07 | Bulan Madu

16.7K 1.4K 51
                                    

Tidak seperti waktu tunangan, resepsi Darius dan Keifani diadakan di sebuah hotel bintang lima. Banyaknya tamu yang hadir menandakan orangtua Darius bukan orang sembarangan, kolega dan keluarga kedua belah pihak ikut hadir mendoakan pasangan yang duduk di atas pelaminan.

"Capek?" Keifani menoleh mendengar bisikan Darius di telinganya.

"Lumayan," jawabnya singkat.

"Tamu mulai berkurang, kamu bisa naik ke kamar istirahat."

Keifani menatap ballroom dengan tamu yang mulai berkurang, semua anggota tubuhnya sakit, dari pundak, pinggang, sampai telapak kakinya. Dirinya memang butuh kasur untuk mengistirahatkan badannya.

Seperti tahu kalau menantunya kelelahan, Shalu bergerak naik ke atas pelaminan berjalan mendekat ke arah menantunya.

"Kalian sebaiknya istirahat di kamar sekarang, tamu-tamu juga udah tinggal dikit. Mami tahu kalian pasti capek, kan?"

"Iya, Mi."

"Ya udah. Dar, bawa Kei ke kamar kalian ya," perintah Shalu yang dilaksanakan oleh Darius.

Lelaki yang baru berstatus menjadi suami menggandeng tangan Keifani menuntunnya turun dari pelaminan keluar dari ballroom hotel. Di dalam lift pun suasana semakin hening, baik Keifani dan Darius sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Sesampainya di kamar pengantin yang disediakan untuk mereka pun keheningan masih tercipta.

Keifani yang gerah akhirnya memilih masuk ke kamar mandi setelah membawa piyama yang biasa dipakainya saat akan tidur, sedangkan Darius lebih memilih duduk di sofa dekat jendela dengan memainkan ponselnya. Banyak pesan masuk dengan berbagai ucapan selamat atas pernikahannya diabaikan olehnya. Darius lebih memilih membuka kontak mencari nama sang kekasih untuk memberikan kabar.

Tut... Tut...

Panggilannya tidak diangkat sama sekali, padahal nomornya aktif.

Ke mana Bella saat ini? Tidak mungkin kekasihnya itu bekerja di waktu malam hari. Tidak mungkin juga kalau Bella sudah tidur. Darius tahu kebiasaan perempuan itu dengan baik.

"Apa gue telepon asistennya aja ya?" gumamnya seraya melirik jam dilayar ponselnya, memastikan kabar sang kekasih.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silakan hubu----

Klik. Tanpa menunggu lama Darius menekan tombol merah dengan kasar.

Perasaannya semakin gusar, sampai tak sadar jika Keifani sudah keluar dari kamar mandi. Aroma vanila yang menyeruak masuk ke indera penciumannya membuat Darius mendongak, matanya menelusuri penampilan istrinya tidak mencerminkan pengantin baru yang menyambut malam pertama.

Darius menggelengkan kepalanya, pikirannya mulai melantur kemana-mana. Harusnya dia sadar kalau pernikahannya dengan Keifani hanya sebatas kontrak semata, jangan harap akan ada malam pertama atau malam-malam berikutnya sampai kontrak mereka selesai.

"Mas Darius nggak mau mandi?" Suara lembut milik Keifani menyentak lamunannya.

"Oh ah, iya. Saya mau mandi kok." Darius tergagap sebelum beranjak dari duduknya dan masuk ke kamar mandi.

Begitu pintu ditutup Keifani meredakan degup jantungnya yang sejak tadi terpacu akibat tatapan intens Darius, sebenarnya jantungnya mulai berulah saat di kamar mandi. Tidak bisa dia bayangkan akan satu ruangan dengan Darius berdua saja, bisa dirasakan kegugupan melandanya.

Belum lagi suasana romantis yang tersaji di dalam kamar pengantin ini, lilin aromaterapi dipasang disetiap sudut, ranjang yang dihias berbagai bunga mawar berbentuk hati di tengahnya.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now