60 | Tak Biasanya

6.3K 573 15
                                    

"Lo yakin rencena ini akan berhasil?"

Tiana menyeringai. "Yakin, lo tenang aja gue udah atur semuanya kok. Yang lo lakuin sekarang cuma tiduran di sini, lo belum lupa kan caranya berakting?"

Bella menggeleng, dia pernah ikut kelas akting di agensinya dulu. Selain ingin mengasah bakat, dia juga ingin bersungguh-sungguh masuk dunia perfilman. Sayangnya, impian itu harus dia kubur dalam-dalam karena janin yang dikandungnya.

"Tapi gimana kalau Darius benar-benar mendonorkan darahnya, Ti?"

"Gue bilang lo tenang aja, gue udah atur. Kebetulan gue kenal sama orang dalam kok." Tiana begitu percaya diri dengan rencanya.

Semua berawal dari Bella yang hampir keserempet motor saat akan menyebrang, ide itu tiba-tiba muncul di otak pintar Tiana. Karena kasihan melihat Bella frustrasi mengejar Darius, tercetuslah karangan soal kecelakaan yang mengakibatkan Bella harus segera di operasi.

Apalagi ditambah bumbu-bumbu penyedap rasa hingga Darius yang keras pun akhirnya luluh.

"Tapi bukanya itu melanggar peraturan ya?"

"Ya, kalau atasannya tahu. Toh, yang jaga malam rata-rata suster dan dokter. Dan ini weekend, sebagaian dokter nggak akan ke rumah sakit jika nggak ada urgent."

Bella menghela napas. "Gue tetap aja takut, kalau ketahuan kita bisa terjerat hukum, Ti."

Tiana memutar bola matanya bosan. "Lo mau kan Darius kembali lagi pada lo? Lo mau kan menjadikan Darius ayah dari anak lo?" Bella mengangguk penuh kenyakinan. "Ya, makanya ikutin apa kata gue. Inilah bentuk kesetiakawanan gue pada lo, Bell."

"Thanks for everthing, Ti. Gue sayang sama lo."

Mereka berpelukan. "Gue juga, Bell. Kita akan melewati ini sama-sama."

Bella mengangguk.

"Ti, orang yang lo maksud udah ada di lobi," beritahu Sita---teman satu kosnya.

"Oke, Ta. Lo jaga Bella dulu ya."

Tiana keluar dari kamar inap, bergegas menuju lobi di mana Darius berada. Senyumnya merekah membayangkan wajah panik lelaki itu nanti, dia yakin jauh dalam lubuk hatinya masih menyimpan nama Bella.

Namun, alih-alih wajah Darius yang panik seperti bayangannya, lelaki itu malah memasang wajah datar dengan rahang mengeras. Tiana mengerutkan dahinya samar, melangkah pelan sampai dirinya berdiri tepat di hadapan lelaki itu.

"Ikut saya!" Darius menarik kasar tangan Tiana hingga membuat si empunya meringis pelan, terseok-seok mengikuti langkah panjang lelaki itu menuju area parkir yang sepi.

Darius menyentak tangan Tiana dengan keras sebelum berbalik memusatkan perhatiannya pada perempuan itu. "Lo pikir gue bakal ketipu dengan cerita karangan lo itu! Gue nggak sebodoh itu, Tiana. Mungkin selama ini gue terlihat bego di mata lo karena terlalu bucin sama Bella, tapi itu dulu." Netranya menghunus tajam. "Bella hanya hampir keserempet motor saat akan menyebrang jalan, nggak sampai kecelakaan parah sampai kehabisan darah! Gue ada buktinya, jadi jangan pernah sekalipun libatkan gue dengan Bella lagi. Kalau sampai lo berani hubungin gue, gue nggak akan segan-segan melakukan yang membuat lo menyesal!"

Darius berbalik menuju Ferrari-nya yang dia parkir yang jauh dari tempatnya bicara dengan Tiana, beruntung dia tak bertindak gegabah dengan langsung mempercayai Tiana begitu saja.

Dia benar-benar lelah, saat ini yang dibutuhkannya adalah pelukan Keifani.

***

"Aarrrrggghhhh!"

Brak

Buk

Prang

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now