26 | Saran Theana

8.4K 744 33
                                    

Hanya butuh dua hari, pemberitaan Bella dan Brata menghilang di media baik online maupun TV, wartawan tidak lagi mengejar Bella untuk melakukan klarifikasi sebab Brata sudah menyelesaikannya dengan baik. Bersama istrinya---Hariani Perdana---dia mengatakan jika Brata difitnah oleh salah satu saingannya, Hariani juga membenarkan semua pembelaan suaminya seolah menyakinkan para media dan masyarakat kalau pemberitaan itu palsu alias hoax.

"Kita aman, Om Brata udah menyelesaikan masalah ini." Tiana menyandarkan tubuhnya pada sofa, memejamkan matanya yang lelah. Bagaimana tidak lelah, dua hari dia yang menghadapi beberapa klien Bella. Dia berusaha menyakinkan klien bahkan sengaja meneror Brata dengan berbagai pesan, meminta pertanggung jawabannya atas berita yang bocor ke media. Karena merasa sama-sama dirugikan akhirnya Brata membayar salah satu kenalannya untuk menghentikan berita itu di beberapa media online dan stasiun TV.

"Jaman sekarang apa sih yang nggak bisa dibeli, uang itu benda kecil bernilai besar yang bisa digunakan untuk membeli sebuah barang dan juga sebagai penutup mulut."

Tiana tertawa kecil mendengarnya. "Benar banget, karir kembali aman tanpa perlu keluarin duit. Lagian adanya berita ini juga karena kecoroban asisten rumahnya Om Brata, gue dengar asisten rumahnya tangganya lah bergosip dengan para tetangga tentang rumah tangga majikannya termasuk perselingkuhan Om Brata bersama para model di kantor agensinya. Salah satu tetangganya merekam lalu menjualnya di salah satu admin gosip, dan sekarang dia sudah dipecat bahkan dipulangkan kembali ke kampungnya."

"Ah, bodoh amat! Buat apa mikirin nasib orang lain, sekarang yang terpenting kontrak dengan klien nggak diputus. Setidaknya saldo rekening gue tetap aman." Bella mengibaskan rambutnya.

Tiana mendekatkan tubuhnya. "Terus Om Frans gimana?"

Bella tersenyum pongah. "Om Frans mah percaya aja waktu bilang gue difitnah, tapi karena berita kemarin gue lebih berhati-hati kalau mau kencan sama Om Frans."

"Darius juga percaya banget sama lo," kata Tiana kembali menegakkan tubuhnya. "Oh iya, lo udah telepon dia?"

"Siapa?"

"Darius. Dia nelepon gue tadi sore, nomor lo masih nggak bisa dihubungi katanya."

"Oh! Gue block nomornya!" jawab Bella santai.

"Kenapa?" Alis Tiana berkerut bingung.

"Gue malas aja, makanya gue block. Nanti deh gue buka blocknya."

Tiana melotot kesal. "Buka sekarang, gue nggak mau dia telepon ke nomor gue terus."

"Ya iya, gue buka nih." Bella menekan tombol buka blokir pada layarnya.

Tak lama nama Darius muncul dilayar.

"Dasar bucin!" ejek Tiana seraya melirik ponsel Bella yang berdering.

"Gue angkat dulu." Bella melangkah ke balkon untuk mengangkat telepon kekasihnya.

"Ya, Bee. Iya, aku baik-baik aja. Semuanya udah aman kok, maaf ya kemarin aku sempat kaget banget waktu itu. Pulang-pulang dari Singapura dapat fitnah buruk dari orang lain, eh eh nggak usah, Bee. Semuanya kembali normal, aku juga udah memaafkan penyebar berita itu kok. Iya, Bee. Iya iya, aku tanya Tiana dulu ya, aku kabari secepatnya. See you, Bee. I love you, muaachh."

Klik.

Bella menghembuskan napas kasar, sebenarnya dia sudah capek main di belakang Darius. Dia makin menjadi ketika tahu orangtua terutama Mami Darius tidak akan pernah merestuinya, secepatnya dia akan mencari pencetak uang untuk dirinya lalu membuang Darius.

Lelaki itu sudah tidak berguna, waktu dua tahun terbuang sia-sia bersama walau selama itu pula Bella berkhianat di belakang Darius.

Oh jelas, Bella perempuan yang anti komitmen apalagi menikah. Disaat perempuan lain akan memimpikan di nikahi oleh pacar mereka, dia lebih memilih bermain-main dengan berbagai lelaki mapan dan kaya.

Sejak kecil hidupnya serba kekurangan bahkan sangat menderita, Bella kecil tidak pernah mendapat apa yang dia mau. Dia marah pada dunia yang tak pernah adil padanya, maka dengan modal wajah cantiknya dia berhasil menggaet lelaki kaya, tidak peduli lelaki itu punya istri dan anak.

