65 | Tenang

7.8K 634 31
                                    

Cup

Cup

Cup

Darius sejak tadi tak berhenti mencium pipi dan bibir Keifani, sudah sejam berlalu ketika kesalahpahaman mereka selesai dan Darius menarik tangan Keifani untuk pulang ke apartemen. Bahkan mengabaikan protes Keifani yang meminta diantarkan ke kantor, dengan santai dia malah mengemudikan mobilnya pulang ke apartemen.

Ketika Keifani protes dengan tenang Darius katakan.

"Aku masih kangen, Kei. Hari ini bolos kerja dulu nggak pa-pa, kan? Cuma hari ini doang kok."

Dan Keifani mana mungkin menolak saat lelaki itu memasang wajah memelas seperti anak yang meminta mainan pada ibunya.

Lagian dia juga sebenarnya kangen pada Darius, padahal mereka hanya tak bertemu seharian saja. Bagaimana jika seminggu ya? Apa ini efek bayi di dalam kandungannya, yang manja pada papanya.

Eh, ngomong-ngomong Keifani belum mengatakan pada Darius tentang kehamilannya.

Cup.

Keifani menggeliat saat sadar ciuman Darius sudah berpindah pada sekitar leher dan telinganya.

"Mas, bentar dulu aku lagi masak nih."

"Lima menit, Sayang. Lima menit, abis itu janji aku nggak ganggu kamu masak," lirihnya tak jelas karena kepalanya terbenam di lehernya.

Keifani menghela napas panjang mengalah, berusaha fokus pada ayam goreng yang dimarinasi dulu sebelum di goreng. Walau sesekali suara desahan lolos dari bibirnya, belum lagi kedua tangan Darius sibuk mengelus dan meremas yang membuat tubuhnya terus bergerak.

"Mas, tangannya jangan piknik ke mana-mana dong. Aku nggak bisa konsen nih."

Darius menjauhkan kepalanya lantas menurunkan pandangannya. "Ya udah kalau gitu, masaknya ditunda dulu ya. Mas soalnya masih kangen." Setelah mengatakan tiba-tiba saja perutnya merasakan gejolak mual yang tak dapat ditahannya sebelum akhirnya mendesak keluar.

"Hooeekkkk." Dia berlari ke wastafel mengeluarkan semua isi perutnya.

"Mas," Keifani panik, meninggalkan bawang merah yang baru saja akan dia kupas. "Kamu kenapa, sakit?" tanyanya membantu memijat tengkuk Darius.

Lelaki itu hanya menggeleng dan terus menundukkan kepalanya ke wastafel, sampai matanya terasa memanas dan isi perutnya menjadi kosong.

Tubuhnya yang lemas lantas limbung jika saja Keifani tak sigap menahannya.

"Kamu ada salah makan kah? Atau masuk angin?" tanya Keifani seraya membersihkan bibir Darius.

Lelaki itu menggeleng lemas, tanpa bisa menjawabnya. Keifani yang tak tega akhirnya menuntunnya ke dalam kamar, tubuh Darius dia baringkan pelan-pelan ke atas ranjang. Dia menarik selimut sebatas dada dan menyalakan AC agar suaminya tetap nyaman.

"Masih mual?" tanya Keifani yang kini mengambil duduk di pinggir ranjang.

"Hmm," jawab Darius sambil menutup mata.

Keifani meletakkan punggung tangannya pada kening Darius. "Nggak panas," gumamnya. "Mas, mau aku buatkan air jahe? Katanya bisa merendamkan rasa mual."

"Air jahenya pakai madu ya," lirih Darius pelan.

"Iya, tunggu bentar ya."

Keifani keluar dari kamar menuju dapur, mengambil jahe lalu mengupasnya. Setelah itu dia memasaknya hingga mendidih, kemudian menyaringnya, terakhirnya diberikannya madu agar rasa pahitnya ternetralisir.

Baru saja akan membawa ke dalam kamar, suara dering ponsel Darius yang tergeletak di atas meja pantry menghentikan langkahnya. Nama mami muncul dilayar, dia menyimpan nampam sebelum mengangkat panggilan mami.

Loveable Ties (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang