69 | Kenangan

8.8K 605 13
                                    

"Gimana keadaannya?"

Fuad menatap lekat perempuan di hadapannya, wajah itu terlihat kuyu serta pucat. Keadaan Tiana bisa dibilang tidak baik saat ini, setelah seminggu ditetapkan menjadi tersangka. Perempuan itu masih ditahan di Polda guna pemeriksaan para saksi yang terlibat di dalam di dalamnya, termasuk Bella.

Hanya saja kondisi Bella pasca melahirkan tidak memungkinkannya datang untuk memberikan keterangan sebagai saksi, apalagi saat ini Bella terkena gejalah baby blues. Ketika semua alat yang terpasang di tubuhnya sudah dilepas, kondisi mentalnya semakin memburuk. Bella sering kali berteriak, menangis, lalu tertawa kembali menangis lagi.

Fala bahkan belum bisa merasakan ASI dari ibunya, sebab setiap melihat bayi itu. Bella akan kembali histeris, membuat dokter---yang menanganinya---serta para suster kewalahan.

"Masih belum stabil," jawab Fuad pelan.

Tiana menghembuskan napas panjang. "Tolong jaga dia, cuma lo yang bisa gue percaya saat ini. Bella nggak punya siapa-siapa selain gue, dia sendirian. Gue hanya bisa berharap sama lo."

"Tanpa lo minta gue akan jaga dia, lo tahu gue akan tanggung jawab."

"Lo beneran anak Hartanto?" Tiana rupanya masih ragu.

"Lo belum percaya?"

"Bukan gitu, gue hanya..., ah sudahlah, gue mau minta maaf," ucap Tiana tulus.

"Minta maaf soal apa?"

Tiana baru akan membuka mulutnya, dering ponsel Fuad yang berada di atas meja menghentikannya. Dia ikut melirik siapa si penelepon itu.

"Ya, apa?! Baik, saya akan segera ke sana."

Klik.

Tiana yang melihat wajah panik Fuad lantas bertanya, "Ada apa? Bella baik-baik aja, kan?" Entah mengapa perasaannya menjadi tak enak seolah hatinya mengatakan terjadi sesuatu.

"Bella kembali ngamuk, gue harus ke rumah sakit." Fuad bersiap akan beranjak ditahan oleh Tiana.

"Tolong jaga dia." Wajah Tiana semakin pucat, hilang sudah raut sinis di sana.

Fuad mengangguk yakin. "Pasti, dan gue ke sini mau bilang. Besok pengacara gue akan ke sini, lo ngomong aja sama dia, pasti dia akan bantu lo."

"Terima kasih."

Fuad mengemudikan mobilnya membelah jalan raya dengan kecepatan sedang, walau hatinya diliputi rasa cemas luar biasa.

Sesampainya di rumah sakit, tanpa membuang waktu Fuad bergegas menuju kamar inap di mana Bella berada. Begitu membuka pintu teriakan langsung menyapa gendang telinganya, dia lantas mendekat ke ranjang di mana beberapa perawat nampak kewalahan menahan tubuh Bella.

Fuad mengambil alih, ikut menahan tubuh perempuan itu. "Bell, tenang ya tenang."

Bella semakin histeris, berusaha melepaskan tangan-tangan yang memegang tubuhnya. "Lepaaasss! Lepaskan saya, kalian siapa? Jangan sentuh saya! Kalian nggak tahu siapa saya, hah? Saya ini model terkenal, saya punya banyak uang. Saya.... hahahaha, kenapa saya di sini? Saya besok ada jadwal ke Eropa, saya mau ke Jerman dan Paris. Terus...." Ocehannya terhenti ketika rasa kantuk mulai menyerang, kesadarannya berangsur-angsur menghilang lalu tak matanya tertutup.

Fuad menatap prihatin kondisi Bella yang semakin hari semakin memprihatinkan

***

"Kalian mau ke mana?"

Pertanyaan mami membuat Darius dan Keifani saling lirik, sebelum Darius yang menjawab. "Rumah sakit, Mi."

Loveable Ties (TAMAT) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora