70 | Sempurna

10.9K 574 36
                                    

Lima bulan kemudian...

Acara syukuran tujuh bulan Keifani diadakan di kediaman sultan Ciputra, papi dan mami. Acara kali ini hanya dihadiri oleh para keluarga kedua belah pihak dan beberapa sahabat dan teman kerja Keifani dan Darius.

Proses dilakukannya pun sesuai adat, mulai dari siraman sampai pengumuman jenis kelamin calon anak mereka. Dan ketika kotak kado berukuran besar dibuka Keifani dan Darius, keluarlah sebuah balon dengan hiasan dan pita berwarna merah muda menandakan jenis kelaminnya adalah perempuan.

Tentu saja keluarga besar sangat bahagia mengetahuinya, terutama mami, papi, dan bunda. Baik mami dan bunda lantas mencarikan nama yang baik untuk cucu pertamanya.

Sedangkan papi hanya bisa pasrah dikarenakan sudah berjanji pada mami jika anak Keifani dan Darius perempuan, mami yang akan memilihkan nama sedangkan jika laki-laki papi yang memilihkan namanya.

Acara adat dan pengumuman jenis kelamin telah selesai, saatnya acara santai. Para tamu sudah boleh menikmati hidangan yang telah disediakan.

"Duh, nggak sabar ketemu sama baby-nya," kata Deana semangat, sejak tadi tak beranjak dari duduknya di samping Keifani dan terus mengelus lembut perut buncit kakak iparnya.

Keifani tersenyum kecil.

"Iya, gue nggak nyangka lo bisa hamil juga," ungkap Amara menatap lekat perut Keifani yang bulat. "Itu isinya bayi kan, Kei? Bukan lo busung lapar?"

Theana menonyor kepala Amara membuat sang empunya mengaduh kesal, sedangkan Keifani dan Deana tertawa kecil. "Lo kapan pintarnya sih, Ra. Ya kali Kei kena busung lapar, yang ada lo kali tuh." Dia menepuk perut Amara. "Nih, nih. Kenapa dengan perut ini?"

"Ish, apaan sih!" Amara menjauhkan tangan Theana. "Perut gue seksi gini kok."

Theana mencibir. "Seksi darimananya tuh?"

Amara hanya melengos.

"Btw, Salwa nggak datang?" tanya Deana tiba-tiba, walaupun tidak bisa dibilang dekat-dekat amat sama ketiga sahabat iparnya. Setidaknya dia mengenal baik semua sahabat Keifani ini, bahkan sesekali sering ikut nongkrong bareng setiap ada kesempatan.

"Salwa lagi sibuk urus anak-anaknya, Mas Sultan makin sering keluar kota sih," jawab Theana. "Jadi, ya dia titip salam aja karena nggak bisa datang."

"Iya, Salwa udah WA gue pribadi, katanya sibuk banget sama anak-anaknya," timpal Keifani, memang sahabatnya yang satu itu sudah mengucapkan permintaan maafnya secara pribadi.

"Eh eh, gue kebelet, gue ke kamar mandi dulu ya, Beb." Tanpa menunggu jawaban ketiganya Amara langsung ngacir ke kamar mandi membuat yang lain geleng-geleng kepala.

Kebiasaan Amara jika minum terlalu banyak, bisa kebelet mengakibatkan dia keluar masuk kamar mandi. Dia menghela napas lega setelah selesai membuang hajatnya, keluar dari kamar mandi tak sadar lantainya diinjaknya licin. Badannya seketika terhuyung ke belakang, Amara mengekik kecil sebelum menutup mata, pasrah jika sebentar lagi badannya menghantam lantai marmer yang keras.

Tetapi tunggu dulu, alih-alih badannya jatuh di lantai. Amara malah merasakan badannya seperti di tahan, dia menghidu aroma coffe dari hidungnya, serta merasakan sebuah tangan di pinggangnya. Maka dari itu dia membuka matanya secara perlahan, sebelum netranya bertemu dengan tatapan tajam dari sosok yang kini jarak wajah mereka hanya sekitar lima centi.

Sosok yang amat sangat tampan dan mempesona.

Amara menahan napas seraya mengucapkan hambalah. "MasyaAllah."

***

"Kei, ini bagus nggak?" Mami memperlihatkan sebuah sepatu bayi berwarna pink.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now