35 | Pelukan

10.3K 839 21
                                    

Setelah semua sudah mengucapkan doa-doa terbaik masing-masing, dilanjutkan makan siang bersama. Keriuhan kembali diciptakan Shalu dan Deana, Mami masih saja menyinggung warna rambutnya yang kini sudah berganti, padahal sudah seminggu berlalu.

Mami sepertinya belum ikhlas Deana mengganti warna rambutnya, persaingan diantara ibu dan anak semakin memanas ketika Deana sengaja mengibaskan rambut barunya ke arah Mami.

"Warna ini nggak bakal cocok di Mami, De jamin itu."

"Enak aja! Kata Papi kamu Mami terlihat cantik dengan rambut warna apa pun itu, iya kan, Pi?"

Semua pasang mata menyorot Irvin. "Iya dong, Mami yang tercantik di mata Papi." Mami salah tingkah.

Deana berakting seperti orang muntah, dia tahu papi hanya mencari jawaban aman agar Mami tak merajuk.

Iis dan Keifani terkekeh kecil sedangkan Darius hanya tersenyum kecil. Keifani kembali menyadari sikap Darius yang berubah dua hari ini, hari ini dia akan menanyakan pada Darius. Dia bisa mati penasaran jika berdiam saja.

Maka begitu melihat Darius duduk sendirian di pinggir kolam renang, Keifani mendekat seraya dua piring kecil berisi blackflorest kesukaan lelaki itu.

"Mas," tegur Keifani lalu mengulurkan piring kecil yang dibawanya ke depan Darius.

Lelaki itu menerimanya sebelum kembali menatap kolam renang, Keifani ikut duduk di samping Darius dan ikut memasukkan setengah kakinya ke dalam kolam.

"Aku merasa Mas banyak diam dua hari ini, apa Mas ada masalah di kantor?" pancing Keifani langsung. Karena memang tujuannya ingin mencari tahu sikap diam Darius dua hari belakangan ini.

"Masalah akan tetap ada, Kei. Namanya juga manusia, kita akan tetap diberikan masalah." Akhirnya setelah keheningan diantara mereka.

Keifani menoleh pada Darius. "Memang benar, kita nggak akan jauh dari yang namanya masalah. Tapi Mas harus ingat, sesama manusia butuh manusia lain untuk berbagi. Setidaknya dengan berbagi cerita, beban yang Mas pikul bisa berkurang."

Darius tersenyum miris. "Nggak semua harus diceritakan, Kei. Ada juga masalah yang hanya bisa disimpan sendiri, saya bukannya nggak butuh orang lain tapi saya punya cara tersendiri menyelesaikan masalah yang saya hadapi."

Keifani mengangguk. "Termasuk masalah yang sedang Mas hadapi saat ini?"

Darius terdiam.

"Mas, aku nggak akan maksa untuk cerita meski jujur aja aku sangat penasaran. Apalagi melihat Mas pulang dalam keadaan mabuk dua hari yang lalu," Mata kelam Keifani menatapnya lekat. "Jadi begitu cara Mas menyelesaikan masalah?"

Darius baru akan membuka mulutnya tertahan karena kalimat selanjutnya membuatnya kembali terdiam.

"Aku hanya mau ngomong, apa pun masalah Mas Darius. Jika Mas butuh teman untuk berbagi aku bersedia mendengarkannya, bukannya kita udah sepakat untuk menjalani pernikahan ini dengan baik. Mas menganggap aku teman, begitupun sebaliknya. Aku mungkin memang nggak akan banyak membantu tapi setidaknya dengan membaginya beban pikiran Mas berkurang."

"So, jika Mas udah siap cerita, cukup datang ke aku."

Setelah mengatakan itu Keifani berdiri lalu melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Darius yang terpaku di tempatnya.

Baiklah, sepertinya Keifani harus bersabar lebih lama lagi. Dia akan memberikan Darius waktu sebanyak apa pun. Tadi pun dia tak menyebut nama Bella sama sekali.

Keifani tak enak hati, nanti suami kontraknya itu berpikir kalau dia terlalu ikut campur. Padahal sudah jelas di dalam kontrak mereka, jika tidak ikut campur urusan pribadi masing-masing.

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now