08 | Unmood

16.3K 1.4K 33
                                    

"Darius terus menelepon ke hape gue, lo yakin nggak mau ketemu sama doi?" Tiana menunjukkan ponselnya yang sejak kemarin berdering dengan nama yang sama.

Bella hanya melihat sekilas sebelum kembali memainkan ponselnya. "Gue nggak mau ngomong sama siapapun."

"Lo ngambek?" ejak Tiana.

"Ngapain juga gue ngambek!"

Tiana menghempaskan tubuhnya duduk di samping Bella. "Doi kan kemarin nikah sama perempuan lain."

"Nikah kontrak," ralat Bella cuek.

"Ya sama aja, pernikahan mereka sah di mata hukum dan agama. Emang lo nggak takut Darius bakal berpaling dari lo?"

"Kagaklah, Darius cinta mati sama gue. Secantik apa pun perempuan itu nggak akan ada pengaruhnya untuk Darius." Bella berucap dengan yakin, percaya karena Darius sudah menyakinkan dirinya.

"Hati bisa berubah, Bell. Hari ini memang belum ada rasa tapi besok-besok gimana? Setahun bukan waktu yang singkat. Lo yakin dengan perasaan Darius?"

Bella menyimpan ponselnya di atas meja lalu mendelik ke arah Tiana. "Lo kenapa sih?"

Tiana mengedikkan bahunya. "Gue cuma mengingatkan kok, kenapa? Lo mulai takut kehilangan?"

Bella tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. "Gue merasa kehilangan? Yang ada Darius yang merasa kehilangan gue. Dia tahu kok konsekuensinya."

"Terlalu percaya diri, khas Arbella Lafasati." Tiana bertepuk tangan. "Tapi lo tetap harus waspada, jangan sampai lo melepas Darius. Dia tambang emas buat lo!"

"Tenang aja, gue masih punya tambang berlian kok." Bella tersenyum pongah.

Tiana tertawa keras. "Jadi?"

"Abaikan teleponnya dulu, biar Darius makin gelabakan di sana. Gue mau jalan-jalan ke pantai, siapa tahu ketemu bule kaya bisa diporotin duitnya." Bella bangkit masuk ke kamarnya.

Tiana hanya geleng-geleng kepala, lima tahun mengenal Bella membuatnya paham karakter perempuan itu. Bella adalah perempuan yang penuh ambisius dan keras kepala, tidak ada keinginannya tidak pernah tercapai. Ketika Bella ingin sesuatu akan didapatkannya dengan cara apa pun, bahkan jika itu akan menyakiti orang lain.

Bella tak peduli, asal mendapatkan apa yang dia mau.

Egois.

Ya, itulah Bella.

Sayangnya sifatnya itu tak bisa dilihat oleh Darius, mata lelaki itu sudah dibutakan oleh cinta sampai tak tahu jika perempuan yang dicintainya itu mempunyai akhlak yang buruk.

Sementara di Kuta, Keifani berlari mengejar ombak di pinggir pantai. Gaun panjangnya basah akibat sapuan air laut. Senyumnya merekah indah, hatinya membuncah bahagia. Perempuan bermata kelam itu bahkan melupakan kekesalannya pada Darius.

Sedangkan Darius duduk santai di dekat pohon seraya fokus pada ponselnya, beberapa kali dirinya mengumpat kesal karena panggilannya tak kunjung diangkat bahkan sekarang baik nomor Bella dan asistennya juga tidak aktif.

"Kamu ke mana sih, Bee?" Sudah beberapa kali kalimat tanya itu keluar dari bibirnya yang dijawab oleh hembusan angin. "Sial! Gue nggak tenang kalau gini, gue harus segera kembali ke Jakarta untuk mencari tahu keberadaan Bella." Darius memutuskan kembali ke hotel tempatnya menginap, mengambil barang-barangnya lalu segera ke bandara. Dirinya sudah memesan tiket pulang secara online, kepulangannya tak bisa lagi ditunda.

Darius bahkan melupakan istri kontraknya yang masih asyik bermain air di pinggir pantai.

Keifani baru sadar ketika dirinya akan menyusul Darius duduk di bawah pohon kini sudah menghilang, matanya menelusuri penjuru pantai mencari keberadaan Darius.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now