41. Jadian?

240 38 17
                                    

"Jangan dulu mati, cicilan beha ama cangcut lo masih nunggak banyak woi!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan dulu mati, cicilan beha ama cangcut lo masih nunggak banyak woi!"

* * * *
JANGAN JADI SILENT READERS, VOTE DAN KOMEN SEBANYAK- BANYAKNYA!

Karena vote dan komen dari kalian, sangat berarti buat aku:(

Happy reading:)))

Sejak tadi Bagas dibuat bingung karena sikap Ara yang mendadak berubah. Padahal, seingatnya ia tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan, kemarin malam hubungan nya dengan Ara baik-baik saja, mereka tidak bertengkar. Tapi kenapa wajahnya selalu ditekuk saat Bagas mengajak bicara gadis itu? Entahlah, pikiran wainta terlalu rumit. Wanita ingin selalu dimengerti, tapi mereka selalu mengkode dengan bahasa yang pria tidak mengerti.

Bagas sudah berkali-kali membujuk agar gadis itu tidak marah. Tapi tetap saja, masih belum ada perubahan.

"Mini," panggil Bagas. Namun tak ada sahutan dari Ara. Jika gadis itu masih diam, tandanya gadis itu masih marah.

"Kenapa sih Min, sensi mulu lo sama gue. Kerjaan nya pasti PMS mulu, gak cape lo?" tanya Bagas.

Ara masih diam, menatap ke luar jendela. Enggan untuk menjawab segala celotehan Bagas. Sangat mengganggu. Tapi jika dipikir-pikir, kenapa juga dirinya marah dengan Bagas? Toh, mereka juga tidak ada hubungan apapun, jadi Bagas berhak mendekati siapapun, termasuk Sandra.

"Hey, ada orang ganteng di sini, tapi lo malah sibuk ngeliatin jendela." Bagas menghembuskan napasnya, "memang nya itu jendela lebih ganteng daripada gue, Min?"

"Min, jangan diem aja dong." Bagas menoel-noel pipi Ara, membuatnya jadi terkekeh sendiri. Gemas, pipi Ara sangat lembut dan juga lentur, seperti squishy.

"Min, daripada diem aja, mending kita baku hantam, ayok, kita tonjok- tonjokkan, mau dimana? Di sini? Atau di lapangan? Ayok dah, daripada diem  begini."

Masih hening, gadis itu masih bungkam. Sudah berkali-kali Bagas menghembuskan napasnya, ia sudah tak tahu cara apa lagi yang harus ia pakai untuk membujuk Ara.

Merasa bosan, Ara bangkit dari duduknya, membuat Bagas pun refleks bangun dan mengikuti Ara dari belakang.

"Ra mau kemana?"

Lagi dan lagi tak ada jawaban, Ara hanya diam, mata mencari seseorang yang bisa menjadi tumbal nya untuk menghindar dari Bagas. Mata nya terus menyipit, menatap sekeliling. Matanya menangkap segerombolan laki-laki, dan di sana Ara melihat Alex yang berjalan akan berjalan melewati kelasnya. Bagus. Alex bisa dijadikan tumbal untuk saat ini.

"Lex!" panggil Ara sembari tersenyum.

"Hey, Ara!" jawab Alex, lalu berhenti tepat di depan kelas Ara. Teman- teman nya sudah lebih dulu ke kantin.

Gifara [END]Where stories live. Discover now