27 | Merajuk

8.4K 755 41
                                    

Waktu terus berjalan, tak terasa pernikahan kontrak Keifani dan Darius sudah berjalan lima bulan. Berarti kebersamaan mereka tinggal tujuh bulan saja.

Haruskah dia pasrah dan menjalani pernikahan singkat ini sebagaimana mestinya atau berjuang mengambil hati Darius seperti yang disarankan Theana?

Benar juga, tidak ada salahnya untuk mencoba kan? Apa pun hasilnya, mau gagal sekalipun setidaknya dia pernah berjuang. Dirinya tak akan merasakan penyesalan.

Ingatannya kembali pada percakapan dirinya dan Theana.

"Jangan sampai lo nyesal, Kei." Theana menepuk punggung tanganya. "Pikirkan baik-baik yang gue katakan tadi. Oh iya, pertanyaan gue nggak usah dijawab karena ini," tunjuknya pada wajah Keifani. "Jawabannya jelas terlihat di wajah lo."

Maka, dengan tekad yang kuat Keifani memulainya, mengabaikan surat kontrak pernikahan mereka.

"Mas, baru bangun?" Darius mengangguk, dengan wajah mengantuk lelaki berjalan ke depan kulkas mengambil air dingin untuk diminum. Sayangnya gerakannya kalah cepat oleh Keifani yang sudah lebih dulu menyodorkan gelas yang berisi air dingin.

Darius mengerjabkan matanya, kaget. "Oh, makasih, Kei."

Keifani memasang senyum manis. "Sama-sama, Mas. Oh iya, aku masak capcay sama udang asam manis. Kamu mandi dulu gih baru kita sarapan."

Darius menyimpan gelas bekasnya minum di wastafel lalu berjalan ke meja makan menatap lekat masakan Keifani sebelum menatap orangnya. "Kei, berapa kali saya bilang. Kamu nggak usah repot-repot nyiapin makanan untuk saya."

Senyum manis Keifani memudar, menyadari itu Darius langsung merasa bersalah. "Baiklah, tunggu saya. Kita sarapan bersama."

Keifani mengangguk pelan, telanjur kecewa. Tetapi berusaha terlihat baik-baik saja. Begitu Darius menghilang di balik pintu kamarnya, Keifani bergumam. "Kalimat itu udah dikatakan berapa kali sama Mas Darius, mendengar lagi nggak akan membuat gue mundur. Semangat, Kei."

Mereka sarapan di meja yang sama dengan keheningan yang sama, Keifani sebenarnya ingin mengambilkan nasi dan lauknya untuk Darius seperti yang biasa dilakukannya di depan orangtua mereka tetapi dia harus menahannya takut Darius kurang nyaman.

Misinya : pelan tapi pasti.

Ya, pelan-pelan saja dulu.

"Ehm, Mas," panggil Keifani membuat Darius mengangkat kepalanya dari makanannya. "Hari ini kita main ke rumah Bunda ya, aku kangen."

"Benar juga, kita udah lama nggak ketemu Bunda kamu. Ya udah, kamu siap-siap sekarang. Biar saya yang cuci piringnya." Keifani mengangguk pelan. Dia beranjak dari duduknya bersiap masuk ke kamarnya sebelum suara Darius menghentikan gerakannya. "Kei, makasih ya buat sarapannya. Masakan kamu selalu enak."

Keifani melayang mendengar pujian Darius, dengan penuh semangat dia mengangguk disertai dengan senyuman. "Sama-sama, Mas."

Awal yang baik.

Langkah kakinya terasa ringan ketika memasuki kamar, begitu pintu ditutup Keifani melompat kegirangan seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar Darius tak mendengar suara pekikan tertahan. Sambil bernyanyi dia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi, dirinya tak akan membuat Darius menunggu lama.

Keifani menatap bayangannya dicermin merasa puas dengan dandannya, baju blouse warna hitam lengan panjang dipadu jeans panjang biru gelap. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai indah, mengambil tas selempang kecil yang berisi dompet, ponsel, dan charger Keifani melangkah keluar kamar penuh percaya diri.

Kata Theana, dia harus membangun rasa percaya diri.

"Mas, jalan sekarang," ajak Keifani mendekat.

Darius mengangkat kepalanya dari ponselnya tertegun sesaat, apa dia sudah pernah bilang kalau Keifani ini sangat manis. Dengan wajah mungil serta tubuhnya yang kecil tetapi padat, lekuknya sungguh membuat lelaki mana saja akan menoleh dua kali. Apalagi tinggi badannya hanya sebatas dadanya, sangat enak untuk dipeluk.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now