29. Perpustakaan

457 47 17
                                    

"CIEEE MINI SALTING!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"CIEEE MINI SALTING!"

🍓🍓🍓

JANGAN JADI SILENT READERS, VOTE DAN KOMEN SEBANYAK- BANYAKNYA🧡

Reynand tersenyum sendu, sorot matanya yang menyalurkan kesedihan. Dan juga, mata nya yang mulai berkaca- kaca, kedua tangan nya yang menyatu berusaha menguatkan nya. Ara dapat melihat itu semua, Reynand sangat terpuruk dengan kejadian ini. Ara tahu, Reynand tak sekuat itu. Di tambah lagi, Papa Reynand (Bram) memang sudah resmi bercerai dengan Ibu nya. Bram sendiri kini sudah menikah lagi, dan memutuskan untuk pindah ke New York dengan keluarga barunya. Yang berarti Reynand tinggal sendiri saat ini.

"Mama meninggal satu bulan yang lalu, karena serangan jantung," ujar Reynand dan menatap lurus ke depan.

"I-itu artinya saat lo..." Ara menggantung perkataan nya dan menutup mulutnya.

Reynand mengangguk, mengerti maksud dari perkataan Ara. "Ya, mama mening- gal sebelum gue tunangan sama Fani."

Ara mendaratkan bokong nya di kursi, sebelah Reynand. "Kenapa lo baru bilang sekarang, Rey?!" kata Ara sedikit kesal.

"Gue tahu, gue salah. Seharusnya gue ceritain ini sama lo. Tapi, saat itu posisinya sulit, Ra. Fani gak bolehin gue untuk ketemu lo, bahkan untuk nelpon lo aja gue gak boleh," ujar Reynand sembari menatap lekat manik mata Ara.

Ara terdiam, dirinya setuju dengan alasan Reynand. Memang sangat sulit berada di posisi Reynand saat itu. Fani memang benar-benar sangat licik dan kejam. Tapi seharusnya Fani bisa memahami kondisi Reynand saat itu. Ara yakin, Reynand sangat terpuruk.

Reynand menghembuskan nafasnya panjang, seperti ada rasa sesak ketika ia menceritakan Mama nya kembali. Padahal, ini sudah satu bulan yang lalu, namun rasa sedih dan hampa masih menjalar di hatinya. Mamanya, adalah satu-satu nya orang yang ia punya.

Mata Reynand terlihat sangat berkaca-kaca, kedua tangan nya saling menyatu, rasa sakit itu kembali menjalar. "Papa gak dateng ke pemakaman Mama."

Ara menggenggam erat lengan Reynand, ia tahu pasti sangat sulit untuk meceritakan kisah menyedihkan ini. Ara mengusap bahu Reynand pelan. "Lo udah coba hubungin Papa lo?"

"Gue udah coba ngehubungin Papa berkali-kali dan dia bilang kalau masih banyak urusan yang harus dia urusin,"

Reynand tersenyum miris, sorot matanya menyalurkan kebencian, tangan nya terkepal membuat urat-urat nya menonjol. "Gue benci sama Papa, Ra. Dia cuma tokoh figure yang gak pernah jalanin tugas nya sebagai seorang ayah."

"Gue benci situasi dimana gue harus kehilangan orang yang gue sayang, pertama gue udah kehilangan Mama," kata Reynand sendu, "tuhan memang gak pernah adil, Ra, tuhan selalu ambil apa yang gue punya. Dia gak sayang gue, Ra."

Gifara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang