51. Rapuh

152 25 5
                                    

"Walapun suatu saat nanti gue pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Walapun suatu saat nanti gue pergi. Itu tandanya tugas gue untuk berada di samping lo sudah selesai."
🍓🍓🍓

Sebentar lagi tamat. Kalian tim happy ending, atau sad ending?

Jangan lupaa vote yaa:)))

"A-axelle,"

Ara mendongakkan kepalanya, mencari keberadaan Axelle. Wajahnya sudah basah karena air matanya yang terus mengalir. Ia mentap sekeliling, sepi. Hanya ada dirinya di sana.

Ara mendengus pelan, menghela segala kekecewaan nya. Ara pikir, tadi itu nyata, ternyata hanya sebuah kepingan memori lewat mimpi.

Ia beranjak dari kursinya dan keluar dengan perlahan. Kepalanya terus menunduk menatap sepasang sepatu yang ia kenakan. Perlahan cairan bening itu kembali jatuh tanpa permisi.

"Axelle!" panggilnya.

Ara mendongak, lalu kembali mendengus. Menatap kecewa orang yang baru saja menepuk bahunya pelan.

"Lagi kangen Axelle ya?"

Ara mengangguk pelan, lalu mengeratkan jari jemarinya dan kembali tertunduk.

"Gue kangen Axelle, hiks."

Bagas menarik Ara da membawanya ke dalam dekapan. Memeluk Ara sangat erat, lalu mengecup pucak kepala gadis itu.

"Sut, gaboleh nangis. Gue yakin di atas sana Axelle gak pengen liat lo nangis. Kalau lo nangis, Axelle bisa sedih, Ra."

"Gue harus apa, Gas?" lirihnya.

"Do'ain yang terbaik buat Axelle."

Ara mepelaskan dekapan itu, lalu menatap Bagas dalam. "Kenapa Axelle ninggalin gue Gas?"

"Ini semua udah takdir, dan lo gak bisa merubah takdir itu, Ra."

Bagas menghembuskan napasnya berat saat melihat Ara yang masih menunduk sembari termenung.

"Duduk dulu yuk, biar lo bisa tenang dikit," katanya.

Lalu Bagas menarik perlahan pergelangan Ara dan membawa gadis itu masuk kembali ke dalam kelas dan membiarkan nya duduk di kursi miliknya. Disana Ara langsung menenggelamkan wajahnya pada tas ransel besar milik Bagas.

Bagas hanya diam sembari mengusap lembut rambut Ara. Dirinya memang sengaja tidak mengajak gadis itu bicara, biar bagaimanapun Ara memnutuhkan ruang untuk merenung. Setidaknya dengan begitu, mungkin Ara akan sedikit lebih tenang.

Namun, saat suasana sedang hening. Tiba-tiba ponsel Ara yang berada di atas meja berdering kencang membuat sang empunya mendongak. Begitu juga Bagas yang langsung menghentikkan aksinya dan menatap ponsel dan Ara secara bergantian.

"Biar gue yang angkat," ujar Bagas.

"Hallo!" sapa Bagas.

Bagas mengerutkan dahi saat mendengar jawaban dari ponsel Ara. Bagas mendengus, lalu melirik nama yang menelpon pada ponsel Ara.

Gifara [END]Where stories live. Discover now