44 | Bersalah

8.5K 734 12
                                    

"Kalian nggak keluar?"

Pertanyaan dari papi membuat Darius dan Keifani yang sedang nonton TV teralihkan.

"Mau keluar ke mana, Pi?" Darius balik bertanya, saat ini dia enggan ke mana-mana. Lebih baik istirahat di rumah.

Papi mengangkat bahunya. "Ke mana kek, taman safari atau jalan-jalan ke pantai. Masa kalian kalah sama Deana sih."

"Ya namanya juga pasangan suami istri, Pi. Lebih enak kencan di dalam kamar, iya nggak?" Mami datang menyela, sontak perkataannya membuat Darius dan Keifani salah tingkah. "Duh, gemes deh sama kalian. Malu-malu kayak gitu." Mami terkikik geli.

Papi tergelak merasa lucu melihat tingkah putra dan mantunya.

Darius berdehem. "Papi mau ke mana?" Dia baru sadar papi dan mami memakai baju rapi, seperti akan pergi.

"Kami mau kencan dong," jawab papi bangga sedangkan mami tersenyum malu.

"Dih, nggak mau kalah sama anak muda," cibir Darius.

"Biarin, daripada kamu jadi suami nggak ada inisiatifnya sama sekali ajak Kei kencan. Kamu anaknya siapa sih? Dasar nggak romantis," ejek papi.

Darius berdiri dari duduknya, tangannya terulur kepada Keifani. "Kei, ayo siap-siap. Kita jangan mau kalah sama yang tua, hari ini kita juga harus kencan."

Keifani mengulum senyumnya lalu menyambut uluran tangan Darius.

"Nah gitu dong, masa harus dipancing dulu sih." Akhirnya pancingan papi berhasil, dia sengaja melakukannya biar Darius peka kalau Keifani juga butuh quality time berdua.

"Asik! Gimana kalau kita double date?" Ide dari mami tentu saja ditolak mentah-mentah papi dan Darius.

"Jangan!" serunya kompak.

"Kenapa? Kan seru, Pi."

Papi menggandeng tangan mami. "Kita jalan sekarang yuk, Mi. Nanti kena macet." Dia tidak menjawab pertanyaan istrinya, malah pamit pada putra dan mantunya. "Dar, Kei, kami jalan dulu ya."

Darius dan Keifani kompak mengangguk. "Hati-hati dijalan, Pi, Mi."

Setelah keduanya hilang dari pintu, Keifani menarik tangannya dari dalam genggaman Darius. Sayangnya genggaman tangan lelaki itu terlalu erat.

"Ayo, siap-siap. Kita ke Puncak."

"Hah?"

"Kenapa kaget gitu? Kamu nggak mau ke Puncak?" Keifani menggelengkan kepalanya.

"Pasti jalanannya macet, Mas. Apalagi hari minggu."

"Jadi kamu mau ke mana?"

Keifani tampak berpikir sebelum akhirnya mendapatkan ide. "Gimana kalau kita ke Explorasa, Mas."

"Boleh juga."

Dan di sinilah mereka sekarang, duduk di salah satu meja yang berada di dekat meja kasir. Pengunjung Explorasa tampak ramai, apalagi ini weekend. Banyak sekali orang melepas penat dengan nongkrong di Explorasa juga untuk merasakan minuman berbahan kafein atau non kafein.

"Kei, aku mau pesan kopi yang pernah kamu bawakan dulu itu, apa namanya?"

"Segelas kopi mantan." Keifani menyebut kata mantan sontak membuat mood Darius menurun.

Sadar akan hal itu, Keifani lantas mengalihkannya pada yang lain. "Atau cokelat hangat juga enak, atau Mas mau caffe americano? Atau mau caffe macchiato? Itu semua best seller di Explorasa."

Darius berusaha untuk tidak terpengaruh. "Caffe americano sama ngemilnya sandwich dengan olahan daging sapi." Dia juga memesan cemilan untuk menemaninya.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now