24.Extricate•Usapan❄

9.2K 666 20
                                    

"This heart always says, that I choose you

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"This heart always says, that I choose you."

❄-Extricate-❄

"Arima gak kekantin?"sahut Wulan dari dekat pintu kelas.Arima hanya mnggeleng pelan menanggapi sahutan Wulan.

"Yaudah gue ke kantin yak!"Wulan berlalu pergi bersama Nuna ke kantin,sedangkan Arima mengambil headsetnya dan sebatang coklat di tangannya.

"Kenapa gak kekantin?emangnya lo gak laper?"Nino menatap Arima dengan khawatir.

"Gak nafsu."

"Kenapa?"

"Gapapa,"Arima tersenyum kecil lalu beranjak keluar kelas.Entahlah kepalanya mulai memusing,mungkin karena ia tidak tidur semalaman.

Kakinya membawanya ketaman belakang sekolah,dibawah rindang pohon terdapat Riko sedang membaca bukunya.

Arima mendekati Riko dengan senyuman kecil,kepalanya mulai berkedut.Ringisan kecil keluar dari bibir mungil Arima.

Namun,Arima memaksakan dirinya mendekati Riko yang membutuhkan beberapa langkah lagi.

"Riko!"Riko mengalihkan pandanngannya kearah asal suara.Ia hanya menatap datar Arima,lalu kembali membawa bukunya.

"Izinin gue disini ya,bentar aja,"Arima menempatkan dirinya disamping Riko.Rasa sakit dikepalanya semakin menjadi,ia meremas coklat batang ditangannya sehingga coklat itu hancur.

Dunianya serasa diputar-putar,sampai dengan akhirnya pandangannya memburam dan menghitam.

Kepala Arima jatuh di pundak Riko,Riko mengalihkan pandangannya kearah samping dimana Arima sedang menyandar dipundaknya dengan mata tertutup.

Jari telunjuknya mendorong kepala Arima agar menjauh tapi tubuh Arima malah terjungkal kesamping.

Riko terkejut,ia segera mendekati Arima yang terlihat sangat pucat.Ditepuknya pipi Arima beberapa kali,namun Arima sama sekali tidak terbangun.

Riko langsung menggendong tubuh Arima,tidak memperdulikan bukunya yang tertinggal, juga headset dan coklat Arima masih tertinggal disana.

Kejadian dimana Riko menggendong tubuh Arima,menimbulkan tanda tanya orang-orang.

Langkah kaki Riko memasuki ruang UKS yang terlihat sepi.Ia merebahkan tubuh Arima dikasur,wajahnya terlihat sangat pucat dan keringat dingin keluar didahinya.

"Ka Arima ya itu yang pingsan?"Riko hanya menatap datar seorang perempuan yang berjas putih bertanda ia anggota PMR.Perempuan itu mengecek suhu tubuh Arima dan mengoleskan sesuatu di hidung dan leher Arima

"Dia demam,sebentar lagi bakal bangun ko.Ka Riko,kalau bisa paksa Ka Arima nanti makan yak?kayaknya dia juga belum makan."

"Hm."

"Obatnya ini yak,kalau gitu saya permisi sebentar,"perempuan itu berlalu pergi sesudah memberikan obat untuk Arima nanti.

"Nghh,"Riko mengalihkan pandangannya kearah Arima yang nampak sedang memegangi kepalanya.

"Kepala gue pusing,"gumam Arima pelan belum menyadari kehadiran Riko.Sampai akhirnya,tatapannya terpaku pada sosok dengan tatapan datar.

"Gue mungkin lagi pusing,jadi berhalusinasi kalau Riko ada disini,"sebuah jentikan jari mendarat di dahi Arima.

"Sakit Riko!!!eh ko sakit!?"Arima menatap Riko dengan terkejut.Riko tidak menyahut sama sekali,ia malah terfokus pada ponselnya.

"Dasar es batu!!"

UKS terasa sangat sepi seperti tak ada kehidupan sama sekali.Arima memijit kepalanya pelan dan Riko terfokus pada ponselnya.

"Riko!"Arima mengalihkan pandangannya kearah Ferdi.Terlihat Ferdi menyodorkan sebuah plasik kearah Riko.

"Dasar!gue lagi makan enak-enak,lo ganggu aja ckckck,"Ferdi menatap Arima dengan tatapan jahil.

"Oh buat neng Arima ternyata,gue gak akan ganggu kalian bye!"Ferdi berlalu pergi keluar UKS.

"Makan,"Riko menyimpan plastik itu di perut Arima.Arima mendudukkan dirinya dan membuka isi plastik.

"Bubur?gak suka!!"

"Makan."

"Gak."

"Makan."

"Gak!!!!"Arima mengerucutkan bibirnya sedangkan Riko menarik paksa bubur itu.

"Makan!"ternyata Riko menyodorkan sendok berisi bubur kearah mulut Arima.Arima yang diperlakukan seperti itu hanya mengerjapkan matanya tidak percaya.

"Demi apa lo nyuapin gue Rik!?"

"Makan,"ucap Riko dengan penuh penekanan.Mau tidak mau,Arima membuka mulutnya dengan sangat terpaksa.

Hanya baru sesuap,Arima sudah menutup mulutnya.

"Udah."

"Makan."

"Gak."

"Makan."

"Gak,"Riko menatap tajam Arima sembari menyodorkan sendoknya kembali.Arima dengan terpaksa kembali memakannya.

"Udah!"

"Obat,"Riko menyimpan buburnya dan menyodorkan obat yang tadi diberi oleh petugas PMR juga dengan botol air putih.

"Pait Rik,"tatapan Riko semakin menajam,Arima lagi dan lagi harus melakukan apa yang diperintahkan oleh calon pacarnya ini.

Arima kembali merebahkan tubuhnya dikasur dengan posisi kesamping,kedua matanya menatap Riko sendu.

"Riko."

"Hm."

"Usapin kepala Arima dong."

"Gak."

"Please,rambut Arima gak ada kutuan atau ketombe ko,"Riko menghela nafasnya kasar lalu tangannya mengelus rambut Arima.

Kedua mata Arima mulai menutup,menikmati segala usapan yang telah lama ia tidak dapatkan.

"Sampe Arima tidur,jangan berhenti dan jangan tinggalin Arima,"ucap Arima tanpa membuka matanya.

"Mamah,Arima gak bisa tidur,"Arima kecil menatap Hani dengan sorot sendu.Tangan Hani mengelus rambut Arima lembut sembari menggumamkan sebuah lagu tidur hanya sebuah gumaman,namun terdengar sangat menyejukkan.

"Mamah akan selalu temenin kamu,sampe kamu tidur,"kedua mata Arima menutup,senyumnya terukir diwajah manisnya.

Sampai akhirnya,Arima kecil tertidur dengan mimpi yang indah.

Arima yang sekarang bukanlah Arima yang dulu.Sekarang ia seakan memiliki jiwa penuh kepalsuan.

ExtricateWhere stories live. Discover now