5. Khawatir

878 199 127
                                    

"Kalau lo butuh bahu untuk bersandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau lo butuh bahu untuk bersandar. Lihat, gue masih punya bahu yang kokoh buat lo."

🍓🍓🍓

Follow ig @gifara_official @ahmalissa_putri

Jangan lupa vote setelah baca ya!

Ara menghentikan langkahnya, ketika pohon di hadapan nya tumbang. Di tambah lagi petir yang bergemuruh, membuat Ara semakin ketakutan. Ara hanya berharap keajaiban akan datang.

Ara berlari ditemani rintik hujan yang sangat deras. Ara berusaha kuat, dan berani, walaupun sebenarnya tidak begitu.

Ia terus melangkahkan kakinya, sambil menutup kedua telingnya dengan lengan mungil miliknya. Tubuh nya menggigil. Andai saja ada tempat untuk Ara berteduh, wanita itu pasti memilih untuk diam dan menunggu sampai hujan nya berhenti. Namun sayangnya, hanya ada jalanan sepi dan pepohonan yang rimbun. Tidak ada bangunan atau semacamnya. Halte yang dituju nya pun masih sangat jauh.

Ara memperhatikan sekelilingnya, berharap ada bantuan yang segara datang. Sampai saat ini, tidak ada kendaraan yang melaju.

'Ma, Pa, Ara takut petir.' Batin Ara sangat ketakutan.

Ara tidak menyerah sampai sini, ia mempercepat langkahnya. Hari pun semakin gelap, petir semakin bergemuruh, seolah sedang berkonspirasi dengan langit. Namun, tiba-tiba petir kembali mengejutkan dirinya. Kali ini Ara menghentikan langkahnya. Ara sangat ketakutan, tubuhnya gemetar dan menggigil. Ia memilih untuk duduk di pinggir jalan, dan menundukan kepalanya. Lagi dan lagi, petir membuat Ara semakin takut. Sudah banyak pohon yang tumbang. Ara tidak berani melihat sekitar. Ia terus menundukan kepalanya.

"Ara, lo ngapain disini?"

Ara mendongak, melihat siapa yang menyapa nya. "Ba-gas," ucap Ara lirih.

Bagas terkejut ketika tidak sengaja bertemu dengan Ara, keadaan nya sangat kacau. Air mata Ara kini sudah menyatu dengan rintik hujan. Namun kristal bening itu tidak dapat di sembunyikan dari Bagas. Bagas tahu, semua tentang Ara.

Bagas langsung memeluk Ara dengan sangat erat. Ara menangis di dada bidang milik Bagas. Bagas tidak memeperdulikan hal itu, yang terpenting saat ini adalah membuat Ara tidak ketakutan lagi. Pelukan Bagas seolah membawa ketenangan bagi Ara. Rasa takut Ara perlahan mulai pudar. Ara melepaskan pelukan nya, dan menatap Bagas dengan tatapan sendu.

"Bagas, Ara takut petir," ucap Ara sambil menunduk.

Bagas mengangkat sedikit dagu Ara, agar ia bisa melihat dengan jelas wajahnya. Bagas mengusap pipi Ara lembut.

"Lo gak usah takut, ada gue Ra," ucap Bagas, lalu memeluk Ara kembali.

"Ara, takut petir," ucapnya pelan, Ara masih ketakutan, walaupun tidak seperti tadi, namun kejadian ini membuat Ara sedikit trauma.

Gifara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang