10 | Selamat

10.7K 875 7
                                    

"Kalian mau nginap, kan?"

Darius menggeleng. "Maaf, Mi. Kami nggak bisa menginap, besok aku udah masuk kerja. Banyak laporan yang harus aku periksa selama aku cuti kemarin."

Mami mendesah kecewa, Papi yang melihatnya hanya menepuk tangan istrinya. "Lain kali kan mereka menginap di sini, Mi. Jangan sedih ya."

"Ya kenapa sih kamu nggak tinggal di rumah ini, Dar. Rumah kita kan besar buat nampung kamu dan Kei, lagian istri kamu juga pasti senang karena bisa dekat bundanya. Iya kan, Kei?" Keifani yang ditodong pertanyaan itu lantas mendongak dari piring di depannya lalu menatap Mami yang balas menatapnya berharap kini beralih Darius yang duduk di sampingnya.

"Ah, anuu... aku ikut Mas Darius, Mi. Biar gimanapun sekarang aku tanggung jawab Mas Darius, jadi ke manapun Mas Darius tinggal aku akan ikut."

"Yaaa," Mami kembali mendesah kecewa. "Pi, pada akhirnya anak-anak akan tetap tinggalin kita. Papi juga sih, Mami kan udah bilang jangan bangun rumah besar kayak gini kalau yang tinggal akhirnya hanya kita berdua aja." Darius memutar bola matanya, Mami mulai drama lagi. Ingatkan Darius untuk bicara pada Papi untuk melarang Mami menonton tayangan sinetron lagi.

"Mi, udahlah. Anak-anak pengen mandiri malah bagus kan, itu bukti kita bisa mendidik anak-anak dengan baik." Papi mengenggam tangan Mami erat. "Kita cukup atur mereka dengan perjodohan ini, selanjutnya percayakan pada mereka untuk mengurus rumah tangganya sendiri."

Irvin mengedipkan matanya pada Keifani dan Darius, diam-diam lelaki baralis tebal itu menghela napas lega. Disaat-saat seperti ini memang hanya Papi yang bisa menyelamatkan dari serangan drama yang dibuat Mami.

"Kalian mau mampir ke rumah Bunda Iis dulu, kan?" tanya Irvin setelah terdiam beberapa saat.

"Bunda lagi keluar, Pi. Jadi kayaknya kami mau langsung jalan aja." Bukan Keifani yang menjawab melainkan Darius.

"Kei, pulangnya malam aja ya, Mami kan masih kangen sama kamu." Mami yang sejak tadi diam kini angkat bicara.

Keifani menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kei nggak pa-pa ka---"

"Mi, anak dan mantu Mami ini masih penganten baru lho. Masa diganggu sih, biarin mereka abisin waktu berdua sebelum kembali kerja besok."

Darius mendengus, lalu mendorong piringnya yang sudah kosong. Dia beranjak setelah meminum air putih untuknya disusul Keifani.

"Kami pamit pulang ya, Mi, Pi." Darius mencium pipi Shalu dan tangan Irvin, Keifani mengikuti suaminya. Lalu menggandeng lengan kekar itu melangkah beriringan keluar rumah, sebuah kamuflase untuk terlihat mesra bagai pengantin baru yang normal.

Interaksi mereka dibuat senatural mungkin agar Mami, Papi, dan Bunda tak curiga. Sikap romantis yang mereka mainkan bagai akting aktor dan aktris profesional drama sinetron di televisi.

Darius ini tak suka Mami melakukan drama sedangkan dia malah dengan santai memainkan perannya sebagai suami yang mencintai istrinya.

Terus, apa bedanya dia dan Mami?

Benar kata pepatah, buah tak jauh jatuh dari pohonnya.

Mobil Darius berhenti depan lobi apartemen, kening Keifani berkerut bingung. "Kenapa berhenti di sini?"

Darius menoleh sekilas, sebelum kembali fokus pada ponsel di tangannya. "Saya mau ke apartemen Bella, kamu turun di sini aja."

Keifani mengangguk mengerti. "Oke, hati-hati dijalan." Lalu dia turun dari mobil, secepat itu pula mobil Darius melaju meninggalkannya dengan kepulan asap knalpot.

Untuk kesekian kalinya Keifani ditinggalkan, baru seminggu lebih menjadi seorang istri, perempuan itu tak bisa lagi menghitung berapa kali ditinggal suaminya.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now