Bella benar-benar tidak peduli, karena dia hanya peduli pada dirinya sendiri.

***

"Hebat juga koneksinya Bella, hanya dua hari semuanya pemberitaan tentangnya menghilang," komentar Amara.

Theana dan Keifani salng lirik, sebelum Theana mengalihkan fokusnya pada Amara. "Itulah enaknya punya banyak duit, apa-apa kalau udah dikasih uang mah langsung selesai."

Amara mendekatkan wajahnya. "Kei, lo kok diam?"

"Karena emang masalah kemarin nggak ada hubungan sama gue!" Bohong, Keifani seolah acuh.

"Ya jelas ada hubungannya dong, Kei. Bella kan pacar Darius terus Darius suami lo."

"Suami kontrak, Ra," koreksi Theana. Keifani meringis sedangkan Amara tertawa.

"Suami kontrak yang dicintai Kei diam-diam," tambah Amara disela tawanya.

Keifani memutar bola matanya bosan. "Tumben kalian kompak!"

Tawa Amara dan Theana terhenti, sedangkan Keifani malah terkekeh geli.

"Ah sudah ah, gue harus balik." Amara melirik jam di tangannya. "Nyokap minta jemput."

Setelah tubuh Amara menghilang dari balik pintu kedai, Theana menoleh cepat ke arah Keifani. "Menurut lo laki-laki yang kita lihat kemarin di mal itu orangnya?"

Keifani tahu maksud Theana mengangkat bahunya. "Nggak tahu juga sih, bisa iya bisa juga nggak."

"Lo harus rebut Darius, Kei," ujar Theana tiba-tiba.

"Lo ngomong apa sih, The?" Keifani sungguh tak mengerti.

"Aish! Ini kesempatan buat lo, Kei. Lo punya banyak waktu bersama Darius ketimbang Bella, gue nggak main-main waktu ngomong lo rebut aja hati Darius. Manfaatkan waktu lo, buat Darius jatuh hati ke lo sejatuh-jatuhnya."

"Itu nggak mungkin."

Theana menyela. "Nggak ada yang nggak mungkin, Kei. Bagaimana lo bisa tahu hasilnya kalau lo nggak mencoba. Kita berdua tahu Bella bukan perempuan yang baik buat Darius, dan lo sebagai istrinya harus menyelamatkan suami lo dari rubah betina itu."

Keifani termenung lantas menggelengkan kepalanya. "Kami menikah kontrak, ingat?" Dia menyandarkan tubuhnya. "Gue nggak bisa apa-apa karena terikat oleh kontrak itu."

Theana mendengus. "Kontrak itu hanya sebuah kertas, perjanjian itu terasa konyol. Sekarang gue tanya sama lo tapi lo harus jawab dengan jujur, lo menerima menikah dengan Darius secara kontrak bukan hanya permintaan Tante Shalu aja, kan? Lo merasa ini adalah kesempatan untuk dekat dengan Darius, walau ada kontrak di dalamnya tapi lo bahagia, kan? Bisa lihat dia tiap hari, berbicara tiap hari, nyiapin makanan untuk dia dan makan bersama di meja makan yang sama walau yang kalian hanya diam, fokus sama makanan kalian masing-masing. Lo bahagia jalanin itu, Kei." Keifani akan membuka mulutnya langsung ditahan cepat olehnya. "Jangan ngomong dulu! Dengarin gue, gue lihat itu semua dari mata lo, Kei, kita berteman bukan baru setahun atau dua tahun tapi hampir dua belas tahun. Sejak menikah, mata lo selalu berbinar, lo jadi lebih banyak senyum. Bahkan lo udah nggak punya waktu mampir di kedai ini sepulang kantor dan lebih memilih pulang ke apartemen Darius, memasak makan malam dan menunggunya pulang kerja. Tanpa lo sadari kegiatan lo ini bukan lagi karena kewajiban lo sebagai istri yang jelas-jelas nggak ada di dalam kontrak kalian, lo lakuin itu karena lo ingin melakukannya, menjalankan peran sebagai istri sebenarnya walau dalam status kontrak."

Keifani merenungi semua perkataan Theana, keheningan tercipta diantara mereka sampai sebuah genggaman tangan menyandarkannya. Dia menatap sahabatnya lekat.

"Jangan sampai lo nyesal, Kei."

***

BERSAMBUNG...

Eh eh eh, aku kembali gaiiisss heheh setelah sekian lama ya.. Aku usahakan bisa up supaya kalian gak terlalu lama nunggu 😉

Aku fokus sama revisi nih, jadi up nya agak lama dikit hehe doakan cerita Rayana dan Raihan lancar ya, dari revisi sampai terbit nanti 😁

Jangan lupa vote dan komen banyak2 ya 🙏

See you next part

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now