50 | Ganteng Doang

7.7K 696 22
                                    

"Kalian bisa jelaskan apa maksud dari semua ini?" Papi menunjukkan selembar kertas di atas meja.

Darius dan Keifani sontak melihat kertas yang ternyata merupakan sebuah kontrak, mata mereka sontak membelalak begitu selesai membaca judul kontrak yang familiar.

Surat Perjanjian Pernikahan

Tentu saja surat ini adalah surat kontrak pernikahannya yang mereka sepakati bersama, tetapi yang menjadi pertanyaan dari mana papi mendapatkannya?

Darius berusaha terlihat tenang, walau jantungnya nyaris berhenti berdetak sedangkan Keifani jangan di tanya, dahinya sudah mengeluarkan keringat dingin---padahal AC di kantin rumah sakit ini berfungsi dengan baik---belum lagi jantungnya sudah berdetak tidak normal. Hal ini sering terjadi padanya jika sedang bersama Darius tetapi debaran itu sangat menyenangkan berbeda dengan debaran yang dia rasakan sekarang, dia sangat takut.

"Darius! Keifani! Papi minta penjelasan, bukannya kalian diam begini? Ayo cepat!" sentak papi datar, tidak ada bentakan apalagi nada keras. Justru intonasi papi terbilang tenang meski begitu datar dan tegas, papi jarang sekali marah padanya, tetapi sekalinya marah bisa sangat mengerikan, seperti saat ini.

Darius memberanikan mengangkat kepalanya, menatap papi tenang. "Maaf, Pi." Hanya itu mampu yang keluar dari bibirnya, aura tegas papi selalu bisa membuatnya terintimidasi.

"Kenapa minta maaf? Papi butuh penjelasan bukannya maaf dari kamu!"

Darius menghela napas panjang, akhirnya keluarlah kata-kata yang sejak tadi dia susun. "Kami memang menikah dengan kontrak, Pi. Kesepatan itu kami lakukan dengan sadar, tapi Kei nggak salah, Pi. Karena dari awal aku lah yang salah, aku yang lebih dulu menawarkan pernikahan kontrak itu. Aku nekat melakukan itu karena saat itu desakan dari Mami membuat aku frustrasi, padahal Mami dan Papi tahu aku sedang menjalin hubungan dengan...." Dia berhenti sejenak, memejamkan mata lalu menyebut nama yang sebenarnya membuat dirinya muak.

"....Bella, tapi karena reaksi Mami saat aku bawa dia ke rumah sangat di luar dugaan belum lagi kontrak di agensi modelnya yang membuat dia tak bisa menikah dalam waktu lima tahun ke depan. Sebenarnya aku udah melupakan kontrak yang aku tawarkan dengan Kei karena dari awalpun Kei menolaknya, sampai akhirnya Mami rumah sakit karena aku, kami pun sepakat untuk menikah kontrak."

"Jadi selama ini keromantisan yang kalian di depan Mami, Papi, dan Bunda Kei hanya sandiwara?"

Darius mengangguk lalu kembali menggeleng. "Awalnya semuanya sandiwara aja, tapi berapa bulan terakhir ini semuanya bukan lagi sandiwara, Pi. Kami melakukannya karena hati kami, bahkan aku berencana untuk melanjutkan pernikahan ini seperti pasangan normal lainnya bersama Kei."

"Benar itu, Kei?"

Tubuh Keifani tersentak mendapat pertanyaan tiba-tiba dari papi, dia sejak tadi diam bukan karena tak ingin terlibat---karena masalah ini memang kesalahan mereka berdua---tetapi terlalu takut dengan aura papi yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Kei?"

"Ah, iya, Pi. Iya." Jawaban Keifani membuat Darius mengulum senyum kecil, tak tega melihat wajah tegang istrinya itu, dia mengenggam tangannya di atas pangkuan Keifani.

"Kenapa tiba-tiba kalian ingin menjalankan pernikahan ini dengan normal? Sedangkan Papi tahu kamu, Dar. Mencintai pacar kamu itu, kan?"

Darius mendengus, bukan pada papi melaikan pada kalimat papi yang mengatakan 'mencintai pacar kamu itu'. "Sekarang udah nggak, Pi."

"Karena udah ketahuan?" Darius menggeleng tegas.

"Mami benar, dia bukan perempuan baik untuk aku jadikan istri."

Loveable Ties (TAMAT) Där berättelser lever. Upptäck nu