Jaladri

83.8K 4.4K 206
                                    

"Kasih satu alasan buat saya untuk mundur." Rasanya sakit dan mencekat di tenggorokan ketika Grahita dengan wajah tenangnya melepas kekasihnya sejak kelas 10 SMA. 4 tahun mereka menjalin hubungan, tetapi harus kandas di tengah jalan. Semuanya tinggal kenangan dan hanya luka yang tersisa. Grahita sakit, bahkan ia sudah kebas rasanya bila harus merasakan sakit lagi. Baginya tak ada cinta yang murni. Semua itu hanya omong kosong.

Grahita tidak menangis, tetapi cukup tau rasanya merasakan patah hati untuk kesekian kalinya oleh lelaki yang ia sayangi. Galau? Itu pasti. Tapi ia cukup waras untuk tidak meratap lebih pada seorang Akbar Sultan Affandi. Laki-laki kedua yang telah membuat hatinya hancur tak bersisa. Hanya rasa kecewa dan marah yang kian mendominasi setiap detik.

Bagi orang lain, putus cinta memang hal biasa. Tapi bukan bagi Grahita Sembrani Pramonoadmodjo. Gadis cantik itu merasakan efek luar biasa setelah putus dari Sultan. Ia merasa jika takdir memang tak mengijinkan dirinya bisa merasakan cinta yang utuh. Hanya sakit dan duka yang ia terima.

"Maaf, aku telah berbuat dosa."

Grahita mendengus pelan, merasa jawaban Sultan terlalu bertele-tele dan membelit. Hal itu membuat Grahita semakin yakin jika Sultan hanyalah laki-laki yang akan menyakitinya lagi dan lagi.

"Jangan membelit. Ucapanmu justru membuat hati yang damai kini tak bersisa sedikitpun."

Sultan menatap Grahita sendu. Ada sirat tak rela ketika Grahita berkata seperti itu.

"Kamu boleh mencaciku, Ta. Tapi tolong ngertiin aku."

Grahita tertawa pelan, tawa yang menyiratkan luka.

"Ngertiin kamu? Seharusnya kamu berkaca. Selama ini yang terus ngertiin kamu siapa? Jangan semakin membuat dosa Tan."

Sultan menggeleng, "Nggak Ta. Aku bener-bener nyesel udah begini. Sungguh aku nggak sadar waktu itu."

Grahita ikut menggeleng, "Semakin kamu membela dirimu semakin aku yakin bahwa kamu memang bersalah."

"Kamu nyalahin aku?" Sultan menatap Grahita tak percaya.

Grahita mengangguk. Ia memang sedari awal sudah sadar bahwa hubungannya mulai tak sehat ketika ada orang ketiga. Tetapi Grahita memilih diam dan tersakiti lebih jauh lagi pada akhirnya.

"Demi Tuhan Grahita. Aku cinta sama kamu. Aku nggak ada perasaan apa-apa sama dia." Sultan menggeram frustasi. Ia emosi melihat kekasihnya yang justru semakin memojokkannya. Rasanya kesal sebab ia yang harus menanggung segala resiko disini.

"Cinta? I say that is bullshit, Sultan! Kalau cinta sedari awal kamu nggak ngasih celah orang lain buat hubungan kita yang akhirnya begini." Perkataan Grahita barusan membuat Sultan semakin frustasi. Ia memang berada di pihak yang salah. Percuma kalau membela diri karena pada akhirnya Grahita tetap tidak percaya dan hubungan mereka akhirnya kandas.

"Aku nggak ngasih celah, dia yang-

"Yang goda kamu terus kamu kegoda 'kan?"

Grahita tersenyum meremehkan, namun ada sirat kekecewaan dan kepedihan di sana. Laki-laki yang ia anggap sebagai pelabuhan terakhir pada akhirnya menggoreskan luka yang begitu dalam hingga luka lama yang sempat kering kini terbuka semakin lebar dan perih.

"Stop Ta! Gue frustasi." Sultan mengacak rambutnya frustasi. Rambut yang biasanya rapi dengan polesan pomade, kini berantakan dan terlihat tak terurus.

"Nggak usah frustasi. Tinggal nikahi aja bingung!" Lama-lama Grahita kesal dan ingin menginjak laki-laki di depannya. Semakin lama berada di dekat Sultan, membuat kadar kebencian terhadap laki-laki di depannya itu bertambah.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now