40 | His Jealous

14.1K 909 42
                                    

Seminggu berlalu, hubungan Darius dan Keifani masih jalan di tempat. Walau semakin dekat, tidak membuat Keifani mengungkapkan perasaan cintanya. Dia harus memastikan dulu jika Darius benar-benar sudah move on dari Bella, dia tahu tak mudah melupakan hubungan yang berjalan selama dua tahun lamanya.

Apalagi perkataan Theana kemarin membuatnya kepikiran dan bertanya-tanya sampai di mana hubungan keduanya dulu? Bukannya kepo, hanya saja membayangkan Darius dan Bella yang...

"Kei, kamu baik-baik aja, kan?" Lamunannya buyar begitu mendengarkan Mami bertanya.

Keifani memasang senyum manis. "Iya, Mi. Aku baik-baik aja."

Saat ini dirinya sedang berada di langganan salon Shalu, akhir pekannya kali ini menghabiskan waktu bersama sang mertua. Iis dan Deana tidak ikut karena masing-masing punya urusan, Deana pergi ke Puncak bersama kedua sahabatnya sedangkan Iis pergi ke Bogor.

Sudah Keifani bilang kan kalau Bunda lebih betah tinggal di Bogor ketimbang di rumahnya sekarang, bahkan Bunda mulai merencanakan tinggal selamanya di Bogor. Awalnya Keifani tak setuju tetapi melihat Bunda kesepian di rumah itu sendirian, akhirnya dia setuju. Minggu depan Bunda akan membawa barang-barangnya ke Bogor, yang penting-penting saja dulu. Daripada dibiarkan kosong rencananya rumah itu akan di kontrakan saja.

Bunda sudah menawari dirinya dan Darius tinggal di sana, tentu ditolak halus Keifani. Meski dirinya tak keberatan harus berangkat lebih pagi ke kantor, mengingat jaraknya cukup jauh. Tetapi dia memikirkan Darius, suami kontraknya biasa pulang hampir tengah malam, takutnya Darius akan lelah dijalan.

"Baik kok, Mi."

Shalu mendekatkan wajahnya memastikan sesuatu. "Muka kamu pucat, Kei. Apa jangan-jangan...."

Kening Keifani berkerut. "Jangan-jangan apa, Mi?" tanyanya penasaran.

"Kamu hamil ya," pekiknya senang, hingga membuat para pelanggan salon yang sedang melakukan perawatan rambut menoleh sekilas.

Keifani meringis. "Nggak, Mi."

Bagaimana mau hamil? Kamar saja masih pisah sama suami.

Shalu mendesah kecewa. "Ya, kirain udah hamil, Kei. Tapi nggak pa-pa kalian masih pengantin baru, nikmati aja dulu masa pacarannya. Kalau ada anak nanti waktu kalian akan terbatas jadi sekarang puas-puasin aja." Perempuan paruh baya itu mengerling genit.

"Iya, Mi." Keifani tersenyum geli, mertuanya satu ini memang paling semangat meski usianya tidak muda lagi.

"Bu, rambutnya di cuci dulu." Angel---pegawai salon---menggiringnya ke tempat khusus cuci rambut.

"Kei, Mami cuci rambutnya dulu ya. Duh, Mami udah nggak sabar lihat hasilnya." Shalu segera berdiri dan mengikuti langkah Angel.

Keifani geleng-geleng kepala. Akhirnya usaha Mami berhasil membujuk Papi untuk kesekian kalinya, entah apa lagi ancaman Mami kepada Papi?

Dia sangat kagum dengan Papi yang begitu sabar menghadapi sikap Mami, Papi sampai saat ini masih memandang Mami penuh cinta meski pernikahan mereka sudah berjalan tiga puluh tahun lebih.

Apakah ini wujud cinta sejati?

"Mbak Kei, yakin rambutnya nggak mau di cat juga?" tanya pegawai salon yang melayaninya.

"Nggak deh, Mbak. Saya cukup creambath aja." Keifani kembali menikmati pijitan di kepalanya. Beruntung Mami mengajaknya ke salon, dia bisa melepas penat di kepalanya dan sedikit demi sedikit bisa melupakan ucapan Theana.

"Gimana Kei rambut Mami bagus, kan?"

Mereka sudah selesai melakukan perawatan rambut dan sekarang mereka menuju food court untuk mengisi perut.

Loveable Ties (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang