52. Hubungan Sebenarnya

133 25 0
                                    

"Jangan pacaran terus!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan pacaran terus!"

* * * *

Vote dulu yaa, baru bacaa, makasih:))))

Ara menghembuskan napasnya perlahan-lahan. Ia menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. Kini ia melihat penampilan nya dari depan, lalu sisi kanan dan sisi kiri. Saat semuanya sudah dirasa sempurna, ia menarik sudut bibirnya keatas.

Sore ini Ara berniat mengunjungi rumah tetangga nya itu. Sudah lama sekali ia tidak pernah bersilaturahmi denga keluarga nya Bagas, padahal rumah mereka bersebelahan. Entah lah Ara yang terlalu sibuk menonton drama korea, atau karena dirinya yang terlalu malas? Keduanya bahkan terlalu seimbang.

Ia melakukan ritual terakhirnya yaitu memoleskan sedikit liptint berwarna merah muda di bibir yang sebelumnya sudah di poles dengan lip balm.

"Ah elah, gue kaya mau kencan aja," ucapnya bermonolog.

Karena ia merasa ini semua terlalu berlebihan, Ara menghapus liptint nya kembali. Lalu mengganti dress putihnya dengan hoodie oversize serta celana hotpans nya. Membuat tubuh mungilnya itu sedikit tertutup.

"Nah, gini kan bagus!"

Sebelum turun ke bawah, Ara mengambil ponselnya, lalu mengetikkan sebuah pesan pada Bagas.

Ara
Kutil bagong, lo lagi dimana? Sombong bener lo sekarang
Send

Ara sempat menunggu selama lima menit, tapi masih belum ada balasan dari Bagas. Ara mendengus kesal, dan memutuskan untuk langsung ke rumah Bagas tanpa persetujuan darinya.

Hanya butuh waktu sekitar delapan menit untuk dirinya sampai di depan rumah Bagas. Tidak, lebih tepatnya di depan pintu utama rumah kedua orang tua Bagas.

Tangan mungilnya memencet bel. Rambutnya yang sengaja di gerai itu bergerak kesana-kemari karena hembusan angin sore ini sangat kencang. Sesekali Ara juga menggosokkan kedua tangan nya.

"Kaya nya mau hujan deh," ujarnya.

Ara kembali menekan bel itu. "Assalamu'alaikum, bubun, ini Ara."

"Bagaaaas, Nisaaaa, oom, ini Ara."

Masih tak ada respon, Ara akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi putih panjang di halaman rumah Bagas. Ia sedikit mendongak, melihat langit yang kini sudah mulai bergemuruh. Perlahan, rinitik hujan mulai turun.

Ara refleks, menutup matanya kala air hujan memasuki matanya.

"Alhamdulillah hujan," ucap nya.

Gifara [END]Where stories live. Discover now