17 | Terkejut

8.6K 837 49
                                    

Mas Darius :
Pulang kerja nanti saya jemput, kita belanja kebutuhan rumah sama-sama.

Kening Keifani berkerut seraya mengerjabkan matanya menatap lekat layar ponsel yang menampilkan pesan singkat dari suami kontraknya, rasanya dia tak percaya Darius akan menjemputnya sepulang kerja nanti. Tak mau suami kontraknya menunggu lama balasan, dengan cepat dia mengetik dillayar.

Keifani :
Baik, Mas. Aku tunggu ya...

Keifani teringat bahwa dia bawa mobil ke kantor, dia menghapus kembali pesannya.

Keifani : Kita ketemu di supermarket saja, Mas. Aku bawa mobil ke kantor.

Balasan dari Darius tak kunjung datang sampai jam pulang kantor, pesannya hanya centang dua abu-abu tanda terkirim tetapi belum dibaca sama sekali.

"Kei, mau pulang?" Keifani menoleh Rahmat yang sudah siap berdiri di samping kubikelnya.

"Iya, Mas."

"Turun bareng yokk, tapi tunggu bentar ya, gue mau ke ruangan Pak Fuad dulu mau ngasih laporan."

Keifani mengacungkan jempolnya, dia bersiap-siap membereskan barangnya lalu mematikan komputernya. Yang lain sudah pada turun lebih dulu menyisakan dirinya, Rahmat, dan Fuad.

Ngomong-ngomong soal Fuad, lelaki itu sudah tak pernah menampilkan wajahnya jika jam makan siang. Karena akhir-akhir Fuad terlalu sibuk naik ke lantai lima tempat para ruangan direksi kantor, mungkin meeting. Keifani bersyukur akan hal itu, setidaknya dia aman seminggu ini dan mudah-mudahan Fuad selalu sibuk.

Rahmat keluar dari ruangan disusul Fuad di belakangnya, Keifani dengan sigap berdiri dan menunduk hormat pada bosnya.

"Yaelah, Kei, tegang amat. Santai kali, cuma Pak Fuad ini." Rahmat berseru membuat Keifani meringis pelan.

"Iya, santai saja kalau sama saya, Kei. Kita kan juga sering makan siang bareng." Suara berat Fuad menyapu gendang telinganya, matanya melirik Rahmat yang tersenyum menggoda.

"Cieleh, Kei. Muka lo kenape tuh?"

"Apaan sih, Mas. Yuk turun." Keifani berbalik menuju ke lift, wajahnya bukan menahan malu tetapi sedang menahan marah. Dia tak menyangka Fuad berani menggodanya di depan Rahmat, sungguh dia menyesal menunggu seniornya itu.

Lift yang membawa mereka sudah sepi, sepertinya hari ini banyak orang yang terburu-buru.

Ting.

Pintu lift terbuka menampilkan lobi yang nampak lenggang, hanya menyisakan beberapa orang seperti satpam dan beberapa office boy dan office girl yang sibuk bersih-bersih. Keifani melangkah cepat ke arah parkir.

"Kei, santai aja jalannya kali. Kayak ada yang kejar aja!" seru Rahmat seraya tertawa kecil sedangkan Fuad geleng-geleng kepala.

"Keifani." Panggilan dari arah samping membuatnya menghentikan langkahnya lalu menoleh.

"Mas Darius." Keifani menampilkan ekspresi terkejut, pasalnya pesannya tak dibalas lelaki itu sama sekali. Jadi dia mengira Darius tak jadi menjemputnya.

Darius melangkah mendekat. "Kamu turun lama banget sih, saya sudah menunggu dari tadi," keluhnya.

Keifani nyengir. "Maaf, Mas. Aku tadi selesain kerjaan dulu. Lagian aku kira Mas nggak jadi jemput, chat aku aja nggak dibalas."

"Oh, itu. Maaf, setelah makan siang saya lanjut tidur dan baru bangun setelah ashar. Itupun langsung buru-buru ke sini, saya nggak sempat lihat hape," jelas Darius.

"Ekhemmm." Deheman dari arah belakang mengalihkan perhatian Keifani dan Darius.

"Oh dijemput suami toh, pantas lo dari tadi buru-buru banget jalannya." Rahmat mendekat seraya mengulurkan tangannya. "Hai, gue Rahmat, teman kerja Kei. Gue sempat datang kok ke acara nikahan kalian."

Loveable Ties (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang