33.Extricate•I'm just tired❄

8.9K 674 48
                                    

"Not that I'm not grateful,
I'm just tired of everything.
My body and heart are too
weak with everything."

❄-Extricate-❄

Dentingan piano terdengar disebuah ruangan,nada-nada itu tersusun dengan indah.Membuat siapapun yang mendengar itu,akan terpana.

Seorang perempuan sedang bermain piano dengan jari lentiknya,kedua matanya menutup merasakan nada-nada yang ia ciptakan.

Sekilas memori melintas dipikirannya,dimana Riko mengatakan ia harus pergi dari hadapannya sesudah lomba berlangsung.

Nada itu mulai tidak teratur,Arima menghentikan permainannya dengan sebuah gebrakan.

"Ada apa Arima?"Rini mendekati Arima dengan khawatir.Arima membuka matanya,ia menatap Rini dengan berkaca-kaca siap meluncurkan air matanya.

"Kamu ada masalah sayang?"Arima tidak menanggapi ucapan Rini,ia malah memeluk pinggang Rini dengan erat.

Tangisnya seketika membuncah,entahlah saat ini ia hanya ingin menangis.

Rini mengelus rambut Arima lembut,ia tahu perempuan kecil dipelukannya ini sedang tidak apa-apa.Ia memang bukan orang tua kandung Arima,tapi dirinya bisa menjadi peran orang tua untuk Arima disaat seperti ini.

"Menangislah,"tangisan Arima semakin menjadi.

"Arima hanya ingin dia bu."

"Arima hanya ingin bahagia bersamanya."

"Tidak bisakah?"nada lirih Arima membuat hati Rini sakit.Perempuan ini selalu membawa beban masalah dipundaknya.

"Tenang sayang,tuhan tidak mungkin selalu membuat kamu terus menerus mengalami rasa sakit.Percayalah,akan ada sebuah pelangi menjemputmu kelak.Kamu bisa menangis sekarang,tapi kelak kamu akan tersenyum.Tunggulah,takdirmu sebentar lagi akan datang."

❄Extricate❄

Arima memasuki rumahnya dengan lesu,kepalanya terasa sangat pening dan dadanya terasa sakit.Mungkin,Arima sudah terlalu sering merasakannya itu sudah biasa bagi Arima.

Hanya meminum obat saja,sakit itu akan menghilang.Mudah.

"Mamah curiga sama kamu Arima,"langkah Arima terhentu saat mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya.

"Kenapa Mah?"

"Kamu ngapain pulang malem terus!?"

"Kerja kelompok."

"Kerja kelompok aja alasan kamu!!Harusnya kamu turuti Kakak kamu!dia selalu bantuin Mamah,diem dirumah gak keluyuran seperti kamu!!Kamu itu anak saya,jangan malu-maluin keluarga ini!"Arima menghela nafasnya kasar lalu menatap Hani dengan tatapan malas.

"Ouh Arima anak Mamah ya?"

"Apa yang kamu bicarakan Arima!!"

"Anak Mamah bukannya hanya Kayla?anak kesayangan,kebanggaan Mamah!!"

"Kamu tuh yang sopan Arima!!"

"Arima capek."

"Kamu harusnya mengerti saya!saya capek bekerja untuk kamu juga!"

"Ralat,untuk Kayla lebih tepatnya,"Hani menatap tidak percaya anak bungsunya itu.

"Arima!!!!"

"Mah,Arima mau kekamar."

"Kamu tuh gak punya sopan santun!ngapain aja kamu disekolah hah!?Tidak mempunyai prestasi apapun untuk membanggakan keluarga.Cuman buat malu aja!!"Hani berlalu pergi meninggalkan Arima seorang diri yang hanya terkekeh kecil mendengar itu.

"Buat malu?"Arima memasuki kamarnya dengan kedua mata berkaca-kaca.Ia menutup pintu dengan sekali hentakan,sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Arima membuka sebuah lemari yang selalu ia kunci setiap saat.Dihadapannya terdapat banyak sekali piala serta piagam tersimpan rapi didalan lemari itu.

"Tidak berprestasi?"gumam Arima sembari terkekeh pelan.

"Arima dapatkan ini buat apa?"

Arima selalu mengikuti lomba-lomba,seperti lomba seni,dibidang kademik,dan juga piano.Keluarganya tidak pernah tau dengan keberadaan piala dan piagam Arima,sebab menyadari kehadiran dirinya juga sangat jarang.

Lantas untuk apa ia memamerkan hasil jerih payahnya kepada seseorang yang sama sekali tidak memperdulikannya.

Keluarganya hanya memperdulikan Kayla,semuanya tentang Kayla.Jika Kayla meminta sesuatu pasti akan selalu dituruti,sedangkan dirinya?harus menabung selama berminggu-minggu untuk mendapatkan hal yang ia inginkan.

Perbandingan dirinya dengan Kayla berbanding jauh.Ibaratkan Kayla adalah seorang putri dan dirinya adalah upik abu.

Arima yakin,piala yang dimiliki Kayla tidak sebanyak dirinya.Karena,Kayla hanya pintar dalam hal akademik tidak dengan yang lainnya.Bukan bermaksud menyombongkan diri,ia hanya ingin dianggap,hanya itu.Kayla itu tergolong anak manja,permintaan apapun itu harus dituruti,takut dengan banyak hal,satu lagi haus akan kasih sayang dan itu yang membuat Arima membenci kakaknya itu.

Kakak?ah,diriku muak mengatakan itu.

Arima menutup kembali lemari itu dengan rapat dan menguncinya,rasa sakit didadanya semakin menjadi.Ia hanya bisa meringis sembari memukul dadanya berharap rasa sakit itu menghilang.

Tetesan air mata mengalir deras mengenai pipinya.Air mata itu menjadi perwakilan rasa sakitnya saat ini.

"I hate myself."

Extricate

KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA,DAN AKU PENGEN TAU PERASAAN KALIAN BACA CERITA INI GIMANA.MAU BERISI KRITIKAN JUGA GAPAPA AKU TERIMA.KARENA INI JUGA BUAT ASUPAN KE AUTHORNYA JUGAAA MAKASIHHH.DITUNGGU LOH:V

Aku mungkin up seminggu sekali,karena banyak tugas yang gak bisa aku tinggalin huft.

Sorry.

-Helen🔥

ExtricateWhere stories live. Discover now