeja.Arima menyapu ruangan dan mengepelnya.

Arima menghela nafas lega saat melihat keadaan rumah menjadi bersih kembali.Ia mengambil tasnya lalu memasuki kamarnya.

Nafasnya tersendat-sendat,seakan stok udara menipis.Kedua kakinya tak mampu menumpu tubuhnya sehingga terjatuh kelantai.

Arima memukuli dadanya berharap ia dapat bernafas dengan lancar.Ia benci kelemahan,Arima tidak menyukai tubuhnya yang lemah.

Kedua air matanya mengalir dipipinya karena tidak kuat dengan rasa sakit yang menyerang dadanya.

Lama kelamaan rasa sakit itu perlahan mereda,kini Arima dapat bernafas lega kembali.

Arima mendongakkan kepalanya menatap langit-langit kamar dengan diiringi gumaman pelan.

"Kapan ini berakhir?"

"Kapan Rima kembali sekuat dulu?"

"Kapan Arima bahagia?"

"Kapan Arima mendapatkan kasih sayang orang tua kembali?"air matanya mengalir dengan derasnya.Sebut saja ia cengeng,dan memang benar.

"Wah Kayla!kamu bersihin ini semua?"dahinya berkerut saat mendengar suara Mamahnya dari luar pintu.

"Iya Mah,tadi ini rumah kotor banget.Ya udah aku bersihin aja,"Arima mengetahui suara itu,siapa lagi jika bukan Kayla?

"Papah senang memiliki anak serajin kamu,"ternyata rasa sakitnya tidak berhenti sampai disini.Lukanya masih terbuka lebar tanpa ada yang mengetahuinya.

Terkadang lisan yang paling menyakitkan itu berasal dari orang tua.

ExtricateWhere stories live. Discover now