20.Extricate•Kebencian❄

9.3K 667 10
                                    

"Hated? I always feel it every time

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hated? I always feel it every time. So I'm getting used to it."

❄-Extricate-❄

Wajah Arima terlihat sangat pucat,nafasnya sudah tidak beraturan dan dadanya terasa sangat sakit.Langkahnya terlihat sangat gontai tak bisa menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya saat ini.

Arima berpegangan pada sisi tembok koridor yang terlihat sangat sepi karena para siswa siswi sudah pulang.Mengapa Arima masih ada disekolah?jawabannya adalah hari ini ia piket kelas.

Tangannya memukul dadanya sendiri agar ia bisa bernafas dengan lancar,tubuhnya seketika luruh kelantai diiringi rintihan kesakitan.

Rasa sakitnya semakin menghinggapi tubuhnya,ia hanya bisa berdo'a dalam hati agar rasa sakit ini menghilang.

Derap langkah kaki terdengar,Arima berusaha menolehkan kepalanya melihat siapa yang datang.Ternyata itu adalah Riko.

Raut wajah kesakitannya berusaha ia tutupi agar Riko tidak dapat melihatnya.Untung saja,Riko hanya melwatinya tanpa meliriknya sedikitpun.

Arima mengambil obat ditasnya dan segera memakannya tanpa minum.Beberapa saat kemudian,pernafasannya mulai membaik dan kembali normal.

Suara derap langkah kaki mulai terdengar lagi,kini sudah ada sepasang sepatu berada dihadapannya.Arima mendongakkan kepalanya melihat siapa pemilik sepatu itu.

Riko,laki-laki itu kembali.

"Riko,ko disini?bukannya tadi udah pulang?"

"Sakit?"bukannya menjawab Riko malah melemparkan pertanyaan lagi.

"Nggak ko."

"Pucet,"kedua alis Arima saling bertaut mendengar ucapan Riko yang terkesan sangat dingin.

"Hah?"

"Ayo,"Arima semakin tidak mengerti ucapan Riko.

"Aduh yayang Riko,ngomongnya jangan singkat-singkat gitu.Arimanya gak ngerti,ngomong panjang gak akan bikin lo mati,"Riko berlalu pergi begitu saja tanpa menanggapi ucapan Arima.Melihat itu,Arima segera bangkit dan mengejar Riko.

"Riko mau nganterin Arima yak?"Arima menatap Riko dengan penasaran.

"Arima mau ko dianter sama Riko,"Riko semakin mempercepat langkahnya.

"Kaki Arima pendek Riko,gak kayak lo panjang.Jadi jangan cepet-cepet ish!!!"Arima berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Riko walaupun tubuhnya sangat lemas saat ini.

Mereka sampai diparkiran,hanya terdapat beberapa motor yang tersisa disana.Arima masih saja mengikuti kemanalun Riko pergi.

Riko memakai helmnya dan menaiki motornya begitupun Arima ia langsung saja menaiki motor Riko tanpa meminta persetujuan sang pemilik.

"Turun."

"Gak,tadi Riko mau nganterin Arima kan?"

"Gak."

"Ya terus?tadi ayo apaan?"

"UKS."

"Bodo ah,anterin gue pokonya,"Arima melingkatkan tangannya dipinggang Riko,memeluknya dengan sangat erat walaupun terhalang oleh tas Riko namun ia tak masalah.Senyumannya tak pernah luput dari wajah manisnya.

"Lepas."

"Gak."

"Lepas."

"Ayolah cepet Riko!!"Riko menghela nafasnya kasar,percuma menghadapi perempuan aneh itu dia tidak akan pernah jera sama sekali.

Riko melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata sedangkan Arima hanya tersenyum-senyum dibelakang tanpa rasa sakut sama sekali.

"Didepan belok ya sayang!!!"Riko mau tidak mau menuruti permintaan Arima agar ia bisa segera terlepas dari perempuan aneh itu.

"Tuh berhenti dirumah cat abu,Arima turun disitu,"tunjuk Arima pada rumah Rini.Riko memberhentikan motornya,Arima segera menuruni motor Riko.

"Makasih sayangnya Arima,"tanpa mengucapkan sepatah katapun,Riko berlalu pergi dengan motornya meninggalkan Arima yang hanya terkekeh kecil melihat sikap kelakuan sang pujaan hatinya.

Arima memasuki rumah Rini dengan perasaan berbunga-bunga,bagaimana tidak senang?jika diantar pulang oleh orang yang disuka?

Didalam nampak Dina sedang memainkan pianonya dengan lembut,namun Arima dapat merasakan perasaan amarah yang terkandung dalam nada yang diciptakan oleh Dina.

Arima mendekati Dina dengan senyuman.Merasakan kehadiran Arima,Dina menghentikan permainannya.Tatapan tajam menusuk tertuju pada Arima.

"Ngapain?"

"Dina lagi marah ya?"

"Bukan urusan kamu."

"Arima punya salah apa sih sama Dina?"Dina tersenyum miring.

"Banyak,dan aku benci sama kamu!"senyuman Arimaluntur begitu saja.

"Kenapa benci sama Arima?Arima emang ngelakuin kesalahan apa sama Dina!?"

"Adanya kamu disini itu adalah sebuah kesalahan,"setelah mengucapkan itu Dina berlalu pergi keluar rumah.Arima menatap punggung Dina dengan kekehan kecil.

"Udah biasa ko Arima dibenci.Malah hidup Arima dibenci mulu,"gumam Arima pelan.

ExtricateWhere stories live. Discover now