33. Liontin

403 37 18
                                    

"Mau peluk, boleh?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau peluk, boleh?"

🍓🍓🍓

JANGAN JADI SILENT READERS, VOTE DAN KOMEN SEBANYAK- BANYAKNYA!

Karena vote dan komen dari kalian, sangat berarti buat aku:(

Happy reading:)))

Biasanya, jika sedang haid, Ara akan menghabiskan watu liburnya untuk tidur seharian atau berbaring sembari menonton serial drama korea ditemani dengan semangkuk indomie yang menjadi paket komplit kebahagian nya. Bahagia itu sederhana.

Tapi liburan kali ini Ara tidak bisa melakukan hal itu. Ia sudah ada janji dengan Reynand. Mau tidak mau ia harus menepatinya.

Karena malas memilih baju, ia mengambil seadanya saja. Kaos putih oblong, jeans biru langit dan jangan lupakan cardigan kebanggannya.

Ara sedikit mengoleskan bedak bayi dengan tutup berwarna merah muda itu di pipi nya. Lalu menambahkan sedikit liptint agar bibirnya tidak pucat.

Setelah merasa dirinya sudah maksimal, Ara bergegas menemui Reynand. Bukan karena ia merindukan laki-laki itu, hanya saja ia harus cepat bertemu dengan Reynand dan menyelesaikan permasalahan nya. Setelah itu, ia akan menonton drama korea yang tidak sempat ia tonton, karena kemarin acara perkemahan di sekolahnya.

Baru saja ia keluar dari pagar rumahnya, tiba-tiba ada yang mencolek lengan nya. Ara melirik ke arah sumber, lalu mengusap dadanya karena terkejut.

"Hayo Kak Ala mau kemana?!" Dari suara nya saja ia sudah menebak itu kalau itu Nisa. Karena hanya Nisa yang memanggilnya dengan sebutan 'Kak Ala'. Karena dulu ketika Nisa masih kecil, ia kesulitan mengucapkan 'R'.

"Astaghfirullah, Nisa, kirain siapa," kata Ara sembari bernapas lega.

Gadis itu menyengir lebar, "Kak Ala cantik banget, mau kencan ya?" tanya Nisa menggoda.

"Eh enggak itu Kala mau ketemu temen." Ara memang memanggil dirinya dengan sebutan Kala, karena biar lebih mudah untuk mengucapkan nya.

Nisa menyipitkan matanya, menyelidik. "Temen apa temen," ujar Nisa sembari menaik turunkan kedua alisnya.

"Ish, kamu ini dari dulu dak berubah-berubah ya, masih aja jahil, sebelas dua belas sama si kutil bagong."

Nisa hanya terkekeh mendengar perkataan Ara. Nisa tidak heran ika Ara berani memanggil Bagas dengan sebutan itu di hadapan nya. Lagi pula, memang Bagas menyebalkan. Terkadang Nisa juga menyebut Bagas seperti itu, atau gas elpiji. Itu pun jika tidak ada Gladis di rumah, kalau ada bisa-bisa Nisa kena omel.

Nisa kembali menulas senyumnya, "Iya, kan satu produksi, Kala."

Ara mencubit lengan Nisa pelan, "duh, kamu ini!"

Gifara [END]Where stories live. Discover now