47. Teror

164 34 1
                                    

"Nemenin calon pacar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nemenin calon pacar. Gak boleh?"

* * * *

maaf banget telat update, huhu. Happy reading:))))

Siang ini Ara berlari memutari lapangan sampai sepulang sekolah nanti. Ya, betul dugaannya, ia akan berakhir dihukum karena tak ada satu pun tugas yang bisa ia kumpulkan. Ia sudah menjelaskan bahwa dia benar-benar sudah mengerjakan tugas, hanya saja buku dan juga flashdisk itu rusak akibat ulah Mira, tapi guru itu tidak percaya. Karena tentu saja Mira anak kesayangan para guru, karena sering mengharumkan nama baik sekolah dengan segudang prestasi yang ia berika melalui ekstrakulikuler yang ia ikuti, yaitu PMR.

Flashback onn

Bu Citra, selaku guru Matematika kelas 12, mulai memasuki kelas Ara. Hal itu membuat semua murid yang berisik seketika langsung bungkam kala mendengar suara langkah kaki Bu Citra.

Ada yang bergosip dengan temannya yang lain, ada yang bernyanyi, ada yang berkelahi, ada yang mengerjakan tugas. Semuanya mendadak bungkam dan kembali ke kursi mereka dengan terburu-buru. Hanya ada satu orang yang sejak awal tadi hanya diam dengan segala kecemasan nya. Orang itu adalah Ara.

Ara menautkan kedua lengan nya, rasa kecemasan mulai mealnda dirinya. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Ara pasti akan dihukum.

Keringat mulai bercucuran saat Bu Citra menatap sekeliling dengan tatapan menakutkan, lalu mendudukkan bokongnya di kursi.

"Baik anak-anak, silakan kumpulkan tugas kemarin di meja Ibu. Mulai dari sekarang!" perintah mendadak dari Bu Citra tentu mengejutkan mereka. Semuanya langsung mengeluarkan buku mereka dari dalam tas.

"Satu!"

"Dua!"

"Ti-!"

Instruksi terakhir dari Bu Citra semakin membuat mereka panik, dan berbondong-bondong maju ke depan untuk meletakkan buku tugas mereka di meja sana.

Mereka menghela napasnya lega saat buku mereka sudah terkumpul. Itu tandanya mereka tak akan kena hukuman dari Bu Citra.

Sedangkan Ara, ia panik di tempat duduknya. Apalagi saat Bu Citra mulai menghitung jumlah buku itu. Tubuhnya menegang disertai dengan keringat dingin.

"Buku nya kurang satu, seharusnya ada 30, tapi ini hanya ada 29. Siapa yang tidak mengerjakan tugas?!" tegas Bu Citra.

Hening. Mereka tak menjawab dengan suara, tapi kompak semua melihat Ara yang masih duduk dengan panik. Seolah mengerti isyarat dari para muridnya. Ia menatap Ara tajam sekaligus heran, padahal biasanya Ara yang akan paling pertama mengumpulkan tugas.

"Kamu yang tidak mengerjakkan tugas, Ara?"

"I-iya, Bu," cicit Ara pelan, lalu melangkah ke depan. "Sa-saya sudah mengerjakan tugasnya Bu, tapi buku saya dirobek, Bu."

Gifara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang