53. Menyerah?

162 22 0
                                    

"G-gue nyerah, Gas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"G-gue nyerah, Gas."

* * * *

Maaf ya, kemarin aku lupa
update:(((((  Jangan lupa vote ya, makasih:)))

Sore ini, Ara masih ditemani sang hujan. Ia sengaja mendongakkan kepalanya agar rintik hujan bisa langsung membasahi wajahnya. Sekaligus menyamarkan luka yang sengaja ia tutup rapat-rapat. Atau mungkin ia pun tidak tahu bahwa hatinya sedang terluka.

Berkali-kali ia mengusap wajah nya kasar. Menghapus jejak air mata yang tersamarkan karena rintik hujan. Benar kata orang, cara menangis terbaik yaitu ditemani sang hujan. Yang rapuh akan tetap terlihat tegar, dan ynag tegar tetap terlihat tegar jika bersama sang hujan. Bukan nya begitu?

Ara tak menghiraukan ponselnya yang sudah berpuluhan kali berdering. Menandakan seseorang sengaja meneleponnya. Entah itu sang mama, Nisa, atau mungkin papanya yang khawatir dengan dirinya saat ini. Bagas? Entahlah, ia sendiri bahkan ragu jika laki-laki itu sedang cemas sekarang. Mungkin saja, Bagas masih sibuk bermesraan dengan gadis itu.

"Kenapa? Kenapa disaat gue udah mulai percaya dan membuka hati gue untuk lo, disitu lo malah merenggut semuanya?"

"A-apa gue gak berhak untuk mendapatkan rasa cinta dari orang yang gue suka Gas, ke-kenapa?" tanya nya bermonolog.

Sunyi, sangat sunyi. Mungkin saat ini hanya terdengar tetesan hujan yang mulai berjatuhan ke bumi. Dan juga langit yang sedang begemuruh, menandakan perasaan Ara yang hancur bersama nya.

"G-gue cinta sama lo Gas..." lirihnya.

"Dan sayang nya, semua ini terlambat Gas."

"Gue bahkan baru tahu, kalau rasa yang selama ini gue rasain, itu bukan sekedar rasa sayang antar sahabat."

"Apa gue masih bisa ngungkapin rasa ini, disaat semuanya udah terlambat?"

Ara menundukkan kepalanya, bersamaan dengan itu air matanya pun ikut turun. Tubuhnya gemetar. Kejadian sekitar sepuluh menit yang lalu kembli terlintas di dalam otaknya. Dimana Bagas dan Sandra bermesraan dan saling mengeratkan pelukan mereka.

Hancur. Hatinya hancur kala mengingat itu kembali. Tapi untuk menepis nya pun ia tidak bisa. Seolah itu adalah sebuah pertanda untuk dirinya menyerah sampai di sini. Seolah sang semesta tidak merestui keduanya untuk bersama dalam status selain sahabat.

"Gas, apa gue nyerah ya?"

"Gue capek gas. Gue capek harus berkali-kali jatuh dan dikhianti oleh keadaan. Gu-gue gak kuat untuk berjuang lebih jauh lagi."

"G-gue nyerah, Gas."

Ara kembali mendongakkan kepalanya, lalu tersenyum sendu. Mungkin saat ini semesta sedang tersenyum karena dirinya sudah menyerah untuk mencintai Bagas. Mungkin setelah ini akan ada pelangi di atas sana memperingati hari terhancur nya Ara. Entahlah, ia sendiri pun tidak tahu.

Gifara [END]Where stories live. Discover now