21.Extricate•Perjuangan berakhir sia-sia❄

9.6K 664 18
                                    

"My body is weak, but i will notshow it to anyone

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"My body is weak, but i will not
show it to anyone.Because i hate being pitied."

❄-Extricate-❄

Pukul 5 dini hari,Arima telah menyelesaikan kegiatannya membuat cupcake.Senyumnya terukir saat selesai menghiasi cupcake dengan cantik.

Arima hanya keluar kamar disaat saat tertentu,ia keluar dari kamar saat subuh dimana keluarganya sedang tertidur.Jadi ia bisa lebih leluasa melakukan apapun disaat subuh.

Ia memasukkan cupcake itu ke kotak makan dan melangkahkan kakinya menuju kamar.Arima mengambil hoodie Riko dan memasukannya kedalam tas bersamaan dengan kotak makan.

Arima segera memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap karena matahari sudah mulai menampakkan dirinya.

Beberapa waktu berlalu,kini Arima sudah siap dengan seragam sekolahnya.Merasa tidak ada yang terlupakan,Arima berlalu keluar kamar.

Seperti biasa,keluarganya sedang sarapan bersama tanpa kehadirannya.

"Arima pergi dulu,"Arima berlalu pergi keluar rumah.Walaupun tanpa mengatakan itu,keluarganya tidak akan peduli sama sekali.

Arima bergerak gelish saat tidak melihat angkutan umum satupun.Sesekali ia melirik kearah jam tangannya yang hampir menunjukan pukul dimana gerbang sekolah ditutup.

"Masa gue harus jalan?mana jauh lagi!!!"suara deru motor terdengar mendekat.Arima memundurkan langkahnya saat pengendara motor itu berada dihadapannya.Wajahnya tidak terlihat karena tertutup oleh helm.

"Arima!"orang itu menaikkan kaca helmnya sehingga Arima dapat melihat wajahnya.

"Nino?"

"Buruan naik,udah telat!"

"Tapi kenapa lo ada disini?"

"Pertanyaan simpen buat nanti,sekarang naik aja dulu,"Arima menaiki motor Nino dan berpegangan pada tas Nino.

Motor Nino melaju dengan sangat kencang karena beberapa menit lagi gerbang akan segera ditutup.

Akhirnya mereka dapat bernafas lega saat melihat gerbang sekolah masih dibuka,itu tandanya mereka tepat waktu.

"Ayok Nino buruan!!"Arima menuruni motornya dengan tergesa-gesa.

"Iya bentar Rim,sabar.Nyimpen helm dulu."

"Lama ah!!"Arima berlari meninggalkan Nino seorang diri diparkiran yang menatap punggung Arima dengan kekehan kecil.

"Dasar boncel."

Arima berlari-larian dikoridor dengan hoodie dan kotak makan dipelukannya.Ia berhasil menyalip orang-orang yang menghalangi langkahnya walaupun ia mendapatkan cacian dari orang-orang.Tapi Arima tidak memperdulikan itu.

Dadanya mulai terasa nyeri usai berlarian.Nafasnya juga mulai tidak beraturan.

Jangan sekarang,batin Arima.

Hanya beberapa langkah lagi,dirinya akan sampai dikantin.Sekuat tenaga Arima melangkah menuju kantin tidak memperdulikan rasa sakit didadanya.

Sosok itu,sosok yang dicari-cari olehnya sedang berada dimeja pojok bersama dengan Ferdi dan juga seorang perempuan.

Arima berlari mendekati meja Riko dan karena ulahnya itu rasa sakitnya semakin terasa.

"Riko!!"Riko menatap Arima dengan datar sedangkan Arima menatap perempuan itu tajam.

"Lo siapa?"

"Gue?temennya Riko,"ucap perempuan itu dengan nada santai.

"Mau apa lo kesini!?"nada suara Arima mendatar dengan sorotan menajam.

"Harusnya gue yang tanya gitu,lo mau ngapain kesini?"

"Bukan urusan lo!"perempuan itu tersenyum meremehkan.

"Oh gue tau,lo pasti fans alaynya Riko ya?sampe bawa kotak makan gitu."

"Tutup mulut lo."

"Gue tau lo,Arima Kianar perempuan yang ngejar laki-laki tanpa malu.Harga diri lo dimana?gak laku apa gimana?"kedua tangan Arima mengepal tak terima dihina seperti itu.

"Sisil!ucapan lo itu keterlaluan!"sahut Ferdi menatap perempuan bernama Sisil itu dengan tajam.

"Apa emang bener kan?"

"Tutup mulut lo bitch!!!!"emosi kini sudah menguasai Arima.Sifat jelek Arima adalah tidak mampu menahan emosi,ia akan menghabisi siapapun jika orang itu membuat emosinya tak terkendali.Rasa sakit didadanya ia hiraukan terganti oleh emosi yang memuncak.

"Hah?bitch?bukannya lo ya?"Arima hendak menjengut rambut Sisil,namun tangannya sudah ditahan terlebih dahulu oleh Riko.

"Lepas!!"

"Bocah,"Riko menghempaskan tangan Arima dengan kasar,cengkraman Riko ternyata sangat kuat sehingga menimbulkan bercak memerah dipergelangan tangan Arima.

"Pergi."

"Denger kan apa kata Riko?pergi husshh sana!"Riko menolehkan kepalanya kearah sisil dengan sorotan membunuh.

"Lo juga."

"Pergi,"raut wajah Sisil memasam saat mendengar itu,ia bangkit dari duduknya.Saat melewati Arima,Sisil dengan sengaja menyenggol tubuh Arima sehingga kotak makan dan hoodie Riko jatuh kelantai.

Arima menatap nanar cupcakenya yang bertebaran dilantai,usahanya membuat cupcake itu terbuang sia-sia.Rasa sakitnya semakin menjadi saat Riko menginjak kue itu dan berlalu pergi.

Kedua matanya berkaca-kaca siap meluncurkan air mata melihat cupcakenya sudah hancur lebur.Pernafasannya mulai tersendat dan rasa sakit didadanya semakin menjadi.

Namun,ia harus kuat.Dirinya tidak boleh terlihat lemah dihadapan semua orang yang sedang melihatnya dengan tatapan iba.Arima membenci itu.

"Arima,maafin kelakuan Riko ya?"Arima mendongakkan kepalanya menatap Ferdi dengan berkca-kaca,senyumnya terukir dan saat itu air matanya luruh.

"Arima,"Ferdi terdiam melihat Arima.

"Aduh,mata Arima dari kemarin perih terus jadi berair.Gue harus periksa kedokter mata ya?"Arima terkekeh kecil sembari mengusap air matanya dengan kasar.

"Lo nangis."

"Nangis apa?Arima gak nangis.Arima mau kekelas,tolong kembaliin hoodienya Riko ya.Maaf gitu hoodienya jadi kotor lagi,makasih Ferdi,"Arima berlari dari area kantin dengan kotak makannya.Tujuannya saat ini adalah ketoilet,Arima memasuki salah satu bilik toilet.Tubuhnya seketika luruh saat itu juga,ia memukuli dadanya berulang kali diiringi isak tangisnya yang semakin menjadi.

Untung saja toilet sedang sepi,jadi Arima bisa meluapkan semuanya tanpa seorang pun yang tahu.

Rasa sesak tak mampu ia tahan lagi,lagi dan lagi ia hanya bisa berdo'a agar rasa sakit ini hilang dari tubuhnya.

"Arima gak mau jadi lemah."

ExtricateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang