28 | Takut

7.6K 708 23
                                    

Ruang makan terdengar riuh dengan berbagai suara yang saling menyahut, suara Deana dan Shalu paling mendominasi, Keifani, Iis, dan Irvin terkadang menimpanya sekali-sekali. Hanya Darius nampak fokus sama makanannya mengabaikan keluarganya yang asyik bercengkrama satu sama lain.

"Pokoknya De mau ganti warna rambut kayak gini," tunjuk Deana pada wallpaper menampilkan rambut Lisa Black Pink yang berwarna abu-abu campur warna biru.

"Nggak boleh! Mami nggak izinin." Shalu bersikeras bertahan.

"Papi." Deana meminta bantuan pada Irvin.

Shalu pun tak mau kalah. "Kalau Papi berani kasih izin Papi tidur di kamar Darius selama sebulan."

Irvin diam tak berkutik, mau membela putrinya pun tak bisa karena istrinya sudah lebih dulu mengancam. Ancaman yang itu-itu saja tetapi bisa membuatnya sangat ketakutan, istri tercintanya memang tahu kelemahannya.

"Papi kok diam aja sih." Deana sudah tahu pasti akan kalah, sayangnya dia bukan perempuan yang lemah. "Pokoknya De mau ganti warna rambut, titik!"

"Berani kamu ngalawan, Ana! Mau jadi anak durhaka kamu?"

"Ish, Mami! Jangan panggil De kayak gitu, De nggak suka." Deana memasang wajah cemberut, mami paling tahu cara membuat Deana kesal. Apalagi kalau dipanggil dengan nama Ana.

"Nama kamu ada Ana-nya kok, kalau nama kamu Zubaedah baru Mami manggilnya Edah," kata Shalu santai.

Keifani dan Iis tertawa kecil sedangkan Irvin meringis.

Deana semakin cemberut, kalau Darius malah memutar bola matanya, pemandangan seperti ini sudah menjadi rutinitas keluarganya. Walau kadang sedikit menyebalkan tetapi juga sangat menghibur, Darius pernah bilang kan kalau mami dan Deana itu adalah perpaduan yang sempurna.

Paling sering berdebat tetapi saling sayang satu sama lainnya.

Darius ingat sewaktu Deana izin mengikuti acara perpisahan sekolah ke Bali, Mami tetap pada pendiriannya melarang sampai Deana sakit gara-gara mogok makan. Deana dilarikan ke rumah sakit akibat asam lambungnya naik. Mami tentu yang paling merasa bersalah, Mami semalaman menangis melihat putri kesayangannya harus diopname di rumah sakit.

Sampai akhirnya mami mengizinkan Deana ikut perpisahan ke Bali tetapi dengan syarat Mami harus ikut menemani, Deana hanya bisa pasrah. Toh daripada tidak jadi pergi ke Bali, tidak pa-pa juga Mami ikut. Lumayan ada yang jajanin katanya.

Pernah juga, Deana pulang-pulang menangis karena ditolak lelaki yang dicintainya. Mami yang cemas bukan main karena Deana mengurung diri di kamar, Mami beberapa kali membujuk sampai nekat mendobrak pintu kamar kalau Deana tak kunjung membukanya.

Ancaman Mami berhasil, detik itu juga Deana membuka pintu. Mami bahkan sampai menjerit melihat wajah bengkak putri kesayangannya.

"Jangan mau terlihat patah hati, De. Buat dia menyesal karena udah nolak kamu! Hapus air mata kamu, anak Mami cantik gini. Masih banyak cowok di dunia ini, bukan hanya dia doang! Dia pasti sok kegantengan." Begitu kira-kira perkataan Mami.

"Mi, udah dong. Nggak malu apa diliatin sama besan dan menantunya apa?" tegur Irvin mengelus lembut punggung istrinya menenangkan.

"Eh." Shalu sepertinya baru sadar, dia mengelus rambut ombrenya salah tingkah. "Aduh, maaf ya, Is. Ginilah kalau punya anak nggak mau nurut kata orangtua," sindir Shalu melirik Deana, sedangkan yang disindir tampak acuh. "Nggak kayak, Kei. Anaknya nurut banget, kalem lagi. Wajar kalau banyak yang suka, Darius beruntung banget punya istri kayak Kei."

Deana mencibir sedang Darius yang disebut namanya hanya diam.

"Ah, Mbak Shalu terlalu memuji. Deana juga cantik kok, pasti lebih banyak laki-laki yang suka."

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now