14 | Makan Siang

8.5K 790 30
                                    

"Kenapa kamu pulang?" Pertanyaan Darius membuat Deana mendengus.

"Ya karena rumah ini rumah De juga, jadi De bebas pulang!" jawab Deana sewot.

"Biasa aja dong jawabnya! Kirain kamu udah nggak mau pulang-pulang."

"Ish, Mas reseh banget sih!"

"De, jangan kasar kalau ngomong sama Mas kamu!" tegur Irvin ikut bergabung duduk di sofa ruang keluarga.

"Maaf, Pi." Deana tertunduk, matanya sekilas melirik Darius yang meleletkan lidahnya.

"Mami mana, Pi?" tanya Deana kemudian mengabaikan Darius yang mengejeknya.

"Lagi di kamar sama Kei tuh, nonton drakor."

Deana beranjak dari duduknya. "Ish! Kok De nggak diajak!" Dia berlari masuk ke kamar orangtuanya.

Darius dan Irvin menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kenanak-kanakan Deana, padahal untuk usia duapuluh lima tahun harusnya perempuan itu bisa bersikap lebih dewasa.

"Urusan kamu sudah selesai?" Darius tampak salah tingkah ditanya begitu, rasa bersalahnya semakin bertambah jika harus kembali berbohong pada papi.

"Udah, Pi." Darius memilih jawaban yang paling aman.

Irvin mengangguk percaya. "Kamu nggak jadi nginap, kan?" Wajah papi terlihat nelangsa.

Alis Darius berkerut. "Emang kenapa, Pi?" tanyanya penasaran.

"Kamu bawa istri kamu pulang ya, Papi nggak mau tidur di kamar tamu."

"Apa hubungannya aku dan Kei nginap dengan Papi tidur di kamar tamu?" Jujur Darius makin penasaran apalagi dia baru sadar kalau wajah Papi sejak tadi murung.

"Mami kamu punya rencana mau pajamas party bareng Kei dan Deana, Papi disuruh tidur di kamar tamu. Sebenarnya Mami udah ngambek sejak Mami minta rambutnya diwarnai kayak punya Deana tapi Papi melarang, lagian ya anak itu pulang-pulang rambutnya kok kayak ayam-ayaman dijual di SD aja!" curhat disertai gerutuan dari Irvin.

Darius menahan tawanya setelah mendengar cerita papi, ditambah wajah Papi semakin masam atau lebih tepatnya tersiksa. Bukan rahasia lagi di keluarganya Papi tidak akan bisa tidur jika tidak memeluk tubuh Mami, bisa dibayangkan nasib Papi malam ini. Selain takut kehilangan Mami, Papi juga takut kalau Mami menyuruhnya tidur di kamar tamu.

"Kami memang nggak bisa nginap, Pi. Kan besok kerja." Darius menjawab pelan.

Mata Irvin berbinar. "Bagus! Setidaknya kalau kamu yang protes Papi bisa aman."

Darius mendengus. "Papi juga terlalu bucin jadi suami, sampai harga diri udah nggak ada."

"Hei, anak muda! Bucin sama istri itu pahala lho, kamu juga akan merasakan apa yang Papi rasakan ini. Nggak ingat kamu punya darah yang sama dengan Papi."

Darius hanya mengangkat bahunya santai, malas menanggapi omongan Papi. Masalah yang dikatakan Papi memang benar, dia bucin tetapi bukan pada istrinya melainkan kekasihnya.

Ah, selama kontrak ini berjalan. Darius akan mencari sebab Mami tidak menyukai Bella padahal baru pertama kali bertemu.

"Aku mau mandi dulu, gerah!" Darius bersiul santai melenggang menapaki tangga satu per satu.

Makan malam siap tidak tepat waktu, karena ketiga perempuan dari keluarga M Darwin tengah sibuk menonton salah satu drama Korea yang sedang hits tahun ini. Hingga membuat para lelaki harus menahan lapar lebih lama.

"Makan udah siap!" Teriakan Shalu menggema sampai ke ruang keluarga di mana Darius dan Irvin sedang menonton berita.

"Ah akhirnya, kita bisa makan juga." Darius beranjak dari sofa, disusul dengan Irvin.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now